>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

Problema Sehari-hari dalam Pengasuhan I


TOL Salamaa tgl 2 Mei 2007

Oleh : Elly Risman Musa, S.psi

Taujiah online Salamaa kali ini yang dibawakan oleh Ibu Elly Risman, berisi jawaban dari duabelas pertanyaan seputar pengasuhan buah hati, yang diajukan oleh para ibu di Belanda maupun di Jerman. Semoga baik pertanyaan maupun jawaban yg diberikan Ibu Elly, memberikan manfaat juga untuk para orang tua lainnya.

Pertanyaan 1 :
Sebagai umat Islam yang hidup di luar negeri, masalah pornografi dan pornoaksi sudah susah sekali untuk dihindari. Kalaupun kita berusaha melindungi anak-anak dari pengaruh TV/majalah, tapi diluar rumah anak-anak akan dengan sangat mudahnya terexpose dengan berbagai bentuk pornografi dan pornoaksi. Terlebih di Belanda ini, dimana hubungan sesama jenis yang sudah amat vulgar. Keterbiasaan melihat itu mau tidak mau berpengaruh pada pola pikir, yang terlihat jelas, itulah yang dipahami anak sebagai yang boleh/wajar. Bagaimana kita melindungi anak-anak dari pola pikir “itu kan sudah biasa” seperti ini? Dan bagaimana memberi penjelasan yang mudah untuk dipahami anak-anak?

Jawab :
Pada prinsipnya penjelasan apapun yang kita berikan kepada anak, terutama tentang pornografi dan pornoaksi sangat berkaitan dalam 3 hal :


  1. Usia. Bahasa yg digunakan harus kita rumuskan sesuai usia. Misalnya untuk anak di bawah usia 7 thn, sebaiknya kita berbicara pendek dan sederhana. Sedangkan untuk anak di atas 7 thn, kita bisa menjelaskan dengan lebih panjang lebar.

  2. Tingkat kecerdasan. Anak yang cerdas atau sangat cerdas, biasanya bisa diberikan penjelasan dengan lebih mudah daripada anak yang kurang cerdas.

  3. Anak yang periang dan terbuka juga akan lebih mudah untuk diajak berkomunikasi daripada anak yang pendiam.


Pertanyaan 2 :



  1. Peer-Pressure. “Peer-Pressure” atau tekanan dari teman sebaya, adalah hal yang lumrah dialami oleh seorang anak. Fenomena ini muncul jika mayoritas anak melakukan suatu hal, maka anak yang lain juga akan mengikuti hal itu. Peer-pressure bisa berakibat positif jika mayoritas temannya berbuat baik, maupun negatif jika mayoritas temannya berbuat buruk. Bagaimana mengajarkan kepada anak, agar tidak merasa terbebani dengan peer-pressure tersebut? Apa yang bisa dilakukan di rumah (secara praktik), agar orang tua bisa menumbuhkan kedewasaan dan kemandirian anak di tengah pergaulan dengan teman-temannya?

  2. Kompetitif vs Kooperatif. Dalam dunia yang ideal, seluruh manusia seharusnya bisa saling bekerja sama dalam bidang apapun. Sementara itu, dunia juga begitu kompetitif. Terkadang kompetisi itu begitu keras, sehingga bisa muncul sifat egois serta iri hati. Kemudian seseorang tidak mau berbagi resep keberhasilannya, karena takut orang lain akan mengikuti keberhasilannya. Atau seorang anak tidak mau membantu temannya belajar, karena khawatir nantinya akan tersaingi jika temannya menjadi bisa. Pertanyaan yang muncul : bagaimana cara mendidik anak, agar mau dan mampu berkompetisi secara baik?

Jawab :



  1. Peer-pressure adalah merupakan pertanyaan-pertanyaan seperti misalnya : apakah kamu seorang muslim? Kenapa kamu tidak merayakan thanksgiving? Punyakah kamu pohon natal di rumah? dan lain-lain. Pada anak usia di atas 7 thn, peer-pressure akan bekerja lebih kuat daripada yang dirasakan orang tua. Sedangkan anak usia di atas 14 thn, peer-pressure berubah menjadi pertanyaan yang lebih parah lagi, misalnya : apakah kamu masih perawan? dan lain-lain. Jadi kita harus membiasakan anak-anak dengan BMM : berpikir, memilih dan mengambil keputusan. BMM inilah yang harus kita tumbuhkan setiap hari, sebagai modal utama untuk menghadapi peer-pressure tersebut dan membuat anak menjadi mandiri serta lebih dewasa. Dalam psikologi dikenal harapan sosial, artinya anak diharapkan berkembang sesuai usianya.

  2. Kompetisi itu alami dan ada dalam diri setiap manusia. Terutama kita harus sadar bahwa kompetisi itu alami dan harus dilihat positif serta yang penting bagi orang tua adalah memahami perasaan dan kebutuhan di balik persaingan itu. Anak membutuhkan 3 unsur besar, ialah : cinta, komitmen dan apresiasi. Orang tua harus bisa menjadi coach of competition. Pertama kali kita mengajarkan anak dengan menjelaskan, bahwa nilai positif dari kompetisi adalah berkompetisi dengan diri sendiri. Bagaimana kita mengalahkan diri sendiri, apa yg bisa kita capai dan bagaimana untuk meningkatkan diri kita sendiri, bagaimana kita membandingan diri kita dengan orang lain dan apa yang yang ingin kita capai dalam hidup kita. Sebagai coach of competition, kita harus membantu membentuk aspirasi diri anak kita. Membantu anak kita menentukan goal, membantu bagaimana mencapai tujuan (goal tersebut), apa yang bisa dipelajari dari kalah dan menang, bagaimana menyiarkan kesempatan yang realistis tanpa menjatuhkan harga dirinya. Setelah anak-anak bisa memahami apa itu kompetisi, maka anak-anak kita akan bisa membedakan kapan dia harus berkompetisi dan kapan harus bekerjasama. Kitapun harus menjelaskan kepada anak mengenai apa itu kerja sama atau berjama’ah, contohnya : pembagian tugas-tugas di rumah. Bila seseorang atau seorang anak tidak mau berbagi ilmu yang dimiliknya, dikarenakan para orang tuanya tidak memberikan contoh kepada anak-anaknya, bahwa ilmu yang kita miliki akan semakin bermanfaat bila kita membagikannya kepada orang lain. Dengan begitu, kita akan memperoleh ilmu yang lebih banyak lagi dari Allah SWT. Kita harus menanamkan prinsip muslim yang baik dalam jiwa anak-anak kita, bahwa hanya ada 3 yang menghubungkan seseorang yang sudah meninggal dengan dunia ini, yaitu : anak sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal (perbuatan baik).

Pertanyaan 3 :



  1. Bagaimana peran aktif saya sebagai ibu, agar saya dapat mendidik anak (umur 5 thn dan bersekolah di sekolah katholik) secara prinsip Islam? Memberikan kesadaran bahwa walaupun tinggal di Belanda, tapi prinsip kita hanya Islam saja dan segala yang bertentangan dengan prinsip Islam harus dielakan. Atau haruskah saya masukan anak saya ke sekolah Islam yg jaraknya cukup jauh (kondisi sekarang lebih sulit), agar basisnya kuat sehingga tidak akan terpengaruh oleh arus luar yang tidak baik?

  2. Bagaimana melatih anak untuk disiplin?


Jawab :
Sebetulnya apapun yang dialami anak di luar rumah, kekuatan yang pertama dia peroleh di dalam rumah adalah modal utama. Jadi sejak kecil sebaiknya kita membiasakan anak-anak hidup secara Islami. Semua penjelasan tergantung dari usia, misalnya untuk anak-anak di bawah usia 7 thn kita bisa menggunakan prinsip 3 B : bercerita, bermain dan bernyanyi.



  1. Bercerita : diawali dengan cerita, menceritakan apa dan mengapa. Misalnya : menceritakan apa bedanya hidup di Belanda dan hidup di Indonesia, terutama mengenai keyakinan yang mayoritas dianut di Indonesia dan di Belanda.

  2. Bermain : misalnya games, tanya jawab, melihat peta, membuat bangunan-bangunan dari karton dan lain-lain.

  3. Bernyanyi : misalnya mengajarkan nyanyian-nyanyian tentang ketuhanan, sehingga anak-anak tahu bahwa Allah SWT itu dekat sekali dengan kita.


Dengan prinsip 3 B tersebut, membuat anak belajar agama dengan merasa senang. Menurut Saidina Ali mendidik anak itu 7 tahun pertama adalah dengan bermain,7 tahun kedua kita harus memperlakukan anak-anak seperti teman dan pada saat anak berusia di atas 14 tahun, maka kita mulai mengajak anak berdiskusi tentang hal-hal yang baik maupun yang salah.
Pendidikan dan pengasuhan itu memang harus bersungguh-sungguh, terencana dan bersengaja.
Banyak orang tua muslim yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah kristen atau khatolik, karena orang tua ingin anak-anaknya punya disiplin yang bagus dan memperoleh basis pelajaran pengetahuan umum yang lebih baik. Sedangkan pelajaran agama di rumah, diserahkan kepada guru-guru agama. Sewbenarnya cara yang terbaik untuk menerapkan ilmu agama itu adalah dimana orang tualah yang seharusnya memberikan contoh pengamalan dari ilmu-ilmu agama tersebut.
Orang-orang yang akan memperoleh anak-anak sesuai harapan, adalah yang basis agama di rumahnya bagus dan pendidikan agama tidak diserahkan kepada orang lain serta orang tua bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya.
Untuk kita yang tinggal di negara non-muslim, maka kita harus menciptakan suasana yang se-Islami mungkin dan tanpa tekanan, karena keyakinan-keyakinan lain di luar sana berusaha mempengaruhi anak-anak kita dengan cara yang menyenangkan. Jadi kita harus punya bekal agama yang kuat dan orang tua harus menjadi idola bagi anak-anaknya. Kita harus memposisikan anak kita seperti kita, artinya apa yang kita rasakan adalah sama dengan yang dirasakan anak-anak kita.
Bila kita sebagai orang tua terlalu memaksa anak-anak kita belajar agama, maka akan mengakibatkan :



  1. Anak akan tidak suka kepada orang tuanya

  2. Anak akan tidak suka kepada pelajarannya

  3. Anak akan tidak suka dengan keislamannya

Oleh sebab itu kita harus mencari cara mengajak anak dengan menyenangkan untuk belajar ilmu agama.

Pertanyaan 4 :
Bagaimana kalau anak kita hamil dalam usia dini, walaupun kita sudah berusaha sebaik mungkin untuk ke jalan Allah, tapi tetap saja terjadi. Apalagi di sini anak-anak berangkat ke sekolah dari jam 08.15 dan baru sampai di rumah lagi jam 16.30. Apa yang harus kita lakukan?

Jawab :
Bila kita mendidik anak- anak kita secara islami dengan baik, maka kejadian yang tidak diharapkan Insya Allah tidak akan terjadi. Kita harus bisa memberikan kepercayaan kepada anak-anak kita, sehingga mereka berusaha membuktikan bahwa mereka memang bisa dipercaya.



SalaMAA @ 2:45 AM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


Problema Sehari-hari dalam Pengasuhan II

Berita Keluarga Salamaa Mei 2007

Menghidupkan Hati dengan Iman

Anak Qurrota A’yun : Antar Cita dan Fakta

Tepat Waktu di Belanda

Gulai Cumi Padang

Workshop Salamaa 1, 2 dan 3 Juni 2007

Memotifasi Diri untuk Mempelajari Al Qur’an

Keteladanan Nabi Ibrahim As

Berita Keluarga Salamaa April 2007


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA