URUSAN maaf memaafkan ini memang susah-susah gampang. Bila orang lain yang merasa sakit hati, maka dengan mudah kita menganjurkan untuk memaafkan. Tetapi masalahnya menjadi berbeda bila kita yang mengalaminya. Meski hati kecil merasa bahwa kita seharusnya memaafkan yang bersangkutan, tetapi ada dua faktor yang sering membuat kita mengambil keputusan untuk menunda urusan memaafkan ini.
Faktor pertama adalah rasa gengsi, sementara faktor kedua adalah keinginan untuk memberi pelajaran pada si pelaku. Luar biasa! Padahal, nabi besar kita Muhammad Saw yang begitu mulia saja, sepanjang hidupnya selalu berbesar hati. Beliau memaafkan semua orang, para sahabat, bahkan musuh-musuhnya.
Dikisahkan pada saat Nabi Muhammad Saw pergi ke suatu tempat bernama Ta'if untuk mensyiarkan pesan dari Allah Swt, bukannya sambutan hangat dari orang-orang Ta'if yang diterima beliau. Mereka justru memperlakukan junjungan kita Saw dengan tidak senonoh. Beliau dipermainkan, dihina dan juga dipermalukan. Rasulullah menghadapi semua ini dengan hati tabah dan tawakal. Namun menyadari bahwa kota ini sama sekali tidak memberi tempat baginya, beliau pun meninggalkan kota. Tetapi, astaghfirullah al adzim, penduduk kota Ta'if, tidak puas-puasnya berbuat dzalim. Para pemudanya tidak mau membiarkan Rasulullah pergi dengan aman. Mereka tetap mengusik, mengejek bahkan melempari Rasulullah dengan batu.
Bagaimana reaksi Rasulullah? Meskipun demikian teraniaya dan terhinanya beliau, tiada amarah maupun dendam di hatinya. Beliau justru menerima keadaan ini sebagai kelemahan dan kekurangannya. Maka ketika di tengah perjalanan pulang beliau dihampiri malaikat utusan Allah SWT yang mampu memberi hukuman yang setimpal kepada penduduk Ta'if, beliau mencegah hal tersebut. Bahkan dengan kebesaran hatinya, Rasulullah Saw berdoa kepada Allah SWT, untuk mengampuni dan menyelamatkan orang-orang Ta’if tersebut.
"Ya Allah, tunjukkan mereka jalan yang lurus, karena mereka sebenarnya tidak mengetahui apa yang telah mereka perbuat padaku. "
Ilustrasi lain yang menunjukkan betapa pemaafnya junjungan kita, adalah ketika Nabi Muhammad Saw tiba di kota kelahirannya, Mekah setelah kemenangan yang diperolehnya. Seperti pada umumnya usai peperangan para tahanan dihadapkan pada beliau. Di antara mereka terdapat wajah-wajah yang beliau kenali sebagai orang yang telah bertahun-tahun
menyiksa dan membunuh banyak pengikutnya. Pada saat itu, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw mempunyai kekuasaan penuh untuk membalas dendam dan menghukum perbuatan mereka. Namun Rasulullah Saw justru bertanya pada mereka,
"Menurut kalian, apa yang harus saya lakukan pada kalian? “ Sudah dapat dipastikan mereka pun meminta ampunannya. Dan subhanallah, Rasulullah menjawab
“Hari ini aku hendak mengatakan pada kalian apa yang dikatakan oleh Nabi Yusuf as kepada saudara-saudaranya, seperti yang tertera dalam Al-Qur'an pada surat Yusuf ayat 92, `... tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang'."
Tak heran bila segera setelah mendengar perkataan Rasulullah Saw itu, mereka bergegas menghampirinya dan mengucapkan dua kalimat syahadah di hadapannya.
Masih banyak contoh yang menggambarkan kebesaran hati Rasulullah Saw dalam memaafkan orang yang berbuat salah padanya. Karakternya ini membedakannya dari orang-orang biasa. Dengan bersikap demikian ternyata beliau dapat membuat orang-orang yang sebelumnya sangat membencinya, menjadi orang-orang yang tak dapat berpaling darinya dan patuh padanya.
Memaafkan orang yang berbuat salah pada kita memang membutuhkan kesabaran yang lebih, kelapangan dada seluas- luasnya. Bahkan tidak hanya itu. Terkadang seperti ungkapan asing, only time will heal, kita juga butuh waktu untuk menyembuhkan luka yang ada di hati. Oleh karena itu, kita harus terus belajar untuk membuka diri dan bersabar. Salah satunya, dengan cara bercermin pada keteladanan Rasulullah, meresapi sifat dan sikapnya.
Beruntunglah bila kita bisa menjadi orang yang lapang dada dan penuh maaf, sebab orang-orang pemaaf, diberi jaminan oleh Allah Swt seperti yang tertera dalam surat Asy-Syuura:40, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."
(Sumber: Noor no. 11/TH.II/November 2004)
SalaMAA @
2:08 PM