>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

Hidup Damai dalam Jalinan Persaudaraan



Pol Salamaa tanggal 26 Juli 2007

Oleh : Bapak Winarna

Bila kita membahas Ukuwah, maka pertama-tama kita harus mengenal apa itu ukuwah. Ukuwah artinya saudara dan berkembang lagi menjadi saudara yang seketurunan, saudara sebangsa, saudara sedaerah (walaupun ada perbedaan pendapat di dalamnya). Namun yang paling mulia adalah saudara seiman.





Ada beberapa macam ukuwah, yang beberapa diantaranya :

  1. Ukuwah Ubudiyah, yaitu persaudaraan sesama mahkluk yang tunduk pada Allah.
  2. Ukuwah Insaniyah, yaitu persaudaraan sesama manusia secara keseluruhan.
  3. Ukuwah Wathaniyah, yaitu persaudaraan karena keterikatan. Misalnya keterikatan nafkah, keturunan dan kebangsaan.
  4. Ukuwah Islamiyah. Menurut Syeikh Hasan Albana, Ukuwah Islamiyah adalah keterikatan hati jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah. Ikatan inilah yang tidak akan putus.

Yang membedakan Islam dengan agama lain adalah Ketauhidan, kecintaan pada Allah SWT. Untuk memperkuat ukuwah, maka kita maka kita harus mengungkapkan kecintaan kita kepada saudara-saudara kita, saling mengungkapkan kebahagiaan, bersilaturahmi (saling mengunjungi), berpelukan atau berjabat tangan bila bertemu dan lain-lain.

Ukuwah merupakan nikmat Allah, dimana dengan nikmat itu maka hati kita dijadikan satu dan tidak saling bermusuhan. Tali Islam atau ikatan yang kuat tersebut adalah ikatan karna Allah, kita mencintai karena Allah dan membencipun karena Allah SWT. Hal tersebut inilah yang sangat membedakan Ukuwah Islamiyah dengan persaudaraan-persaudaraan yang lainnya.
Bila kita mencintai karena Allah SWT, maka hal tersebut akan dicemburui oleh para nabi dan suhada. Allah berfirman : “Orang-orang yang saling mencintai demi Aku, akan diberikan kepadanya mimbar dari cahaya yang dicemburui oleh para nabi dan suhada.” Firman Allah yang lainnya : “Cinta-Ku adalah mesti bagi orang-orang yang saling mencintai karna Aku, cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang bersilaturahmi karna Aku dan cinta-Ku juga mesti bagi orang-orang yang saling menasehati, cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling mengunjungi karna Aku, berziarah di situ serta cinta-Ku adalah bagi orang-orang yang saling memberi karna Aku.”
Firman Allah : “Tidaklah dua orang saling mencintai karna Allah, kecuali yang paling besar cintanya adalah orang yang lebih mulia.”

Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial, seperti firman Allah : “Meskipun kamu telah membelanjakan semua yang di dunia, tidaklah akan menyatukan hati mereka, yang dapat menyatukan hati mereka hanyalah Allah SWT.”
Untuk menjadi orang yang beruntung, maka haruslah kita saling menasehati dalam kebenaran. Sedangkan untuk mengatasi perbedaan, maka kita harus selalu berpegang teguh pada tali Allah. Kita dilarang keras untuk berkelompok-kelompok, sehingga terjadi perpecahan dan saling menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya.

Faktor-faktor (sifat-sifat) yang dapat memecah belah persaudaraan (ukuwah), antara lain :

  1. Tamak akan kenikmatan dunia.
  2. Lalai dalam menjalankan ibadah.
  3. Menyakiti hati orang lain, baik secara sadar maupun tidak sadar.
  4. Mencintai terlalu berlebihan, misalnya : terlalu mencintai harta, orang lain dan lain-lain. Rasulullah berkata : “Cintailah semua itu dengan sewajarnya saja, karna mungkin nanti kamu akan membencinya.”
  5. Tidak perduli atau bersikap tidak menyenangkan kepada orang lain, misalnya : cemberut, bersikap masam dan lain-lain.
  6. Tidak menepati janji. Rasulullah berkata : “Ada tiga ciri orang munafik, yaitu apabila berkata dia bohong, apabila dipercaya dia khianat dan apabila berjanji dia ingkar.”


Selanjutnya...

SalaMAA @ 12:38 AM





Malaikat Mendoakan Kita


Oleh : Ustad Agus Purwanto

Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Nabi SallAllahu 'alayhi wasallam, bersabda : "Setiap pagi ada dua malaikat yang datang kepada seseorang, dimana yang satu berdoa : 'Wahai Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya', dan malaikat yang lain berdoa 'Wahai Allah, binasakanlah harta orang yang kikir'". HR. Bukhori, Muslim

Dalam keseharian kita terkadang lupa bahwa ada saja malaikat yang selalu mendoakan dan menjaga kehidupan kita. Dengan tidak cape dan bosan mereka selalu saja mendoakan serta menyumpahi bagi mereka yang tidak mau berinfaq di jalan Allah.
Alangkah beruntungnya manusia yang beriman jika mampu merasakan akan keberkahan hidupnya baik dalam harta, jiwa dan rizki. Merugilah mereka yang dalam hidupnya tidak merasakan bahwa para malaikat berada di sisinya.
Anggapan sebagian kita manusia bahwa harta yang keluar dari diri mereka akan merugikan dan mengurangi simpanan yang ada, bahkan ada yang berpikir bahwa semakin banyak harta keluar maka kita akan jadi miskin. Harta jadi berkurang karena kita shodaqoh, wah perasaan merugi pokoknya. Seakan penyesalan yang tiada hentinya ketika harta itu keluar.
Sementara tidak ada kamusnya bagi mereka yang banyak bersodaqoh akan miskin. Yang ada adalah Allah akan selalu menambah dan menambah harta kita. Kalau logika berpikir manusia adalah setiap yang keluar berarti berkurang, namun kamus Allah berkata lain, semakin banyak keluar semakin banyak harta yang ada diterima.
Di sisi lain Allah memberikan busyro (kabar gembira) kepada umatnya, bahwa harta yang dikeluarkan tidak pernah akan hilang. Malahan akan kekal abadi selamanya di sisi Allah. Akan menjadikan bekal bagi dirinya ketika menemui Allah, itulah sebuah kebanggan dalam meraih kesuksessan di dunia dan akhirat.
Dalam hadits lain diriwayatkan, "apabila anak adam mati, maka yang tersisa adalah amal jariah, anak yang sholeh dan ilmu yang bermanfaat". Berinfaq ataupun bershodaqoh masuk dalam kategori amal jariah, yaitu amal yang berkesinambungan terus menerus.
Setiap pagi Allah mengutus malaikat-Nya untuk mencari dimana hamba Allah yang berinfaq menafkahkan hartanya di jalan Allah. Kebanggaan Allah tat kala melihat hambanya menafkah harta yang diamanahkan kepadanya. Bahkan bukan saja harta itu bermanfaat dan barakah, tapi para malaikat juga mendoakan agar harta itu juga berlimpah ruah. Betapa beruntungnya jika seorang muslim tiap harinya selalu giat berinfaq.
Bagi mereka yang kikir tidak mengeluarkan hartanya di jalan Allah, takut karena harta itu berkurang. Maka bukan saja malaikat mendoakan agar hartanya binasa, Allah pun murka dengan sikap seorang muslim seperti itu. Maka jika Allah sudah murka, tunggulah azab yang akan menimpa dirinya.
Orang yang kikir itu tidaklah kaya di mata Allah, malah hina di hadapan-Nya. Sedang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, lebih mulia dan dibanggakan Allah serta di cintai-Nya. Betapa nikmatnya kalau kita selalu hidup beriringan dengan kemauan yang Allah inginkan.
Jika kita sadar dan mengetahui bahwa semua manusia itu adalah miskin, tidak mempunyai apa-apa atau sesuatu yang di banggakan terhadap manusia. Maka sudah barang tentu tidak segan-segan untuk mengeluarkan harta yang di titipkan pada dirinya. Mereka yakin harta yang ada pada mereka itu bukan miliknya, tapi Allah-lah yang memberikan itu semua, sebagai sarana untuk mencapai keridhoan Allah dalam mengemban amanat.
Misi dalam hidup di dunia adalah bagaimana mengoptimilisasi semua amanat dalam dirinya menjadi sebuah arus yang dapat menghempas semua kekerdilan dan kehinaan diri. Menuju sebuah cita-cita untuk meraih akhirat dengan memperbanyak amal kebajikan dengan segala daya upaya.

Selanjutnya...

SalaMAA @ 12:32 AM





“Ibu Sebagai”


Oleh : Agnes Tri Harjaningrum – Groningen
“Jangan kebanyakan jadi ‘ibu sebagai’!” Kata-kata itu begitu mengusik hati dan tak mau lepas dari ingatanku. “Sudah banyak Ibu lihat contoh, ibu-ibu yang sukses di luaran tapi anak-anaknya nggak beres di dalam. Banyak pula nama-nama Kyai dan ustad-ustadzah, yang nggak perlu lah Ibu sebut namanya, mereka sukses diluaran, tapi keluarganya hancur di dalam,” lanjut Ibu Elly Risman saat memberikan pesan terakhir untuk panitia workshop Salamaa tanggal 3 Juni 2007 lalu.

“‘Ibu sebagai’? Maksudnya?” Pikirku dalam hati. Oh maksudnya itu lho..misalnya ibu Anu yang menjabat sebagai ketua A, sebagai B, sebagai C, sebagai D dan sederet ‘sebagai’ lainnya, alias ibu yang banyak memegang tanggungjawab selain jadi ibu dan istri. “Jadi ibu dan istri saja sudah capek, apalagi kalau harus bekerja, capeknya luar biasa lho! Anak dititip ke pesantren? Diasuh orang lain? Lalu mau anak-anak seperti apa yang dihasilkan? Karena itu ibu selalu menganjurkan keluarga ibu, kalau anak belum 7 tahun, lebih baik dirumah dulu deh. Ibu juga dulu sering ditawari jadi ini jadi itu. Tapi lalu ibu berpikir, apa sih yang kita cari di dunia ini?” Begitu kira-kira ucapan ibu Elly selanjutnya.

Kami, panitia workshop yang sebagian duduk dan sebagian berdiri mengelilingi ibu Elly mendengarkan nasehat beliau dengan seksama. Acara Workshop Salamaa tanggal 1-3 Juni lalu berjalan sukses. Kebanyakan peserta merasa puas, bahkan menyatakan berharap ibu Elly bisa datang lagi ke Belanda. Kami, sebagai panitia tentu juga puas dan senang dengan suksesnya acara ini. Tapi kemudian di perjalanan pulang aku merenung. “Telah sukses jugakah aku membangun keluargaku? Jangan-jangan selama ini aku telah kebanyakan jadi ‘ibu sebagai’. Jangan-jangan tanpa sengaja selama ini aku terlalu sibuk ‘diluar’ dan melupakan tanggungjawabku sebagai ibu. Jangan-jangan selama ini fisik ku di rumah, tapi hatiku tidak bersama anak-anak dan suamiku. Kebanyakan depan kompi, kebanyakan ngenet. Duh ditambah lagi, bukankah selama ini aku sering bilang bahwa aku bukan orang yang bisa ‘duduk manis’ saja di rumah?”

Oh Tuhan! Mengapa tidak Kau buat saja aku menjadi orang yang suka ‘duduk manis’ di rumah? Bukankah semua itu bukan keinginanku? Andai aku bisa merubahnya aku mauu!. Tapi selalu saja aku kesulitan. Memang betul sekali, selama ini aku merasa lebih enjoy melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tak berurusan dengan rumah. Urusan pekerjaan di luar sana bisa aku sikapi dengan profesional, tapi mengasuh anak dan keluarga? Apakah aku sudah bersungguh-sungguh? Padahal ibu Elly selalu berpesan, mengasuh anak itu harus dengan 3 B, Bersungguh-sungguh, Berencana dan Bersengaja! Beliau bahkan selalu membuat goal dan objektif per tiga bulan, per- enam bulan atau per tahun, dalam mengasuh anak-anaknya. Karena urusan pengasuhan anak bukan main-main!

Hmm…bukankah pertumbuhan dan perkembangan anak-anakku kadang berlalu begitu saja ditelan waktu. Bukankah ‘peer-peer’ ku dalam pengasuhan yang masih menggunung kadang kubiarkan lewat begitu saja. Boro-boro bersungguh-sungguh, berencana dan bersengaja, kesibukan demi kesibukan malah kerap melewatkan waktu-waktu emas anakku yang tak akan pernah kembali itu. Duh! Mengalir dan mengalir saja seperti air, terbawa arus yang entah mengarah kemana. Sejujurnya sejak dulu, tarikan-tarikan di luar sana bagiku memang selalu lebih indah daripada pekerjaan menjadi ibu.

Kenapa ya? “Karena pekerjaan pengasuhan melelahkan jiwa,” kata suamiku. “Siapa sih yang suka mendengar rengekan, tangisan dan lain-lain dari anak-anak, capek hati kan. Dan itu nggak pernah aku temui kalau aku mengerjakan thesis. Karena itu aku bisa ngelembur berhari-hari demi thesis. Aku bisa enjoy sekali dengan pekerjaanku,” lanjut suamiku lagi. Ya mungkin suamiku benar, pekerjaan pengasuhan memang melelahkan bukan hanya fisik tapi juga jiwa. Namun aku sungguh penasaran. Kenapa ya? Kenapa aku dan kebanyakan orang pada umumnya lebih suka pada pekerjaan di luar sana dibandingkan mengasuh anak? Apalagi mengasuh dengan 3 B. Ah aku yakin orangtua yang ber 3 B dalam mengasuh anaknya dijaman sekarang ini sungguh langka. Bukankah kita umumnya hanya berkejar-kejaran dengan pekerjaan, jabatan, masa depan, harta dan entah apa?

Anak-anak kita biarkan diasuh oleh media, harta, tetangga, atau siapapun dia. Yang jelas bukan oleh kita. Waktu untuk anak-anak kita? Twenty minutes parents! begitu kata penelitian di USA. Menurut penelitian tersebut kebanyakan orangtua hanya menyediakan waktu dua puluh menit dalam sehari untuk anak-anaknya. Kita memang ada di pagi hari bersama anak kita. Pulang sekolah, makan malam, menjelang tidur, mungkin kita juga ada. Tapii hati kita tidak bersama mereka! Wajah mengkerut, ingatan pekerjaan di kepala, bentak sana bentak sini, dan selalu dengan tergesa berkata,”Ayo cepat, nanti terlambat. Makannya lama amat! Ayo tidur! Ayo sholat! Ayo beresin mainan!” dan pecutan kata-kata lainnya. Dan kalau anak-anak ingin bermain bersama kita,”Mama capek!” Itu yang kerap kita ucapkan bukan?

Oh..oh..oh…aku harus berhenti sejenak! Merenung lagi, mengingat lagi tugas-tugas pengasuhan ini. Mereka amanahku! Akankah kutinggalkan mereka tanpa bekal yang berharga? Tapi mengapa begitu sulit untuk mau ber-3 B? Aku sungguh masih penasaran. Kenapa? Kenapa pekerjaan di luar sana selalu berwarna lebih indah?

“Karena orangtua kita tidak pernah mempersiapkan kita menjadi ibu dan ayah!” Itu jawabnya! Ibu Elly menjawab pertanyaanku itu saat aku bersamanya seminggu. “Dari dulu, kita tidak pernah disiapkan untuk menjadi orangtua. Akademik..akademik dan akademik, itu saja yang selalu jadi tujuan. Jadi insinyur, dokter, pengacara..dan lain-lain pekerjaan bergengsi lainnya. Itu lah yang dimau kebanyakan orangtua kita dulu. Apakah pernah kita belajar bagaimana menjadi ibu? Apakah pernah ditanamkan dalam diri-diri kita bahwa suatu saat nanti kita harus menjadi ibu dan ayah? Apakah pernah kita diberi bekal untuk menjadi ibu dan ayah? Tidak bukan? Padahal menjadi orangtua itu tidak mudah. Padahal keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan sangat penting. Padahal ayah dan ibu harus menjadi partnership dalam pengasuhan. Apakah kita tahu semua itu? Saya dengan Neno (Neno Warisman-red) bahkan berjanji, bahwa kami akan berusaha semampu kami hingga mati untuk membuat anak-anak laki-laki generasi kini, agar mereka siap menjadi seorang ayah!” Begitu kira-kira penuturan ibu Elly dalam obrolan-obrolan kami selanjutnya.

Ya! Itulah jawaban yang aku cari. Pantas saja aku tak pernah tergerak untuk bersungguh-sungguh, berencana dan bersengaja membangun keluargaku, mengasuh anak-anakku, karena orientasiku dulu memang hanya jadi dokter..ambil spesialis..karir dan karir. Begitu juga dengan suamiku. Belakangan kurubah niatku menjadi ibu, tapi itu pun karena kondisi. Itupun disambi jadi penulis, jadi tukang kue, dan jadi jadi lainnya. Tetap saja prioritas menjadi ibu ini kemudian tenggelam.

Hmm…lalu apakah artinya aku tak boleh bekerja dan beraktivitas di luar sana? Oh tidak, bukan begitu maksudnya. “Silahkan saja, tapi kalau sudah siap mengambil tanggungjawab lain, bagaimanapun, anak tetap amanah kita. Pengasuhan anak tetap jadi prioritas dan artinya kita tidak boleh mengeluh capek! Siapa suruh punya anak?” begitu kira-kira pesan bu Elly lagi. Di sela-sela obrolannya dengan suamiku, bu Elly malah bilang,” Di rumah saya, haram hukumnya bilang capek! Karena anak saya sudah besar-besar, sekarang, ada anak saudara yang saya asuh. Tanpa ganti baju sepulang kerja, saya bahkan mendahulukan mereka. Ngobrol dengan mereka, atau menemani mereka bikin Pe-er.” Bayangkan, bukan anak sendiri saja betul-betul diasuh dengan 3 B oleh bu Elly. Sedangkan aku? Hmm…

Jadi untuk orangtua yang bekerja, bagaimana tipsnya agar anak tetap dalam ‘kendali’ kita? “Quality time yang benar bukan menyediakan 20 menit sehari untuk anak, tapi terpotong-potong. Kalaupun memilih bekerja, minimal sekali, sediakan dua puluh menit sehari tapi full betul-betul untuk anak. Itu lah yang disebut quality time,” kata bu Elly memberikan tipsnya. “Pulang kerja, muka jangan kenceng. Lakukan sesuatu bukan ‘bersama-sama’ tapi ‘bersama’ anak (jangan melakukan yang lain). Nggak bisa kita bilang,”Mama capek!” saat anak sedang membutuhkan kita. Ketika bersama anak, kosongkan pikiran, buang semua timbunan pekerjaan yang masih menggelayut di kepala, dan lakukan sesuatu dengan anak dengan sepenuh hati.”

Tapii… Tidak boleh mengeluh capek? Wadaw! Bagaimana mungkin? Huhuhu padahal sekalipun aku dirumah tapi pekerjaan rumah dan pekerjaan lain-lain itu lah yang membuatku capek. Si capek yang selalu bikin gara-gara, sehingga aku melewatkan saja momen-momen berharga dalam hidup anakku. Si capek yang kerap membuat amarahku tak tertahan dan kesabaranku hilang. Tapi kalau dipikir lagi, iya ya, setiap pilihan mengandung resiko bukan? Kalau mau mengambil tanggungjawab lain (bukan hanya sebagai ibu dan istri), tentu harus siap dengan akibatnya dong ya? Jadi, memang sudah sewajarnya kalau kita tak boleh mengeluh capek bukan? “Geser paradigma!” kuingat lagi pesan bu Elly. Ya barangkali itu kuncinya agar kita tak lagi mengeluh capek.

Ngeles? Mau lari dari tanggungjawab? Boleh-boleh saja, karena hidup adalah pilihan. Tapi bukankah setiap pilihan harus dipertanggungjawabkan? Sekarang tinggal pilih, mau generasi yang lebih baik, tetap jalan ditempat atau berlari mundur kebelakang?”Apa nggak malu, paspor negara kita selalu dipandang sebelah mata oleh negara lain? Ya karena Cuma sebegini lah kualitas manusia-manusia Indonesia yang ada sekarang!” Ucapan Bu Elly itu kerap kudengar untuk menyentil kami. Namun yang terpenting lagi, ketika nanti Allah bertanya,”amanahKu, telah kau asuh seperti apa amanahKu?” Mampukah aku dengan lancar menjawabnya? Ataukah mulutku hanya bisa terbata-bata, kelu bahkan terkunci kaku? Kalau menjadi ibu dan istri saja sesungguhnya aku belum mampu, lalu sanggupkah aku menjadi ‘ibu sebagai’ lainnya? Argh… rasanya harus kutata ulang lagi hidupku kini!

Pertemuan dengan ibu Elly sungguh seperti sebuah paket spesial dari Tuhan untukku. Ketika aku sedang asik dengan kegiatan baruku dan terlena, lagi-lagi Allah mengirimkan utusannya untuk mengingatkan aku, menegurku dan meluruskan kembali jalan pengasuhanku. Terimakasih ibu, pesan-pesan dan semangat yang kau bawa dalam cerita-ceritamu sungguh membuatku haru. Terimakasih Tuhan, untuk kiriman paket spesial itu. Gerakkan kaki, tangan, hati dan pikiranku, agar tak lagi melalaikan amanahMu.

Selanjutnya...

SalaMAA @ 12:18 AM





Kabar dari Turku


Oleh : Dianti Amelia – Eindhoven - Turku

Alhamdulillah, sudah sekitar 1,5 bulan kami bermukim di tempat baru. Selasa tanggal 12 Juni lalu kami berangkat lewat Koln, nginep dulu di rumah mba Dea:). Baru deh Rabu paginya berangkat ke Helsinki dan sampe juga deh kami di kota Turku *bukan Turki*, 3 jam naik bis dari Helsinki. Jadi insyaAllah untuk 2.5 bulan ini kami bakal kemping di sini deh:).
Beberapa hari pertama tinggal disini rasanya sedih banget karena belum ada internet, di jalan2 ga pernah ketemu sama muslimah2 lain, mana bahasanya ga ngerti sama sekali (bahasa yg digunakan disini adalah bahasa Swedia & Finnish), dah gitu orang2 sini ga seramah orang Belanda, malah ga jarang orang2 sini ngeliatin dengan tatapan aneh :(. (ge-er aja sih bunda:p). Tapi bener dehh, kalau dipikir2 orang Belanda (local & imigran) itu ramah2 sekali, walau hanya berpapasan ga jarang mereka negur duluan (negur saya atau Majid) dan mereka akan menjawab dengan senang hati kalau kita nanya atau minta tolong:).
Komunitas muslim disini memang ga sebanyak di Belanda atau Jerman. Kalau di Belanda & Jerman akan dengan mudahnya kita temui ibu2 berjilbab asal Turki atau Maroko, maka disini susah banget nemu ibu2 berjilbab. Beda dengan Jerman & Belanda dimana komunitas muslim biasanya mayoritas berasal dari Turki & Maroko, maka kalau disini komunitas muslimnya kebanyakan berasal dari Irak & Somalia. Kalau untuk makanan halal, alhamdulillah dekat rumah ada 3 toko Irak yang jualan daging & produk2 halal. Menurut Bapak penjual, daging2 itu asalnya dari Swedia dan Denmark. Sayangnya kita belum nemu fresh meat yang halal, semua yang dijual kebanyakan daging frozen.
Mengenai kotanya, Turku konon merupakan kota tertua di Finland. Dan seperti kota2 tua lainnya di Eropa, biasanya ada katedral dan deket sungai (kita tinggalnya deket katedral & sungainya). Lumayan sih jadinya, bener2 ganti suasana yang cukup berbeda dengan Eindhoven yang merupakan brainport nya Belanda:).
Selain itu karena banyak bangunan2 & gedung2 tua, suasananya jadi mengingatkan sama suasana kota Bandung, minus FO (Factory Outlet) tentunya;). Jalanan di sini banyak yang berbukit2, naik turun, jadi lumayan capek juga buat kita yang ke mana2 jalan kaki sambil dorong Majid:p.
Nah kalo gambar di samping ini adalah sungai Aura, sungai deket rumah tempat Majid jalan2 pagi/sore sambil makan atau sekedar ngeliatin burung:p. Tapi kalo lagi panas males euy kesini, soalnya suka banyak orang berjemur:(. Oh iya, disini juga banyak pengguna sepeda kaya di Belanda, tapi ga sebanyak di Belanda lah:). Sepedanya rata2 model sepeda federal (sepeda gunung) gitu, bukan seperti di Belanda yang biasanya model sepeda kumbang. Bedanya pengguna sepeda disini kebanyakan pada pakai helm hehehe. Jadi lucu gitu deh, berasa liat orang mau balapan sepeda:p.
Beberapa hari tinggal disini juga lumayan mengingatkan akan kampus NTU dulu, model lingkungannya asri & bersih sekali. Mungkin juga karena kebetulan kita tinggalnya dilingkungan kampus ya:). Kota2 disini keliatannya memang lebih bersih daripada kota2 di Belanda, di jalan2 ga pernah terlihat pecaha2an botol minuman bekas orang minum2 (padahal disini banyak juga orang yg suka minum2) ataupun kotoran binatang yang tercecer sembarangan. Karena sedang musim panas, siangnya panjaaaaang sekali. Biasanya waktu magrib itu sekitar jam 23.00 dan jam 02.30 sudah masuk waktu subuh. Tapi sejauh ini kita belum pernah ngerasain malam yang benar2 gelap, karena walaupun sudah masuk waktu isya tetep aja masih ada cahaya matahari, jadi suasananya masih tetep terang malu2 gitu:p. Kalau ga salah istilahnya midnight sun ya. Karena siangnya panjang banget, tidurnya juga jadi bingung, karena diluar terang terus jadi kita mesti kreatif sendiri ngatur 'malam'nya kita. Selain itu bingung juga magrib, isya & subuh nya mepet2 di tengah malam. Majid juga jam tidurnya jadi mundur banget, paling cepet tidur malem itu jam 23.00. Tapi ada enaknya juga, karena siang hari tambah panjang, kalau Ayah pulang kantor kita masih bisa jalan2 meng-explore kota dulu:).Walau lagi summer kayanya sejauh ini belum sepanas summer taun lalu (belum masuk puncaknya summer kali ya?). Alhamdulillah sejauh ini sih suhu berkisar 20-25 derajat aja, kalau di luar masih tetep dingin & berangin, tapi kalau di dalam ruangan sudah cukup membuat Majid berkeringat hehehe. Yang di tempat lain gimana nih sekarang2 ini? udah mulai lebih dari 25 derajat?:)
Duh, rasanya kangen deh sama Eindhoven *apalagi sama Depok:p*. Kangen sama temen2 disana, kangen oma2 yang suka nyapa di jalan:p, kangen belanja di pasar sabtu & Kruisstraat hehehe. Disini juga ada wet market kaya pasar sabtu gitu sih, tapi kalo belanja disini pusing euy, harga barang2 disini rasanya mahal sekali. Kurang lebih bisa 1.5x nya harga barang2 di Eindhoven. Awal2 sampai disini yang dicek pertama kali adalah harga sayur & barang kebutuhan Majid. Pas liat harga pampers, woww 15.99 eur (di Etos kalo diskon 25 eur dapet 3 lohh). Belum lagi harga sayur, ayam, daging, dll, sebungkus wortel aja yg di Edah biasanya kurang dari 1 eur disini harganya 1.5 eur *duh daku emak2 sekali sih:p*. Wuihhh kalo kelamaan disini tekor terus deh:p.

Selanjutnya...

SalaMAA @ 12:09 AM





Tumis Udang Pedas met Bayam



Oleh : Nisa Mufti - Groningen

Resep kali ini datangnya dari Groningen, kota di ujung Utara Belanda. Menurut Mbak Nisa, resep ini gampang dan cepat, apalagi kalo sudah kepepet lapar. Nah...tunggu apa lagi, cepet nyoba yuk!

Bahan :
• 500 gr udang..enaknya udang yang gede-gede..berhubung disini mahal bgt jadi aku pake yg kecil-kecil.
• 1 buah bawang bombay diiris-iris
• 2 buah bawang putih diiris tipis
• 2 buah cabe merah diiris-iris
• 1 sdt saus tiram
• 1 sdm sambel abc pedas
• 1 sdt minyak udang/ikan
• 200 gram bayam
• 1 sdt mentega
• olive oil atau minya goreng
• garam
• merica
• gula pasir

Cara :
• tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum, masukkan minyak ikan dan udang.
• tambahkan air, garam, gula pasir, merica, saus tiram, sambel abc, cabe. aduk-aduk beri sedikit air. kalo airnya sudah menyusut, matikan api. sisihkan.
• tumis bayam dengan olive oil dan mentega , tambahkan merica. aduk-aduk (jangan terlalu layu)
• tata di atas piring udang dan bayam...siap disantap dengan nasi hangat.


Selanjutnya...

SalaMAA @ 12:01 AM





Hatiku Bukan Pualam

Oleh : Khairina – Delft

Rabb Engkau tentu tahu.......,
Hatiku bukan seputih pualam
Dan bukan juga sebening kristal
Hatiku bukan sesejuk embun
Dan bukan juga sehangat mentari
Hatiku hanyalah segumpal darah yang mungkin berbercak hitam

Untuk itu ya Rabb, bantulah aku agar....
Hatiku selalu menghisab diriku, bukan diri yang lain
Hatiku selalu berkata jujur, tiada dusta
Hatiku selalu menepati janji, tiada ingkar
Hatiku selalu bersikap wajar, tiada berperan
Hatiku selalu melihat kesalahan diri, bukan pembenaran diri
Dan... hatiku selalu rindu ingin dekat dengan Mu

Rabb.....,
Tempatkan hatiku sebagai murid yang selalu haus akan ilmu Mu
Bukan sebagai guru yang selalu menggurui

Rabb.....,
Sungguh..., aku takut ke neraka Mu
Ku mohon....., tuntunlah aku untuk menggapai syurga Mu
Karena...., hatiku bukan pualam yang bersih dari nokta hitam

Delft, 5 Pebruari '06



Selanjutnya...

SalaMAA @ 11:55 PM





Es Pipis kopyor


Oleh : Yunita – Delft

Musim panas di Belanda kali ini memang masih juga diwarnai rinai hujan, tapi ada juga sich terselip hari panas. Pasti semua orang setuju, kalau Es Pipis kopyor ini enak sekali disantap di hari-hari panas.
Bahan :

• Santan kue 1 kaleng
• 50 grm tepung beras
• 50 grm tepung hungkwe
• 2 gelas sedang air
• Kelapa muda kalengan
• 1 gelas gula pasir
• Garam dan perwarna hijau daun pandan
• 1 kaleng kolang kaling yg di campur nangka
• Es batu kecil

Cara :


• Masak tepung beras, tepung hungkwe, air, garam dan gula 1/2 gelas.
• Lalu masukkan 1/2 kaleng santan, aduk pelan hingga tidak lengket dan hangus.
• Setelah masak di tuangkan kedalam pirek kaca atau di cetak di dalam cetakan kue mangkok.
• Setelah dingin, baru bisa di serut atau di potong kecil.
• Dihidangkan di dalam piring atau di gelas.
• Lalu tambahkan santan yg udah dimasak pakai gula , tambahkan juga kolang kaling, nangka dan serutan kelapa muda tadi.
• Kalau suka bisa juga pakai batu es, tapi kalau tidak gitu aja juga enak.




Selanjutnya...

SalaMAA @ 11:48 PM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


Pergantian Pengurus dan Afscheid

Oleh-oleh dari KKM II ++

Kursus Kilat Menjahit II ++

Semua Numplek di TD Salamaa 2010

Temu Darat Salamaa 2010

TD dan Launching Buku Salamaa/FLP Belanda

Selamat Idul Fitri 1430 H

Pengurus Salamaa 2009-2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H

Selamat Datang Ramadhan


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA