Pertanyaan 2 :
Jawab :
Pertanyaan 3 :
Jawab :
Sebetulnya apapun yang dialami anak di luar rumah, kekuatan yang pertama dia peroleh di dalam rumah adalah modal utama. Jadi sejak kecil sebaiknya kita membiasakan anak-anak hidup secara Islami. Semua penjelasan tergantung dari usia, misalnya untuk anak-anak di bawah usia 7 thn kita bisa menggunakan prinsip 3 B : bercerita, bermain dan bernyanyi.
Dengan prinsip 3 B tersebut, membuat anak belajar agama dengan merasa senang. Menurut Saidina Ali mendidik anak itu 7 tahun pertama adalah dengan bermain,7 tahun kedua kita harus memperlakukan anak-anak seperti teman dan pada saat anak berusia di atas 14 tahun, maka kita mulai mengajak anak berdiskusi tentang hal-hal yang baik maupun yang salah.
Pendidikan dan pengasuhan itu memang harus bersungguh-sungguh, terencana dan bersengaja.
Banyak orang tua muslim yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah kristen atau khatolik, karena orang tua ingin anak-anaknya punya disiplin yang bagus dan memperoleh basis pelajaran pengetahuan umum yang lebih baik. Sedangkan pelajaran agama di rumah, diserahkan kepada guru-guru agama. Sewbenarnya cara yang terbaik untuk menerapkan ilmu agama itu adalah dimana orang tualah yang seharusnya memberikan contoh pengamalan dari ilmu-ilmu agama tersebut.
Orang-orang yang akan memperoleh anak-anak sesuai harapan, adalah yang basis agama di rumahnya bagus dan pendidikan agama tidak diserahkan kepada orang lain serta orang tua bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya.
Untuk kita yang tinggal di negara non-muslim, maka kita harus menciptakan suasana yang se-Islami mungkin dan tanpa tekanan, karena keyakinan-keyakinan lain di luar sana berusaha mempengaruhi anak-anak kita dengan cara yang menyenangkan. Jadi kita harus punya bekal agama yang kuat dan orang tua harus menjadi idola bagi anak-anaknya. Kita harus memposisikan anak kita seperti kita, artinya apa yang kita rasakan adalah sama dengan yang dirasakan anak-anak kita.
Bila kita sebagai orang tua terlalu memaksa anak-anak kita belajar agama, maka akan mengakibatkan :
Oleh sebab itu kita harus mencari cara mengajak anak dengan menyenangkan untuk belajar ilmu agama.
Pertanyaan 4 :
Bagaimana kalau anak kita hamil dalam usia dini, walaupun kita sudah berusaha sebaik mungkin untuk ke jalan Allah, tapi tetap saja terjadi. Apalagi di sini anak-anak berangkat ke sekolah dari jam 08.15 dan baru sampai di rumah lagi jam 16.30. Apa yang harus kita lakukan?
Jawab :
Bila kita mendidik anak- anak kita secara islami dengan baik, maka kejadian yang tidak diharapkan Insya Allah tidak akan terjadi. Kita harus bisa memberikan kepercayaan kepada anak-anak kita, sehingga mereka berusaha membuktikan bahwa mereka memang bisa dipercaya.
Jawab :
Pertanyaan 7 :
Seputar proses reintegrasi anak usia sekolah kembali ke Indonesia, untuk anak yang lahir di luar negeri. Bagaimana sebaiknya mempersiapkannya terutama mentalnya?
Jawab :
Pertama-tama ajarkan bahasa-bahasa yang harus/hendaknya mereka bisa, contohnya : menentukan dengan siapa anak berbahasa Indonesia (ayah atau ibu) dan dengan siapa berbicara dengan bahasa lainnya. Bila anak menguasai bahasa dimana mereka tinggal, maka merekapun akan mudah beradaptasi dan memperoleh kepercayaan diri.
Pertanyaan 8 :
Bagaimana melatih kecerdasan emosional anak?
Jawab :
Melatih kecerdasan emosional anak dengan cara :
a. Mendengarkan perasaannya dan menghargainya sebagai sesuatu yang normal.
b. Menanyakan perasaannya bila ia melihat kondisi yang dihadapi orang lain, misalnya orang sakit, orang miskin dan lain-lain.
Pertanyaan 9 :
Akhir-akhir ini sering terdengar kabar adanya anak-anak yang melakukan bunuh diri, ditinjau dari sudut psikologi kenapa mereka melakukan hal senekat itu?
Jawab :
Hal tersebut terjadi, karena orang tua tidak mau mendengarkan apa yang dirasakan anak. Orang tua tidak membaca bahasa tubuh anak, sehingga anak merasa ditolak perasaannya, komunikasi tidak bagus, disalahkan dan dibanding-bandingkan. Jadi kejadian itu adalah sesuatu yang wajar terjadi, bila anak tersebut memiliki orang tua yang tidak mendengar dan menghargai perasaannya.
Pertanyaan 10 :
Ada seorang ibu yang di masa kecilnya mengalami child abuse dan ketika dia menjadi ibu, dia sering berbuat kasar kepada anaknya secara tidak sadar. Dapatkah ia menjadi ibu yang baik tanpa dibayang-bayangi pengalaman masa kecilnya? Bagaimana cara menghilangkan traumanya?
Jawab :
Hal negatif tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi dengan cara membangun kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan hal-hal negatif tersebut dan lakukan terapi pasca trauma.
Pertanyaan 11 :
Jika anak pertama dan kedua tidka pernah rukun, anak kedua dan ketiga rukun, anak pertama dan ketiga kadang-kadang rukun, apakah yang salah dan bagaimana cara kita menyelesaikannya? (anak pertama 10 th, kedua 7 th dan ketiga 4 th)
Jawab :
Prilaku anak-anak tersebut adalah hal yang wajar, karena otak mereka sedang tumbuh. Kita harus mencari tahu apa yang mereka pertentangkan dengan cara banyak mendengar, mengarahkan dan bersikap adil.
Pertanyaan 12 :
Usia anak saya 14 thn (anak tunggal), dia sering menolak tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Bagaimana kita mengkomunikasikannya?
Jawab :
Kita harus duduk berbicara dengannya tentang apa yang dirasakannya dan apa yang diinginkannya serta berusaha memberikan pengertian kepadanya. Bila dia tetap tidak mau melakukan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, maka kita harus tega membiarkan dia menanggung resikonya, karena setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya.
Merujuk kepada tema taujiah : menghidupkan hati dengan iman, maka ada 2 kosa kata yang perlu dibahas, yaitu :
Ada beberapa cara untuk menghidupkan hati dengan iman, salah satu diantaranya adalah menghidupkan majlis-majlis ilmu yang berkaitan dengan keimanan dan senantiasa hadir dalam majlis-majlis tersebut. Kita harus menjadikan majlis-majlis ilmu ini sebagai pembekalan bagi diri kita, sehingga kita paham mana yang benar dan mana yang salah dalam Islam.
Selain sebagai pembentukan, majlis-majlis ilmu inipun berfungsi me-review diri kita, apakah yang kita lakukan selama ini adalah perbuatan yang diridhoi Allah SWT.
Fungsi lainnya lagi adalah membuat kita menjadi muslim yang selalu melakukan perbaikan, sehingga semakin hari semakin lebih baik.
Setelah kita fahami fungsi-fungsi tersebut dan tatkala kita mampu melakukannya, maka Allah SWT akan memberikan hidayah dan tauhid kepada kita. Setelah kita dapat melakukan fungsi-fungsi tersebut, maka barulah kita bertanya siapakah diri kita. Kalau kita bicara tentang diri kita, maka ada element-element yang harus kita fahami dan harus kita kenal dengan sebenar-benarnya. Element-element tersebut antara lain :
Mengenal hakikat jiwa. Kalau bicara tentang hakikat jiwa, maka kita akan mengenal nafsu. Nafsu itu terbagi sebagai berikut :
- Nafsu amarah ialah nafsu/jiwa yang mendorong kearah maksiat.
- Nafsu lawamah ialah yang menghadirkan perasaan selalu kurang dan tidak optimal.
- Nafsu mutmainah ialah jiwa yang tenang/suci. Nafsu yang bisa membuat kita merasa tenang dan bahagia.
Mengenal hakikat dari hati.
Imam Al Qazali mengatakan bahwa hati itu ibarat kaca jendela dan dosa-dosa diibaratkan sebagai debu yang menempel di kaca tersebut, kemudian kebaikan diibaratkan sebagai sinar yang menyelimuti jendela kaca itu. Dari analogi tersebut, maka kita bisa menyimpulkan apalah gunanya rumah besar/mewah, apabila jendelanya tidak pernah dibersihkan, sehingga sinar mentari tidak pernah bisa masuk ke rumah tersebut (dalam hal ini Islam/kebenaran) yang harusnya menyinari seisi rumah. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka rumah tersebut akan dipenuhi bibit penyakit. Dengan shalat, membaca Al Qur’an dan amal-amal kebaikanlah yang mampu membersihkan hati kita.Islam membagi hati menjadi 3 bagian, ialah :
Mengenal hakekat dari kehidupan ini
Jin dan malaikat diciptakan untuk beribadah, sedangkan manusia sebagao khalifah (hamba Allah SWT) di muka bumi ini. Maka kita tidak boleh berubah menjadi orang yang sombong, yaitu berubah fungsi menjadi majikan/tuhan. Kita harus menyadari bahwa hidup ini adalah perjalanan, sehingga kita tidak terbuai oleh kenikmatan di dunia ini.
Melakukan perenungan rohaniah
Ada kisah menarik : Imam Hasan Al Basri bersama dengan seorang anak muda yang shaleh mendatangi seorang tabib, kemudian si anak muda meminta kepada si tabib tersebut, agar memberikan suatu cara untuk mengobati penyakit hati. Tabib ini adalah tabib yang shaleh dan beliau menyuruh anak muda tersebut melakukan 10 hal, yaitu :
Supported by
Blogger
Blogskins
Free JavaScript from
IKLAN ANDA