Tepat Waktu di Belanda
Oleh : Baba Aslam
“Sorry hoor .. ik heb net de bus gemist,“ (Maap ya, soalnya saya barusan ketinggalan bis).
“Excuus.. ik heb me verslapen.” (Maap, tidurku kebablasan.)
Itulah jurus yang kerap dilontarkan ketika orang terlambat datang ke pertemuan atau masuk kelas. Alasan itu biasanya diterima, dengan syarat enggak jadi hobby atau kebiasaan.
Buat kawan-kawan di Belanda ini mungkin menarik menengok bagaimana rata-rata orang Belanda melihat fenomena terlambat atau tepat waktu?
Kebanyakan orang Belanda sangat tepat waktu. Bahkan mereka tahu betul jam berapa “sekarang” ini. Biasanya mereka datang pada jam yang sudah disepakati, ke kantor, pertemuan atau janjian. Kalaupun mereka terlambat dan menggunakan jurus “kebablasan tidur tadi,” maka mukanya akan merah malu dan minta maafnya sampai berkali-kali. Dia akan berusaha keras untuk tidak mengulangi lagi.
Di Belanda ini seseorang yang doyan terlambat dipandang sebagai tidak bisa dipercaya dan tidak bisa diharapkan. Biasanya orang Belanda akan menghindar berbisnis dengan yang suka telaat. Pencari kerja yang datang terlambat ke interview, biasanya tidak akan dapat pekerjaan yang dilamarnya.
Kebanyakan orang Belanda lumayan tahu tentang orang-orang asing, terutama dari Indonesia sebagai, tidak selalu tepat waktu atau penyandang “Jam Karet.” Biasanya gelar itu disampaikan sambil bergurau, tapi sebenarnya si Belanda itu kesal banget sama yang suka telaat. “Saya sudah datang tepat waktu, si Fulan masih juga belum muncul,” begitu biasanya ungkapnya kalau Fulan belum muncul tanpa ada kabar SMS atau telepon.
"Kalau Anda ingin maju di Belanda ini, Anda harus tepat waktu!" Demikian seorang bijak pernah berceloteh. Sembari menambahkan tips-tips berikut ini:
Datanglah tepat waktu. Bagi orang Belanda, lebih baik Anda 10 menit datang kecepetan daripada 5 menit terlambat. Contohnya kalau jam kerja mulai pukul 8:00 pagi, maka Anda diharapkan muncul kurang lebih 10 menit sebelumnya. Kalau Anda datang jam 8 théng, maka itu digolongkan sudah terlambat! Sepuluh menit itu dipakai untuk buka jaket, nyeruput kopi dan lainnya.
Kalau Anda membuat janji dengan rekan Belanda, segera tuliskan di agenda. Karena ketika Anda mengatakan “YA” maka itu bagi si Belanda janji sudah dibuat. Maka berhati-hati dalam menjawab pertanyaan dengan kata “Ya”. Orang Belanda akan lebih menghargai Anda mengatakan “Nee” daripada “Ya” tapi setengah hati dan akhirnya tidak muncul.
Kalau toh Anda memang tidak bisa menepati janji, maka alangkah baiknya kalau Anda menelponnya segera. Rekan Belanda itu akan menghargai cancel, sedini mungkin. Karena dia mungkin ingin bikin janji lainnya.
Itu tadi tips-tips nya. Soal waktu memang belakangan ini serasa berjalan sangat cepat. Sebagai penghuni negara berkecepatan tinggi seperti di Belanda ini, kita kerap merasakan “dikejar-kejar” waktu. Sangat cepat hari beranjak malam, padahal masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Saking menumpuknya kegiatan di rumah dari mencuci pakaian, masak sampai dengan membuat Blog atau mengupdate Multiply. Belum lagi dengan POL dijam-jam nidurin anak dan sekian banyak email yang masih terlantar tidak terbaca di inbox. Kita keteteran melawan waktu..
Sebagai umat muslim, seharusnya kita tidak perlu kedodoran dengan waktu. Karena kita dibekali peranti dasar. Dari kecil sudah mendapatkan pelatihan dalam menghargai waktu dan disiplin. Bangun pagi sholat Fajr sebelum berangkat ke sekolah. Siang hari pulang ke rumah tepat waktu untuk sholat Dhuhur. Sore hari Ashr, mandi dan sholat Magrib. Kemudian Isha menjelang istirahat malam.
Apalagi setelah beranjak dewasa mulai memahami arti surah al-Ashr yang diawali dengan “Demi masa... “ dst. Lengkap sudah bekal kita sebagai umat islam untuk bisa menghargai waktu. Kalau berdate dengan Allah sudah lancar maka janji dengan sesama manusia pun semustinya tidak masalah. Sudah selumrahnya kita umat islam ini bisa menandingi orang-orang Belanda dalam menghargai dan tepat waktu. Semoga tulisan ini belum basi dan terlambat!
SalaMAA @
12:15 AM