Menghidupkan Ramadhan
POL Salamaa 16 September 2007
Oleh: Dian Utami Soekanto
Berbeda dengan Indonesia yang sangat meriah, maka di Eropa hari-hari menjelang Ramadhan di Eropa terkesan tidak meriah. Ketika mendekati Ramadan, mulai terasa kerinduan pada tanah air. Namun demikian ibadah di luar negeri bisa lebih khusuk.
Karena di luar negeri tidak banyak tuntutan-tuntutan yang bersifat materi. Dengan makanan sederhana yang tersedia justru memberikan kenikmatan yang luar biasa.
Hadits:"Wahai manusia sungguh telah datang pada kalian bulan Allah. Dengan membawa berkah, rahmat dan maghfiroh. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu-tamu Allah dan dimuliakan oleh Nya.
Di bulan-bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amalan-amalan diterima, dan doa-doa diijabah. Bermohonlah pada Allah dengan niat yang tulus dan hati yang suci. Agar Allah membimbingmu melakukan siyam dan membaca kitabNya.
Celakalah orang-orang yang tidak mendapatkan ampun di bulan yang agung ini. Kenanglah rasa lapar dan hausmu di bulan ini dengan kelaparan dan kehausan di hari kiamat."
Yang diharapkan dari rasa haus dan lapar kita ini dengan rasa lapar dan haus yang akan terasa di padang mahsyar. Mengambil analogi rasa lapar dan haus adalah ciri orang yang bertakwa. Selama di luar negeri kita dituntut untuk mandiri. Bulan Ramadan ini adalah kesempatan untuk menata diri dan mengoptimalkan beribadah dan mencari ridho Allah. Memilah mana yang harus diprioritaskan. Latar belakang dari ibadah syaum itu adalah menjalankan kewajiban.
Tujuan dari puasa Ramadan adalah mencari ridho Allah.
Mencari berkah, rahmah, maghfirohNya dan ampunanNya. Di Al Qur'an disebutkan 200 kali kata taqwa. Takwa dikaitkan dengan iman dan amal shalih, mengerjakan apa2 yang diridhai Allah.
Shaum bisa mengantarkan kita menjauhi hal-hal yang permanen haramnya : dusta, ghibah, dan lain-lain. Shaum juga bisa mengantarkan kita pada derajat takwa: menjauhi diri dari hal-hal yang syubhat, makruh. Menjaga diri terhadap hal-hal yang berlebihan, contohnya membeli baju lebaran yang sederhana.
Metode berfikir kita yaitu bermohon kepada Allah dengan niat yang tulus dan hati yang suci.
1. Berinteraksi dengan aqidah kita yang didasari
- keyakinan, akan kebenaran dan janji akan pertolongan Allah
- pemahaman, yang perlu dishibghah, sifatnya melekat dalam diri kita
- perasaan, yang perlu dishibghah, bisa membedakan mana yang benar dan salah
- tingkah laku, senantiasa dikaitkan dengan iman ada backsound
2. Dengan bertaubat dan berdoa
- berintrasksi dengan Al Quran : tilawah dgn tartil, memahami, menghafalkan
- berinteraksi dengan keluarga, dan jamaah masjid atau pengajian.
SalaMAA @
6:42 PM