>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

Merubah Cara BerKomunikasi dengan Anak Yuk!


Oleh : Agnes Tri Harjaningrum
“Udah diem! Jangan nakal dong! Jangan nangis terus! Dimarahin pak polisi lho nanti! Sudahlah, kalo sekali ini aja kamu nggak bisa, ya pasti kamu nggak akan pernah bisa. Makanya nurut ya sama Mama, berapa kali Mama bilang jangan naik-naik pohon! Sekarang tahu rasa deh! Masa pake sepatu sendiri aja nggak bisa? Bisanya apa dong Dek? Lihat tuh si Adek aja udah selesai makannya. Kamu udah tujuh tahun makan nggak selesai-selesai! Mama bilang, bereskan kamarnya sekarang! Disuntik nggak sakit koq, kaya digigit semut aja. Udah biarin aja, nggak usah dipikirin, nanti juga hilang. Masa gitu aja nangis, katanya udah besar!”

Familiar dengan kalimat-kalimat diatas? Ya, tentu saja. Cara berkomunikasi seperti itulah yang kerap kita dengar dari orangtua kita dulu. Bahkan hingga sekarang cara berkomunikasi seperti itu masih sering kita lakukan pada anak-anak kita bukan?. Memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengeritik, menyindir, menganalisa, itulah dua belas gaya populer penghalang komunikasi. Dua belas gaya komunikasi ini memang sangat populer dan rasanya sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa 12 gaya populer itu menjadi penghalang dalam komunikasi? Mengapa cara berkomunikasi yang baik dan benar ternyata penting? Apa akibatnya bila cara berkomunikasi kita dengan anak ternyata keliru? Dan bagaimana cara berkomunikasi yang sehat itu sesungguhnya?

Dalam Training Parenting dengan tema “Meningkatkan Komunikasi dalam Pengasuhan Anak” tanggal 24 dan 25 November 2007 lalu, ibu Rustika Thamrin Psi. membahasnya secara mendalam. Ibu Rustika merupakan psikolog dari yayasan Kita dan Buah Hati Jakarta. PPME (Persatuan Pemuda Muslim Eropa) Amsterdam bekerja sama dengan Salamaa (komunitas muslimah di Belanda), sengaja memanfaatkan kedatangan ibu Rustika ke Eropa, untuk bicara di Amsterdam. Acara training hari pertama dibuka oleh ketua PPME Amsterdam, bapak …. yang menyambut baik diadakannya training parenting ini. Selanjutnya, selama dua hari penuh, 21 orang peserta mengikuti dengan seksama materi-materi dan game-game yang disajikan oleh Ibu Rustika.

Mengapa cara berkomunikasi masa lalu itu lebih banyak kelirunya? Ternyata, komunikasi yang selama ini terbangun sejak turun temurun antara orangtua, anak, pasangan hidup, teman dan sesama, kebanyakan cenderung mengabaikan perasaan lawan bicara. Padahal komunikasi adalah dasar dari semua hubungan. Jika ada masalah dalam komunikasi, yang pertama kali jadi korban adalah perasaan. Secara alamiah, manusia butuh diterima perasaannya, sehingga dia merasa aman dan nyaman sehingga bisa melanjutkan pembicaraan. Menidakkan perasaan, menasehati, dan melakukan duabelas gaya populer penghalang komunikasi lainnya, bukan saja membuat perasaan lawan bicara semakin tidak nyaman, tetapi juga merusak harga dan kepercayaan diri mereka.

“Kalau cara berkomunikasi yang kita lakukan masih banyak yang keliru, bagaimana mungkin pesan-pesan yang ingin kita sampaikan dapat diterima oleh anak-anak atau lawan bicara kita. Anak-anak akan menyerap pesan apapun dengan mudah bila mereka dalam kondisi senang, saat sistem limbik dalam otak kita terbuka,” papar ibu Tika. Cara komunikasi model lampau mungkin memang tak masalah bagi sebagian orang.”Toh dulu aku dididik dengan duabelas gaya populer dan cara pengasuhan model lama oleh orangtuaku tapi aku masih bisa jadi orang,” begitu mungkin kata sebagian orang. Ya, boleh-boleh saja berpendapat demikian. Tapi jaman berkembang sedemikian pesat. Pengasuhan anak menghadapi tantangan yang luar biasa yang membuat kita tidak dapat mengandalkan cara-cara pengasuhan yang selama ini kita ketahui secara turun temurun. Dan yang paling mendasar harus kita rubah adalah cara kita bicara atau berkomunikasi!

“Apa kelemahan orang-orang Indonesia pada umumnya?” Tanya ibu Tika dalam satu sesie materi.”Orang Indonesia itu kebanyakan kesulitan menjadi problem solver!” Mengapa? Karena umumnya, pecutan kata seperti,” Ayo makan! Cepetan berangkat! Pake baju ini! Dan perintah-perintah lainnya seringkali menghiasi masa kanak-kanak kita, orang Indonesia. Padahal, gaya komunikasi ‘memerintah’ semacam ini lah yang umumnya menyebabkan anak jadi kesulitan dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Selain memaparkan akibat negatif dari ‘memerintah’, ibu Tika pun memaparkan akibat-akibat negatif dari 12 gaya populer lainnya beserta solusinya.

Game-game yang dimainkan oleh peserta saat training berlangsung kian menghangatkan acara. Dengan ekspresifnya, beberapa ibu-ibu memainkan peran sebagai anak yang ngambek, ibu yang judes, ibu yang bawel, anak yang pasrah dan lain-lain. Beberapa peserta yang tampil sangat menjiwai perannya mendapatkan hadiah buku-buku mungil dari yayasan Kita dan Buah Hati. Acara pun tak lupa diselingi dengan menyanyikan lagu, menggerakkan badan, bahkan menggambar. Tapi semua kegiatan tersebut tentu tak terlepas dari materi yang disampaikan.

Di hari kedua acara, ibu Tika memberikan materi ‘Menentukan Masalah Siapa ini’, ‘Bekerjasama Memecahkan Masalah’ dan ‘Pesan Saya’. Dalam sesie-sesie materi tersebut peserta dilatih untuk memilah masalah siapa. Setelah itu peserta diberikan rumus untuk ‘Mendengar Aktif’ (MA) dan juga rumus ‘Pesan Saya’ (PS). “Pada pokoknya, ibu tak mungkin menjadi super problem solver. Karena itu anak harus diajarkan untuk mandiri,” ucap bu Tika. “Caranya dengan menentukan masalah siapa ini, dan yang punya masalah bertanggungjawab menyelesaikan masalahnya.” Jika masalah ada pada anak, kita gunakan cara ‘MA’. Tapi bila masalah ada di orangtua, gunakan rumus ‘Pesan Saya’.

Jika kita menggunakan ‘MA’ saat anak sedang bermasalah dengan perasaannya atau saat kita ingin menolak permintaan anak, maka anak akan belajar untuk mengenali perasaannya, memanage emosinya, dan belajar bahasa respek. Kunci saat melakukan ‘MA’, kita harus menghargai, mendengarkan, menerima anak dengan mata dan hati. Kita juga perlu mengenali dan menamai perasaan yang muncul pada anak, serta terbuka dengan bahasa tubuhnya. Dalam training kali ini, peserta diminta untuk menjawab beberapa soal latihan bagaimana melakukan ‘MA’. Contoh gampangnya begini: Misalkan anak pulang sekolah dengan muka sedih dan menunjukkan hasil ulangannya, biasanya orangtua akan berkata begini,”Udah deh Bang nggak usah sedih. Makanya abang jangan kebanyakan main ya, belajar yang bener.” Mestinya orangtua bisa melakukan ‘MA’ dengan menggunakan kalimat berikut. “Abang kecewa ya karena nilai abang jelek?” Lalu arahkan pembicaraan sehingga anak mampu memberikan solusi terhadap permasalahannya sendiri. Orangtua tak perlu banyak ikut campur dengan menasehati dan memberi jalan keluar, karena nantinya anak tak akan pernah belajar.

Bagaimana dengan ‘PS’? ‘PS’ digunakan bila masalah ada pada orangtua. Biasanya, kalimat yang sering terdengar dari orangtua adalah’pesan kamu’, seperti ini:” Kamu tuh ga ngerti aja mama lagi sibuk!” Dengan kalimat ini, orangtua tidak membedakan anak dengan perilakunya. Mestinya, ganti kalimatnya dengan kalimat berikut,” Mama kesal, mama terganggu kalau kamu teriak-teriak begitu karena Mama jadi ga bisa kerja.” Tentu saja kalimat tersebut tak perlu diucapkan dengan amarah berlebihan, cukup dengan ketegasan. Kalimat ‘PS’ ini akan membuat anak merasa bahwa perilakunya yang salah bukan dirinya. Anak merasa lebih dihargai dan juga belajar arti konsekuensi. Ternyata akibat perilaku anak, ada efeknya bagi Mamanya.

Dengan menyeimbangkan disiplin dan kasih sayang melalui cara berkomunikasi lewat ‘PS’ dan ‘MA’ serta menghindari 12 gaya populer penghalang komunikasi, insya Allah anak akan menjadi mandiri dan bertanggungjawab. Anak juga akan menjadi percaya diri, dan memiliki hubungan yang hangat dengan orangtuanya. Dengan demikian bila godaan dari luar sana menggempur si anak, insya Allah, anak tetap percaya diri, bisa memilih yang terbaik, mengambil keputusan dan bertanggungjawab dengan keputusannya.

Karena itu, apakah kita masih ingin menerapkan 12 gaya populer dalam berkomunikasi? Apakah kita tidak ingin berubah, menerapkan ‘MA’ dan ‘PS’ dalam berkomunikasi dengan anak? “Susah Bu, kalau disini sih ingat, nanti sampai rumah, ga tau ya,” begitu kata seorang peserta. Susah memang. “Tapi harus dicoba! Kalau kita coba, Bisa!” Ucap bu Tika menutup materi terakhir. Yuk, mari kita coba! Siapa tahu perubahan cara berkomunikasi kita dengan anak bisa merubah masa depan bangsa kita!


SalaMAA @ 11:52 PM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


Delapan Cara Mujarab Mengendalikan Marah

Berita Keluarga Salamaa

Sabar Pangkal Sukses

Sambel Iwak Panggang Mackarel

Ke Volendam, Kudu dan Harus Difoto

Ayam Panggang Bumbu Rujak

Membuka Pintu Maaf, Berkacalah Pada Rasulullah“Dan...

Jalan SyukurDi atas kertas putih mungkin semua ora...

Berita Keluarga SalamaaKehidupan manusia di dunia ...

Pedihnya Hati PendengkiKalau ditelaah, akibat keha...


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA