>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

Anak Gadis Sang Imam bag. 7

Oleh: Emine S
Diterjemahkan oleh: Emak Annisa


esqSebaiknya orang melihat dari setiap kejadian ke Alqur'an.

Imam Yakup telah mendalami ayat-ayat Alqur'an. Dari situ ia masih menemukan sedikit harapan. Ia mesti bersabar. Ia telah memberikan pendidikan yang baik kepada putrinya. Suatu hari nanti putrinya akan memetik hasilnya.

Dalam waktu singkat ia banyak memikirkan berbagai macam masalah. Dia merasa telah mengambil keputusan yang baik untuk membaca Alqur'an dalam situasi yang berat seperti ini. Alqur'an telah menghiburnya. Rasa sakit yang dirasakan di hatinya walaupun belum hilang, menjadi berkurang. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan seandainya ia tidak menemukan penghibur dari Alqur'an!

Ia masih duduk di jok belakang taksi dengan kepala menunduk ke sandaran kursi di depannya. Sambil menangis ia ulangi lagi kata-kata yang sama: "Putriku sayang, tolong jangan pergi. Jangan masuk dalam perangkap mereka. Kasihanilah aku, aku tidak tahan menyaksikan hal seperti ini. Jangan lakukan, tolong jangan lakukan. Jangan lakukan itu terhadap dirimu, terhadap agamamu dan kehidupan akhiratmu!"

Sopir Taksi tidak tahu apa yang harus ia katakan. Yang hanya bisa ia katakan, "Apa dia anakmu?"

Imam Yakup tidak segera dapat menjawab.

"Ya..", jawabnya lirih selang waktu kemudian.

Sopir Taksi kemudian berkata seakan ikut merasakan, "Saya bisa mengerti. Anda tentu sekarang ini ingin bahwa dia tidak pernah menjadi anakmu kan?"

"Tidak, saya tidak pernah akan berkata seperti itu. Walaupun dia jelek sikapnya, dia tetap putriku. Saya tidak mempunyai hak untuk mengatakan seperti itu. Saya tidak memilih dia menjadi anakku", kata Imam Yakup sambil mengusap air matanya.

Mobil yang ditumpangi Fatma berhenti di depan sebuah Flat di Laleli. Fatma melangkah keluar, menyalami laki-laki yang duduk di sebelahnya di mobil dan berjalan menuju gang kecil.

Imam Yakup pulang ke rumah dengan wajah yang sangat sedih. Ia pergi beristirahat. Sesaat kemudian ia bangun dan kemudian pergi menjual sayuran dan buah-buahan. Tidak lama kemudian ia kembali lagi ke rumah untuk tidur.

Ia belum mengatakan kejadian hari ini kepada istrinya. Ia tidak mau kalau istrinya tahu dan kemudian menanyakan hal ini kepada putrinya. Karena ia ingin jika putrinya kembali nanti dia tidak mengatakan bahwa ia telah melihat anaknya. Ia khawatir nanti anaknya akan lari dari rumah seandainya putrinya itu tahu bahwa ia mengikutinya dan mengetahui semua perbuatannya. Kalau hal ini terjadi tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan anaknya kembali.

Fatma pulang ke rumah pada malam hari. Imam Yakup mencoba berbicara dengan putrinya tanpa menunjukkan kecurigaan. Ia berkata dengan tersenyum, "Fatma, anakku sayang maukah kamu masak untuk hari ini? Bapak ingin sekali menikmati masakan yang kamu buat."

Ia melihat ke arah Fatma menunggu bagaimana reaksi anaknya. Fatma merasa senang sekali bahwa bapaknya dengan senyum ramah berbicara dengannya. Jadi bapaknya masih belum mengetahui keadaan dirinya pikirnya. Ia coba untuk bersikap sebaik mungkin.

"Tentu saja Pak, aku siap."

Imam Yakup berusaha tetap tegar. Putrinya untuk pertama kalinya menyebut kata ‘Pak’ kepadanya sejak beberapa bulan terakhir ini.

Fatma terburu-buru memasak, karena dia tahu bapaknya selalu makan sebelum sholat Isya, ini adalah sunnah. Dalam hal seperti ini bapaknya disiplin menjalankannya.

Usame datang juga kemudian. Imam Yakup memeluk putranya dan bertanya khabarnya. Ia sudah memutuskan di dalam hatinya, bahwa ia akan menjadi teman anaknya. Ia sudah mengoreksi kesalahannya. Di saat makan ia mencoba memperbanyak senyum dan mencoba untuk tidak melihat sesuatu perubahan. Kadang-kadang berbicara ia kepada istrinya. Ia ingin putrinya mendengarkannya.

"Hari ini bapak menjual banyak sayuran dan buah-buahan. Jika hal ini berjalan terus, dalam waktu dekat kita bisa pindah ke rumah yang lebih menyenangkan. Putriku tidak pernah suka dengan rumah ini. Kenapa kita tidak pindah saja ke suatu rumah yang menurut putriku menyenangkan? Saya akan tetap dapat bekerja siang dan malam untuk anak-anakku. Saya senang kalau mereka mendapatkannya."

Tenggorokan Fatma tercekat.

"Pak, apakah Bapak tidak agak terlambat?"

"Untuk apa saya akan terlambat? Lebih awal kita berbalik dari kekalahan diri, lebih baik."

Sebenarnya Imam Yakup telah menyindirnya dengan sangat halus, "Putriku sayang, telah kembali." Kemudian ia melanjutkan, "Kita juga hanya hamba-hambanya Allah, kita akan tetap selalu berbuat salah. Yang penting kita mengenali kesalahan sendiri, menunjukkan penyesalan dan tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Kenapa bagi saya itu harus akan menjadi terlambat? Sebenarnya saya tidak melakukan kesalahan besar, akan tetapi saya bersalah karena saya tidak mendengarkan kalian. Saya bersalah karena waktu kalian kecil saya membiarkan kalian di rugikan orang lain. Saya akan memperbaiki kesalahan. Di sini saya yang bertangungjawab. Kalian bertanggungjawab dengan kesalahan kalian sendiri."

Suasana menjadi hening. Keheningan menggigit dinding-dinding rumah.

Imam Yakup diam-diam mengamati Fatma dan bertanya sendiri apa yang sedang dipikirkannya, apakah yang disampaikannya diterima dengan baik? Ia menginginkan putrinya akan menyadari kesalahannya dan dia akan menunjukkan penyesalannya. Dia berharap putrinya akan mengerti kesalahannya.

Fatma tidak memperlihatkan tanda apa-apa. Tiba-tiba dia bertanya, "Apa yang harus dilakukan seseorang yang sudah mendekati pinggir jurang?"

Imam Yakup senang sekali bahwa anaknya bertanya seperti itu. Jadi putrinya telah melihat sendiri bahwa dia seperti orang yang sedang berada di pinggir jurang. Jadi ia bertanya sendiri kalau dia masih mempunya kesempatan melakukan sesuatu untuk 'bebas'. Imam Yakup sekarang harus sangat berhati-hati dan harus memberikan sebuah jawaban yang baik dari apa yang ia pikirkan.

"Jika seseorang berada di pinggir jurang, tentu saja ada kemungkinan dia dapat membebaskan diri. Hanya persyaratannya, bahwa orang tersebut tentu harus menyadari bahwa ia berada di akhir ujung yang salah. Jika seseorang menyesali apa yang telah ia lakukan, adalah sangat mudah dia bisa terbebaskan. Setiap orang punya waktu untuk memikirkan sendiri sampai ajal menjemputnya."

Imam Yakup sangat senang bahwa putrinya setelah beberapa bulan berselang kembali berbicara dengannya. Ia berjanji kepada dirinya, ia harus menyelamatkan putrinya. Jika putrinya kembali lagi, dia tidak akan pernah dan tidak pernah salah menghadapi putrinya lagi.

Setelah makan imam Yakup dengan penuh harapan pergi ke Mesjid.

Hari-hari pun berakhir. Imam Yakup merasa kadang sedih dan kadang penuh semangat. Pada suatu malam ia mendengar temannya Ahmed memanggilnya dan ia bergegas ke luar.

"Ada apa, Ahmed?" Ahmed kelihatan sedih.

"Ada apa Ahmed? Ada yang meninggal? Kamu kelihatan susah?"

Ahmed menatap dalam ke matanya dan berkata, "Untuk kamu ini sama dengan mati."

"Apa yang terjadi? Katakanlah."

Ahmed membiarkan airmatanya mengalir.

"Oh, Imamku yang malang... Saya punya khabar yang sangat buruk untukmu."

"Berita apa?"

"Saya tidak tahu bagaimana saya harus mengatakannya. Saya sangat tidak suka membawa berita buruk, tetapi saya harus."

Imam Yakup merasakan ketegangan mengalir ke seluruh tubuhnya, ketika ia menyadari bahwa putrinya tidak berada di rumah.

"Katakan apa yang terjadi. Atau putriku meninggal?"

"Ini lebih berat lagi dari mati. Bagi saya lebih mudah mengatakan bahwa putrimu meninggal."

Imam Yakup mulai mengerti. Ahmed telah melihat anaknya tanpa kerudung atau dengan teman lelakinya.

"Tidak, tidak. Apa yang telah dilakukan anakku, sebagaimana kamu juga melihatnya, itu tidak akan dapat menjadi lebih parah dari apa yang kamu katakan bahwa dia meninggal. Jika dia meninggal dalam keadaan buruk begini, baru akan membuat saya hancur. Selama dia masih hidup, dia mempunyai kesempatan untuk kembali dan menunjukkan penyesalan. Selama dia masih hidup masih ada harapan. Ahmed, di mana dan bagaimana kamu melihat anakku?"

"Saya akan menjelaskan kepadamu. Saya melihat putrimu hari ini memakai rok mini. Dia tidak memakai kerudung dan dia memakai make up. Kamu tidak akan mengenalinya."

"Saya tahu itu"

"Apa? Kamu tahu itu?"

"Ya, Ahmed saya tahu itu. Saya telah mengikutinya. Saya melihat di tengah jalan dia melepaskan kerudungnya. Jika seorang wanita sudah melepaskan kerudungnya dan goyah imannya, dia juga akan mengenakan rok mini, karena dia di sana mendapat kesempatan.
"Apakah dia tahu bahwa kamu mengikutinya?"

"Ya. Dia memohon kepadaku agar saya tidak mengatakannya kepadamu, tetapi saya harus mengatakannya. Jika saya tidak mengatakan hal ini kepadamu, saya telah mengkhianatimu."

Imam Yakup kembali menangis.

"Jika dia tidak ingin bahwa saya mengetahui ini, itu berarti selalu masih ada kesempatan. Tolong biarkan dia tidak pernah tahu kalau kamu mengatakan hal ini kepadaku. Tolong juga jangan katakan hal ini kepada orang lain."

"Jelas saya tidak akan mengatakan hal ini. Apakah orang lain memang tidak mengatakan. Saya tahu sekali apa yang hendak mereka katakan?"

Imam Yakup menatap Ahmed dengan sedih dan berkata, "Tidak, saya tidak memikirkan tentang orang lain, tetapi tentang anakku. Jika orang lain mendengar bahwa putriku tidak memakai kerudung lagi dan bahwa dia berada di jalan yang salah, akan semakin kecil kesempatan saya dapat menyelamatkannya."

Ahmed menatap Imam Yakup dengan penuh kagum. Betapa sabarnya lelaki ini ternyata! Benar-benar seorang ayah sejati dia ini! Dia tidak pernah menemukan seorang ayah seperti ini.

Mereka berdua berdiri di depan Mesjid. Imam Yakup melangkah ke dalam dan berkata, "Ahmed pergilah. Putriku tidak boleh melihat bahwa kamu berbicara dengan saya. Jika dia melihatnya, dia akan segera mengerti bahwa kamu telah mengatakan hal ini kepadaku."

"Baik saya akan pergi, tetapi saya bertanya-tanya sendiri. Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

"Jika saya dapat menjual banyak buah-buahan dan sayuran, pertama saya akan menyewa appartement dan memberikan cukup uang kepada putriku. Saya akan melakukan semuanya ini untuk membebaskannya. Mungkin saya megatakan sesuatu yang tak mungkin, tetapi saya tidak mampu mengatasinya. Saya tidak punya jalan keluar lain. Saya berharap saya masih dapat menyelamatkannya."

"Semoga Allah menolongmu. Saya kagum dengan kesabaranmu dan cara yang kamu tempuh."
"Terimakasih Ahmed. Saya selalu bertanya sendiri apakah saya orang yang salah mengambil suatu tindakan. Orang mengira bahwa para imam tidak pernah merasa sedih, tidak pernah berbuat kesalahan, tidak sabar terhadap kritik dan tidak perlu pujian. Apa yang baru kamu katakan memberikan semangat buatku. Jadi saya pegang itu baik-baik. Allah suka pada orang yang berkata sesuatu yang berarti. Semoga Allah memberimu kebaikan. Pergilah sekarang dan biarkan saya terbiasa sendiri." (Bersambung….)


SalaMAA @ 4:36 AM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


Training ESQ di Amsterdam bag. 2

Tersenyum Yuk...

Kari Ayam

Lumpia Tuna

Pengaruh Individu Dalam Kemajuan Umat

Mengenal Nyeri Sendi

Humor Bersama Orang-orang Jenaka

Training ESQ di Amsterdam

Brongkos

Asinan Jakin


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA