Mau Cerdas? Ya, Puasa...!
"SUMUU TASHIHUU.. Berpuasalah maka kalian akan sehat! "Demikian pesan Nabi. Ternyata sehat yang dimaksud nabi itu memiliki makna luas. Sebuah kesehatan
holistik (menyeluruh) meliputi kesehatan jasmani, ruhani, akal dan fikiran. Ibarat jaring laba-laba, kesehatan tiap organ tubuh memberi efek dominan pada kesehatan bagian tubuh lain. Namun ada satu organ raksasa dalam tubuh yang harus diperhatikan kesehatan dan pemeliharaannya. Organ itu sering disebut otak.
Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika di rawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari satu abad. Otak inilah yang menjadi kutub utama pusat pembelajaran sehingga harus dijaga. Tapi perlu juga dicamkan, bahwa otak bukan sekedar belanga yang harus diisi tapi juga "api" yang harus dinyalakan.
Otak manusia yang beratnya sekitar 1,3 kilogram tersusun atas jaringan
yang rumit. Fungsi otak sebagai pusat syaraf merupakan butir jaringan yang
sangat halus, rumit dan asketis. Otak bertindak atas dasar informasi yang diterimanya terus menerus dan tidak kenal kata putus. la dibantu oleh saraf dan hormon. Otak berfungsi mengatur suhu badan, tekanan darah, keseimbangan kadar kimia dalam tubuh, oksigen, dan
karbondioksida dalam darah. Otak juga berfungsi memberi tahu kapan saatnya tubuh membutuhkan makan, tidur, bangun dan sebagainya.
Bukan itu saja otak memiliki kemampuan berfikir, berimajinasi dan berkreasi yang tidak mungkin dilakukan super komputer secanggih apapun. Kemampuan kerja otak sangat dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya makanan yang masuk dalam sistem pencernaan tubuh. Dengan mengendalikan pola makan akan tecipta konsentrasi dan pemusatan fikiran. Yang berarti meningkatkan IQ (Intelligece Quotient/ tingkat kecerdasan)
Pengaturan pola makan ini sangat penting. Sebab, apabila perut manusia dipenuhi oleh makanan berlebihan, maka sel-sel akan kebanjiran zat makanan, menyebabkan terjadinya pelembaban urat syaraf, kerja otak akan terhambat dan terjadinya kemunduran intelektual, seperti pelupa, daya nalar makin lembek dan sebagainya. Di sinilah pentingnya puasa, selain sebagai pengendali nafsu juga memberikan kesempatan pada perut dan lambung untuk membersihkan diri. Dengan puasa, setidaknya ada beberapa hal yang mend-ukung proses pembersihan diri.
Pertama, perut dalam keadaaan kosong akan menyebabkan kosongnya zat-zat makanan dalam usus kecil. Oleh karena itu darah terpaksa mengisap zat-zat yang basah dalam usus dan perut sebagai gantinya. Orang yang sering mengalami keadaan yang demikian pada umumnya mempunyai penglihatan yang tajam, gerak-geriknnya cepat serta memiliki kecakapan menganalisa persoalan dengan mudah.
Kedua, setelah zat-zat yang basah siap dihisap oleh darah tadi hilang, maka usus dan perut menjadi kering dan panas, seperti halnya mesin kalau kehabisan air. Dalam keadaaan demikian, biasanya orang mempunyai sifat sederhana dalam segala hal. Bertindak tegas dalam mengambil keputusan.
Ketiga, dalam keadaan usus dan perut kosong tadi maka lendir yang berada dalam usus dan perut akan menjadi hancur. Sebab lendir inilah yang menjadi sumber penyakit. Lendir ini kalau selalu bertambah banyak : dalam perut dan usus akan menimbulkan penyakit yang dinamakan muceszichten. Jika orang dihinggapi penyakit ini. la akan bersikap pasif, rendah dan lemah daya fikirnya, serta lamban dalam segala-galanya. Muceszichten ini banyak jenis dan variannya, antara lain memyebabkan lemahnya pencernaan, karena makanan di dalam perut tidak lekas hancur (halus) lantaran licin oleh banyaknya lendir yang mengakibatkan kerja saraf otak dan tubuh menjadi lamban dan lemah. Imbas pada fikiran akan menyebabkan kerja saraf otak menjadi tumpul, sukar sekali untuk berfikir dan menerima pelajaran. Sementara fisik selalu terasa berat, malas dan lemah.
Syekh az-Zarnuzi (570-636 H) dalam Ta’limul Muta'alim menyatakan bahwa para penuntut ilmu sudah semestinya melakukan puasa, karena dengan puasa otak akan terpacu berkonsentrasi, sementara banyak makan akan menimbulkan dahak dan dahak banyak memicu lemahnya hapalan. Begitu pula Lukmanul Hakim yang namanya diabadikan dalam al-Qur'an memberi nasihat pada puteranya.
"Wahai puteraku bila perutmu penuh maka fikiranmu akan tidur, kebijaksanaanmu akan kelu dan anggota tubuh malas menjalankan ibadah."
Kecemerlangan para ulama terdahulu lantaran mereka senantiasa berlapar-lapar puasa. Imam as-Syayuti, umpamanya, mampu menyelesaikan penyususan kitab tafsir Jalalain yang belum sempat di rampungkan oleh Imam al-Mahili, karena keduluan dijemput ajal, pada usia 21 tahun hanya dalam waktu 40 hari. Mulai dari awal bulan Ramadhan hingga tanggal 10 Syawal 870 H. la menyelesaikan kitab itu dalam keadaan berpuasa.
Puasa juga tidak akan melemahkan fisik atau menyebabkan seseorang menjadi kekurangan gizi. Puasa itu justru akan menyemprotkan kesegaran bagi badan, fikiran, dan perbuatan.
(Sumber : Hikayah, Edisi.09 th III – Ramadhan 1426/Oktober 2005)
SalaMAA @
6:01 PM