Mumpung di Belanda Lihat Pasar Keju Alkmaar
Oleh: Baba Aslam
“Eh sudah berapa lama di Belanda?” itulah pertanyaan klise yang selalu mengena untuk membuka perbincangan dengan kawan-kawan mahasiswa Indonesia yang kutemui di pengajian Bina Da’wah di Utrecht.
Seperti biasa gayung pun akhirnya bersambut dan perbincangan mulai seru.
“Dari mana di Indonesianya..” dan seterusnya seterusnya..
Rupanya tiga wanita dosen muda ini hanya untuk setahun saja di Belanda. “Udah kemana aja di Belanda?” tanyaku lagi. “Belum kemana-mana baru di Amsterdam dan Den Haag aja. Pokoknya tempat-tempat yang mudah dijangkau kendaraan umum. Seperti Musium Lilin Madame Tussaud, Tugu Dam dan Madurodam ,” jawab mereka hampir bersamaan.
Ketika itu muncul gagasan untuk mengajak mereka jalan ke tempat wisata yang indah namun tidak gampang dijangkau kendaraan umum. Tawaran murah meriah itu disambut gembira, dan singkat kata akhirnya kita nyewa busje (untuk 8 orang) dan berangkat ke tiga tempat Pasar Keju Alkmaar, Kincir Angin Zaanse Schans dan Volendam. Di bawah ini tulisan tentang apa saja yang kita saksikan Pasar Keju Alkmaar. Cerita soal dua tempat lainnya kita sambung pada terbitan berikutnya.
Pasar Keju Alkmaar, de Alkmaarse Kaasmarkt dikenal sebagai pasar keju yang mempertahankan tradisi jual beli keju sejak zaman baheula. Keunikan itulah yang setiap tahunnya bisa menyerap tidak kurang dari 300 ribu orang pengunjung. Bukan saja penduduk lokal, tapi juga dari luar kota dan negeri. Mereka ingin menyaksikan langsung kegiatan perdagangan keju ala Alkmaar itu. Peristiwa yang tidak bisa begitu saja dilewatkan selama kita di Belanda.
Tradisi LamaDi Alkmaar perdagangan keju di pasar, secara resmi dimulai tahun 1622. Tahun itu pula dibentuk perserikatan Pemanggul Keju, dengan memilih slogan anti KKN: "Een valse waag is de Heer een gruwel en daarentegen een vol gewicht is zijn welbehagen" (Tuhan Sangat Benci Pemalsuan Timbangan, Tapi Sebaliknya Tuhan Mencintai Timbangan Jujur).
Sejak abad ke 17 itu perdagangan keju berlangsung setiap tahun, dari bulan Mei hingga akhir tahun. Awalnya pasar digelar setiap Jum’at dan Sabtu. Tahun 1916 pasar keju ini bisa mencapai omzet rata-rata sampai 300 ton keju setiap harinya! Tapi memang ketika itu pasar buka sampai jam 1 dini hari.
Sejak tahun 1939, hanya Alkmaar saja di Belanda ini yang masih memperdagangkan keju dengan cara tradisional seperti ini. Mulai dari Jum’at pertama di bulan April sampai dengan Jumat pertama di bulan September dari jam 10.00 sampai 12.30 di Waagplein Alkmaar. Mengingat ramainya pengunjung yang menyaksikan pertunjukan ‘asli’ itu, sebaiknya sudah tiba dilokasi pada hari Jum’at itu sebelum jam 10.00. Karena kalau terlambat bisa, kehabisan tempat. Penuh-penuh!
Apa sih yang kita tonton disana?
Di tengah ramainya penonton dibalik pagar, terjadi kegiatan manusia dengan tugasnya masing-masing. Mereka itu bisa dikenali dari seragamnya. Berikut ini ciri dan tugas mereka. Di pasar itu terdapat 4 (empat) team pemanggul Keju. Setiap team (veem) terdiri dari 7 (tujuh) orang. Keempat veem memiliki warna dasar pakaian putih. Setiapnya mempunyai ciri warna sendiri-sendiri: Kuning, Merah, Hijau dan Biru. Itu terlihat dari warna pita dan topi jerami yang mereka pakai. Mereka memanggul keju dari lapangan ke tempat penimbangan pp. Pemanggul paling senior atau sepuh disebut 'tasman'. Tasman dikenali dari tas kulit hitam yang menggelantung di depan perutnya. Dialah yang mengukur berat keju di timbangan.
Setiap veem atau team juga punya komandan, yang bisa dikenali dari pin silver dan pita warna teamnya. Keempat veen itu dikepalai seorang 'kaasvader' atau bapak keju. Dia bertugas memandori jalannya perdagangan. Tanda kehormatannya bisa dikenali dari tongkat hitam dengan handle berwarna silver.
Ada satu petugas yang disebut 'provoost' atau Algojo. Dia bertugas mengawasi setiap team dan memberikan denda kalau ada pengusung keju yang lelet atau datang terlambat. Algojo bisa dikenali dari gambar panggulan berwarna silver yang digantung dengan pita warna team yang diawasinya. Di pelataran alun-alun pasar keju itu masih ada seorang tukang, yaitu Knecht atau pasar boy yang membantu dalam segala hal. Umpamanya memperbaiki barang atau alat yang rusak.
Transaksi
Tugas para pengusung di pasar keju adalah mengangkut dan menimbang keju. Sebelum mereka beraksi, lempengan keju-keju itu diturunkan dari truk dan diletakkan berjejer di pelataran alun-alun. Yang berugas meletakan keju berbaris disebut 'zetters'.
Setelah lonceng dibunyikan tepat pukul 10.00 pagi, para zetters mengisi ‘de berries’ tanduan atau pikulan dengan lempengan kiju. Setelah itu para pemikul dari tiap team mulai menggotong ke timbangan.
Para juru timbang mengawasi agar semua berjalan jurdil dan mengisi formulir berat keju. Di saat yang sama para pedagang dan pengawas kwalitas mengamati, menilai kwalitas keju dan akhirnya menentukan harganya.
Sapa bilang tawar menawar hanya di Hari Ratu saja (30 April)? Di Kaasmarkt Almaar ini juga terjadi tawar menawar seperti yang kita bisa lihat di Indonesia. Hanya saja kalau di Alkmaar, tawar menawar dilakukan sambil saling tampar tangan, seperti yang layak kita temukan di pasar-pasar hewan di Belanda.
Nah itu dulu sedikit tentang tradisi perdagangan di Pasar Keju Alkmaar. Kawan-kawan dosen muda itu gembira banget masuk pasar keju, ikut tur perahu, berpose dan jeprat-jepret dimana-mana. “Untuk dipasang di blog,” kata mereka. Dan sudah tentu bisa mencicipi Keju di Pasar Keju. Lalu bagaimana dengan rasa mosterd yang digiling secara tradisional di Molen Zaanse Schans, dan rasa Minyak Bulu Domba? Itu akan muncul segera di weblog salamaa.
SalaMAA @
11:47 PM