Cara berkomunikasi seperti ini“Ah, nggak usah dipikirin, nanti juga hilang sendiri. Masa gitu aja kamu nggak bisa?! Jangan nangis dong, kamu kan sudah besar!” sudah sangat akrab di telinga dan kita gunakan sejak jaman nenek buyut kita. Namun jika ternyata cara berkomunikasi semacam itu sebetulnya menyebabkan anak-anak kita menjadi rapuh, tidak percaya diri, merasa tidak berharga, dan tidak bisa mengoptimalkan kecerdasannya, akankah kita diam saja? Jika ternyata cara-cara berkomunikasi yang telah diwariskan itu dijadikan “peluang” oleh para pebisnis pornogarfi dan narkoba untuk menjadikan anak-anak kita target pasar mereka, akan kah kita berpangku tangan saja? Dan jika ternyata cara-cara kita berkomunikasi selama ini menyebabkan anak-anak kita melakukan ibadah hanya karena takut siksa dan bukan karena cinta pada Tuhannya, tegakah kita membiarkannya saja?
Ternyata, komunikasi yang selama ini terbangun turun temurun antara orangtua, anak, pasangan hidup, teman dan sesama, kebanyakan cenderung mengabaikan perasaan lawan bicara. Padahal komunikasi adalah dasar dari semua hubungan. Jika ada masalah dalam komunikasi, yang pertama menjadi korban adalah perasaan manusia. Secara alamiah, manusia butuh diterima perasaannya, sehingga dia merasa aman, nyaman dan bisa melanjutkan pembicaraan. Bila anak bertanya,”Kondom itu apa Ma?” dan lidah orangtua kelu hanya mampu berkata,”Hush saru! Nggak boleh tanya-tanya itu!” Bagaimana mungkin pembicaraan seputar seks akan berlanjut? Padahal keingintahuan anak soal seks suatu saat pasti akan menggebu. Apa jadinya bila kita biarkan mereka mencari tahu sendiri? Penasaran, mencoba-coba, dan akhirnya terjerumus dalam seks bebas, itu lah yang kebanyakan terjadi, dan semua berawal dari komunikasi!
Menjadi orangtua sungguh merupakan suatu perjuangan berat dan panjang. Ketika kita ingin anak-anak kita taat beribadah pada Allah, lalu kita mengancam anak dengan perkataan,”Ayo sholat, kalau enggak masuk neraka!” Betulkah ancaman seperti itu bisa melahirkan anak-anak yang mencintai Tuhannya? Kita tak akan pernah tahu bila kita tak belajar. Namun sayang, tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua. Padahal mengasuh anak di jaman sekarang menghadapi tantangan yang luar biasa, apalagi di negeri orang seperti negeri Belanda ini. Kita tidak dapat lagi mengandalkan cara-cara pengasuhan yang selama ini kita ketahui secara turun temurun. Dan yang paling mendasar harus kita rubah adalah cara kita bicara atau berkomunikasi. Karena hampir semua permasalahan bersumber dari cara berkomunikasi yang tidak sehat.
Mengingat pentingnya komunikasi yang sehat sebagai suatu ‘obat’ untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengasuhan, workshop ini menjadi penting diselenggarakan. Workshop ini semoga bisa membuat orangtua tercerahkan sehingga mampu berkomunikasi dengan baik dan menggali potensi anak-anaknya secara optimal. Dengan diadakannya workshop ini diharapkan orangtua bisa ‘pede’ saat berbicara seks dengan anak-anaknya. Selain itu orangtua juga diharapkan bisa membantu anak taat beribadah dengan cara yang menyenangkan. Akhirnya dengan munculnya orangtua yang bijak dan tahu bagaimana cara berkomunikasi, mudah-mudahan akan muncul generasi penerus bangsa yang sehat bukan hanya fisiknya, tapi juga emosional dan spiritualnya. Generasi yang cerdas, penuh empati dan cinta akan Tuhannya!
MAKSUD & TUJUAN
- Meningkatkan kemampuan orangtua berkomunikasi dengan anak, mengenali dan memahami perasaan anak.
- Memberi pengetahuan kepada orangtua mengenai dampak negatif dari teknologi media dan dampaknya bagi perkembangan kejiwaan anak serta kiat-kiat praktis bagaimana bicara tentang seks dengan anak, sehingga bisa menghasilkan anak yang seksualitasnya sehat, lurus dan benar.
- Membahas bagaimana pentingnya mengenalkan Allah, Nabi kitab suci dan berbagai peraturan agama dengan menyenangkan tergantung usia.
BENTUK KEGIATAN
Kegiatan workshop akan dilaksanakan dalam tiga hari, bertempat di Wijkcentrum “de Hofstee”, Delft. Detail kegiatan workshop adalah sebagai berikut:
- Jum’at, 1 Juni 2007
Jam : 13.30 - 20.45 CET
Materi : Kiat berkomunikasi yang sehat dan mencerdaskan
- Sabtu, 2 Juni 2007
Jam : 10.00 - 17.45 CET
Materi : Memahami dampak negatif teknologi media dan akibatnya bagi perkembangan kejiwaan anak dan Pede Bicara Seks pada anak anda
- Minggu, 3 Juni 2007
Jam : 10.00 -17.30 CET
Materi : Bagaimana membantu anak kita beribadah dengan menyenangkan
TARGET PESERTA
Target peserta workshop ini adalah warga Indonesia yang tinggal di Belanda yang peduli dan berminat untuk mengetahui lebih banyak mengenai seluk beluk pengasuhan anak, khususnya dalam hal meningkatkan kemampuan orangtua berkomunikasi dengan anak agar bisa pede bicara seks dengan anak dan bisa membantu anak taat beribadah secara menyenangkan.