Dorongan Mencari Ilmu yang Bermanfaat
Oleh: Syaikh Muhammad Nawawi Banten
"
Pelajari ilmu yang bermanfaat karena Allah, jika Anda mencari keunggulan kerajaan di dunia dan di akhirat. Allah membangunkan untuk tiap huruf ilmu yang dipelajarinya seratus kota. Tiap kota besarnya seperti sepuluh kali lipat dunia."
Rasulullah SAW juga bersabda, "Seseorang yang pergi untuk mencari satu bab ilmu, maka para malaikat akan melingkupinya, burung di udara dan ikan di air juga memohonkan ampunan padanya. Posisinya di sisi Allah berada di posisi tujuh puluh orang yang mati syahid.
Mempelajari ilmu yang bermanfaat karena Allah SWT adalah ibadah yang terbaik, juga sebaik-baiknya penggantian dan warisan. Karenanya, bertawassullah untuk menggapainya. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa seorang muslim yang memberi manfaat pada saudaranya lebih utama dari hadis hasan yang diterimanya lalu disampaikannya. Proses belajar juga adalah sebaik-baiknya khilafah (sesuatu yang datang sebagai ganti sesuatu yang telah lewat.
Belajar adalah warisan yang terbaik, sebab belajar adalah salah satu warisan Rasulullah, sepertinya hadisnya, "Para ulama itu adalah ahli waris para nabi." Kita telah sama-sama mengetahui, bahwa tidak ada posisi yang lebih tinggi melebihi kenabian. Tidak ada kemuliaan melebihi kelebihan warisan dalam posisi tersebut. Sehingga, dengan bertawassul dalam belajar akan akan mengangkat derajat kita.
Ilmu pun menjadi berharga karena ia didapat melalui proses belajar, sebagaimana diungkap dalam salah satu syair seorang ulama: "Ilmu adalah sesuatu yang paling berharga yang kamu simpan. Seorang yang mempelajari ilmu tidak untuk tujuan membanggakan ilmu itu, maka ia akan mendapat ilmu dan memperoleh tujuan-tujuan ilmu. Awal dan akhir ilmu adalah perolehan.
Syarat ilmu, seperti yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi, ada delapan. Pertama, mengamalkan ilmu yang diketahui. Anas r.a. mengatakan, "Obsesi para ulama adalah membimbing umat, sementara obsesi orang-orang bodoh adalah meriwayatkan." Kedua, menyebarkan ilmu. Allah SWT berfirman, "Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya," (QS At-Taubah: 122).
Anas r.a. meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata pada para sahabatnya, "Tidakkah aku ceritakan kepada kalian mengenai siapa yang paling dermawan?" Para sahabat menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Rasulullah menjawab, "Allah-lah yang paling dermawan. Aku adalah anak Adam yang paling dermawan. Setelah aku, di antara mereke orang yang paling dermawan adalah seseorang yang mengetahui satu ilmu lalu ilmu menyebarkannya. Orang seperti ini akandibangkitkan pada Hari Kiamat kelak sebagai umat tersendiri. Juga laki-laki yang mendermakan dirinya untuk kepentingan jalan Allah hingga ia terbunuh.
Ketiga, tidak menyombongkan ilmu dan tidak menjadikan ilmu sebagai sarana berdebat. Diriwayatkan dari Nabi Saw yang pernah bersabda, "Seseorang yang mencari ilmu untuk tujuan empat hal ini, maka ia akan masuk neraka (1) untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama dengan ilmunya; (2) mendebat orang-orang bodoh dengan ilmunya; (3) untuk mendapatkan harta, atau (4) menarik perhatian orang lain.
Keempat, mencari pahala dalam menyebarkan ilmu dan tidak pelit dengan ilmunya. Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan'," (QS Al-An'am: 90). Mengenai hal ini pun, kemudian Rasulullah bersabda bahwa seseorang yang mengetahui satu ilmu lalu ia menyembunyikan ilmunya itu, maka Allah akan mengendalikannya kelak di Hari Kiamat dengan kendali dari api neraka.
Kelima, tidak malu mengatakan, "Saya tidak tahu." Karena Rasulullah SAW pun dengan ketinggian derajat beliau, ketika ditanya mengenai hari kiamat, beliau menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya." Pada saat beliau ditanya tentang ruh, beliau mengatakan, "Saya tidak tahu."
Keenam, rendah hati. Allah SWT berfirman, "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, (QS Al-Furqan: 63). Rasulullah SAW berkata pada Abu Dzarr, "Hai Abu Dzarr, jagalah pesan nabimu ini, siapa tahu Allah mengangkatmu pada hari kiamat. Ucapkan salam pada orang yang kamu temui di antara umatku yang baik maupun yang jahat. Pakailah pakaian yang kasar. Dengan melakukan itu semua, jangan inginkan selain ridho Allah SWT. Semua itu agar kesombongan dan fanatisme tidak menemukan tempat di hatimu."
Ketujuh, siap menanggung resiko disakiti orang lain dalam menyampaikan nasihat dan mengikuti salah saleh dalam hal ini. Allah SWT berfirman, "Dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu," (QS Luqman: 17).
Kedelapan, dengan ilmunya ia meniatkan untuk orang yang lebih membutuhkan belajar, sebagaimana ia meniatkan harta yang disedekahkan yang ia berikan pada orang yang paling membutuhkan. Karenanya, seorang yang menghidupkan orang bodoh dengan mengajarkan ilmu, maka seolah-olah ia telah menghidupkan seluruh umat manusia.
Disarikan dari Buku "Manajemen Hidup dalam Islam: Menata Hati, Pikiran, dan Perilaku."
SalaMAA @
9:01 AM