Nabi Ibrahim as adalah nabi yang paling dimuliakan oleh Allah SWT, kedudukannya disetarakan dengan Nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu nama beliau selalu kita baca bersama dengan nama Rasulullah dalam shalawat nabi. Allah SWT menjadikan Nabi Ibrahim as sebagai imam bagi seluruh umat manusia, karena beliau telah menyempurnakan berbagai ujian berat yang diberikan Allah SWT padanya.
Nabi Ibrahim as dan keluarganya diangkat sebagai teladan bagi umat manusia, dalam membentuk keluarga yang diridhai oleh Allah SWT. Diangkatnya beliau dan keluarganya sebagai teladan dikarenakan :
- Ketaatan beliau kepada Allah SWT adalah utuh dan sempurna.
Hal tersebut tampak pada kesempurnaan beliau dalam melakukan perintah dan menjauhi larangan dari Allah SWT. Beberapa contoh ujian yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as antara lain :
Ujian pertama adalah ketika beliau menjadi seorang anak, beliau disuruh ayahnya untuk menjual patung. Beliaupun melaksanakan tugas itu, sebagai kepatuhan seorang anak terhadap perintah ayahnya. Pada saat berjualan, Nabi Ibrahim as tidak membujuk orang untuk membeli patung. Beliau malah menerangkan kepada orang-orang, bahwa patung-patung tersebut membawa kemudharatan. Tentu saja tidak ada seorangpun yang mau membeli patung-patung tersebut, sehingga ayahnya menjadi sangat marah kepada Nabi Ibrahim as Pada saat ayahnya menyuruh dia untuk memilih antara ayahnya dengan Allah SWT, maka Nabi Ibrahim as memilih tetap berada di jalan Allah SWT dan meninggalkan ayahnya. Nabi Ibrahim as lulus dalam ujian pertama ini, karena ketaatan kepada orang tua itu sifatnya terbatas atau tidak mutlak (tergantung dari jenis perintahnya). Bila perintah tersebut sejalan dengan perintah Allah SWT, maka kita wajib mematuhinya. Namun bila bertentangan, maka kita wajib pula untuk tidak mematuhinya.
Ujian kedua yang diterima Nabi Ibrahim as adalah pada saat beliau berhadapan dengan masyarakat. Pada saat masyarakat banyak menyembah patung, maka Nabi Ibrahim as menghancurkan patung-patung tersebut dan menyisakan satu patung yang paling besar serta menaruh palu besar di tangan patung itu. Masyarakat menangkap beliau dan mengadilinya. Pada saat diadili, Nabi Ibrahim as malah balik bertanya kenapa masyarakat begitu yakin bahwa dialah yang telah menghancurkan patung-patung tersebut. Mengapa masyarakat tidak menyangka bahwa patung terbesar itulah yang telah mengancurkan patung-patung yang lain. Masyarakat menjawab bahwa tidak mungkin sebuah patung bisa bergerak, apalagi melakukan perbuatan yang hanya manusia yang bisa melakukannya. Dengan jawaban dari masyarakat itu, maka Nabi Ibrahim as dapat membuktikan bahwa patung tidak memiliki kekuasaan apa-apa & tidak patut untuk disembah. Walaupun begitu, masyarakat tetap menghukum beliau dengan membakarnya. Namun keyakinannya terhadap pertolongan Allah SWT yang sangat besar, telah menyelamatkannya dari panasnya api. Pada saat itu Allah SWT membuat api itu menjadi dingin, sehingga tidak membakar tubuh Nabi Ibrahim as.
Ujian lainnya adalah saat beliau ditangkap oleh raja dan ditanya siapakah tuhannya. Beliau menjawab, bahwa tuhannya adalah yang dapat menghidupkan dan mematikan. Namun raja masih bisa membuktikan, bahwa seorang rajapun bisa menentukan siapa yang harus dibunuh dan siapa yang dibiarkan tetap hidup. Sekali lagi Nabi Ibrahim as mengatakan, bahwa tuhannya adalah yang bisa menerbitkan matahari dari Timur dan menenggelamkannya di Barat. Lalu beliau meminta raja untuk membalikannya, yaitu menerbitkan matahari dari Barat dan menenggelamkannya di Timur. Keterangan kedua itu membuat raja tidak dapat membantah lagi dan segera membebaskan Nabi Ibrahim as.
Allah SWT tidak hanya menguji Nabi Ibrahim as seorang, tapi Allah SWT menguji pula keluarga beliau. Pada suatu saat, raja mengambil Siti Sarah yang cantik untuk dinodainya dan mengasingkan Nabi Ibrahim as Ketika raja akan mendekati, Siti Sarah meminta izin untuk shalat dulu kepada raja dengan tabah dan tenang. Setelah Siti Sarah selesai shalat, rajapun berniat untuk melakukan niat buruknya. Namun setiap raja mendekati Siti Sarah, maka raja tersebut pingsan. Akhirnya raja percaya, bahwa Siti Sarah adalah bukan wanita biasa dan membebaskan mereka berdua serta memberi mereka seorang budak, yaitu Siti Hajar.
Ujian lainnya lagi adalah pada saat Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke sebuah lembah serta meninggalkan mereka di sana. Nabi Ibrahim as dan Siti Hajar yakin, bahwa Allah SWT mempunyai maksud dari apa yang diperintahkan-Nya dan akan menolong mereka. Sebelum meninggalkan Siti Hajar dan Ismail, Nabi Ibrahim as berdo’a agar Allah SWT menjadikan keluarganya sebagai orang-orang yang selalu mendirikan shalat. Setelah ditinggalkan oleh suaminya dan persediaan airnya habis, maka Siti hajar berlari ke bukit Shafa dan ke bukit Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari pertolongan. Kejadian tersebut kita kenal sekarang sebagai Sa’i. Setelah Siti Hajar sangat kelelahan, maka Ismail yang saat itu masih bayi, mengentak-hentakan kakinya ke tanah. Dari bekas hentakan kaki Ismail itu, mengalirlah air zam-zam. Bagi Allah SWT sebenarnya mudah untuk mengeluarkan air zam-zam beberapa saat setelah Nabi Ibrahim as pergi, tapi Allah SWT menguji dan menyuruh umatnya untuk berusaha serta percaya akan pertolongan-Nya.
Ujian lain yang tak kalah beratnya adalah pada saat Nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih Ismail putranya. Pada saat mendengarnya, Ismail-pun bersikap iklas dan sabar. Pada ujian kali inipun mereka lulus dan menyempurnakan perintah Allah SWT.
- Keteladanan dalam pengorbanan.
Beliau begitu banyak berkorban dalam menjalankan ujian-ujian dari Allah SWT dengan iklas dan sabar.
- Keteladanan dalam pendidikan
Beliau selalu mendidik diri dan selalu lari kepada Allah SWT, pada saat menghadapi segala persoalan. Begitu juga dengan pendidikan yang diberikan bekiau kepada keluarganya, sehingga mereka menjadi orang-orang yang iklas dan sabar.
- Keteladanan dalam Muamalah
Contohnya pada saat Nabi Ibrahim as kedatangan tamu yang tidak dikenalnya (yang ternyata malaikat), maka beliau dan istrinya tanpa rasa curiga melayani tamunya dengan baik. Contoh lain ialah, beliau tetap mendo’akan ayahnya walaupun dia sedang berselisih dengan ayahnya.
- Keteladanan dalam Wada dan Baro’ (kesetiaan dan sikap permusuhan/ melepaskan diri)
Sesungguhnya Nabi Ibrahim as memusuhi apa yang dilakukan orang-orang yang sesat, sampai mereka beriman kepada Allah SWT. Beliau sangat memusuhi kebhatilan.
Keteladanan yang dapat kita ambil dari ujian-ujian yang diterima oleh Nabi Ibrahim as tersebut, adalah agar kitapun menjadi orang-orang yang taat terhadap perintah Allah SWT, seberapapun beratnya ujian yang kita peroleh dari-Nya.