Pengaruh Individu Dalam Kemajuan Umat
Oleh: Ust. Agus Purwanto - Breda
Diri kita adalah bagian terpenting dalam kelangsungan sejarah umat manusia dan Islam khususnya. Indivindu muslim adalah pelaku sejarah dan kebangkitan umat Islam, sekaligus mempunyai andil besar bagi kelangsungan kalimatullah dimuka bumi ini. Sebuah umat tidak akan terlepas dari individu muslim dalam meraih kesuksesan.
Apabila umat itu sakit maka sudah barang tentu individunya terserang penyakit. Hilangnya wibawa hukum, undang-undang, negara, peradaban manusia, juga tidak terlepas dari penyakit individu. Rusaknya akhlak sebuah negara dan tatanan masyarakat, biasanya tersebar dari individu yang terkena penyakit hati dan akhlaknya, kemudian menular ke seluruh lapisan masyarakat.
Islam merupakan agama yang lengkap dengan syariat, menyuruh kepada keseimbangan hidup serta menata kekuatan yang berbeda dalam masyarakat hingga terbentuk sebuah bangunan umat kuat dan kokoh, tidak ada kelemahan atau celah dan kegamangan. Terbentuk dari sistem masyarakat yang mempunyai kehidupan ekonomi secara mapan, akhlak masyarakat kuat, membersihkan jiwa dan mendidik nafsu, sehingga terbangun sebuah ikatan yang saling mengasihi dan menopang satu sama lainnya. Pada titik terpentingnya nanti adalah membentuk kepribadian muslim yang mempunyai kekuatan pada masing-masing individunya, baik itu kekuatan ruhnya, akhlaknya, maupun jasmaninya. Maka nabi sangat menyukai seorang muslim yang kuat daripada muslim lemah, sebagaimana sabdanya, "Muslim yang kuat lebih baik daripada muslim yang lemah".
Dalam masyarakat sekarang ini, penyakit yang terjadi di tengah masyarakat modern sangatlah krusial. Penyakit ini akan menghambat sebuah kebangkitan dan tidak akan berbuat banyak bagi umat, hanya jalan di tempat. Karena memang kondisi pada semua lini, baik individu, keluarga, lapisan masyarakat. Semuanya terjangkit penyakit, sehingga tidak bisa berbuat. Titik awal dalam mengobati akhlak masyarakat, mulai dari individu masing-masing. Individu merupakan sosok awal untuk melangkah ke tahap berikutnya. Seruan Ishlahiah (perbaikan) dimulai dengan cara memperbaiki individu, bukan masyarakat langsung. Jadi kalau ingin menanam sebuah pohon agar tumbuh dengan bagus, tentu bibitnya harus sehat tidak berpenyakit.
Ishlah (perbaikan) terhadap individu beberapa orang saja dalam ruang lingkup sebuah desa atau tempat, dapat membawa dampak yang luar biasa bagi perubahan dalam tatanan masyarakat setempat. Mereka yang sudah baik dalam pemahaman Islam akan menularkan kebaikan itu kepada masyarakat sehingga masyarakat tetap berada dalam Istiqomah untuk menggapai hidayah Allah. Akan bersih sosial masyarakat itu akibat terwarnai oleh kebaikan yang ditularkan oleh mereka yang berpegang teguh pada Allah.
Mereka yang membangun peradaban, negara, memberantas kejahiliahan (kebodohan), membuka wawasan ilmu, mereka yang mengubah sejarah, peristiwa besar dalam hidup insani. Mereka adalah orang-orang yang terdiri dari: pertama, individu yang kuat kemauannya, kedua, Istiqomah akhlaknya dalam kebaikan, ketiga, hidupnya bersih dari penyakit diri dan hati.
Ketiga unsur tersebut merupakan penopang dalam rangka gerakan perbaikan (harakatul Ishlah), inqilab (perubahan total) masyarakat yang mulia. Masyarakat diibaratkan sebagai tubuh yang juga membutuhkan akal dan kepala untuk berpikir. Sama seperti mobil terbuat dari berbagai unsur terkecil dan besar, namun mobil tidak akan jalan apa bila tidak ada sopirnya. Begitulah istilahnya ketiga unsur itu adalah penopang kebaikan dalam tatanan masyarakat.
Dari pribadi yang sholeh selalu saja memikirkan bagaimana mencipatakan lingkungan yang baik, muncul keinginan mendirikan mesjid, sekolah, universitas, perkumpulan yang saling mendukung satu sama lainnya. Masjid membangun jiwa, sekolah membangun akal, perkumpulan membangun akhlaknya. Ketika hilangnya fungsional dari ketiga komponen (masjid, sekolah, perkumpulan) maka akan terjadi kerusuhan, kegoncangan dalam kehidupan bermasyarakat.
Fungsi masjid mempunyai peranan yang terpenting dalam membentuk kepribadian yang sholeh. Dan fungsinya sebelum dibangun sekolah dan perkumpulan. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah, maka hal pertama yang dibangun oleh beliau adalah masjid. Sehingga dari masjid itu mengeluarkan para pahlawan yang benar-benar ingin memiliki masyarakat bersih dari kebodohan dan kerusakan. Sebagaimana Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Kholid bin Walid, Saad bin Abi Waqhos mereka adalah produk dari masjid yang Rasul bangun.
Sejarah membuktikan bahwa dahulu fungsional masjid adalah multi guna, masjid sebagai sekolahan, tempat menyelesaikan perkara, latihan perang, berdagang, rapat, dll. Mesjid sebagai sekolahan adalah terbukti pada masjid-masjid besar seperti, Al Azhar, Madinah, Qordoba dan Umawi. Mereka belajar membentuk halaqoh-halaqoh (dibimbing satu guru). Sehingga dibuktikan dalam sejarah bahwa masjid Qordoba (Spanyol) memiliki ribuan tiang-tiang penyanggah, dan pada setiap tiang tersebut duduk seorang guru dan murid-murid yang belajar.
Di zaman modern ini yang penuh dengan penyakit-penyakit yang aneh terjadi, menurut ilmu psikologi terjadi kegalauan, kesedihan, stress, urat syarat terganggu, egois, serta kriminalitas akhlak. Semua ini memerlukan pengobatan yaitu kembali kepada agama. Memerlukan perjalanan spiritual dengan menghidupkan masjid bagi masyarakat modern.
Maka Nabi SAW selalu saja menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan bila masuk sholat tiba, sambil berkata "Kabarkan berita gembira bagi kami ya Bilal". Itulah sifat Nabi SAW dalam menyambut sholat dengan hati gembira dan menginginkan serta menanti sholat demi sholat. Maka seorang ahli ibadah Ibrahim bin Adham ketika sholat malam bermunajat dan berkata "Kami dalam kenikmatan, seandainya para raja mengetahuinya maka kami akan dibunuh".
Kenikmatan dan ketenangan inilah sebenarnya yang diperlukan oleh para penderita penyakit di era globalisasi. Telah hilang dari masyarakat sekarang dari neraca hak, keadilan, kemuliaan dalam sistem masyarakat adalah rasa tanggung jawab terhadap kenikmatan dalam beribadah
SalaMAA @
1:02 PM