>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

Problema Sehari-hari dalam Pengasuhan I


TOL Salamaa tgl 2 Mei 2007

Oleh : Elly Risman Musa, S.psi

Taujiah online Salamaa kali ini yang dibawakan oleh Ibu Elly Risman, berisi jawaban dari duabelas pertanyaan seputar pengasuhan buah hati, yang diajukan oleh para ibu di Belanda maupun di Jerman. Semoga baik pertanyaan maupun jawaban yg diberikan Ibu Elly, memberikan manfaat juga untuk para orang tua lainnya.

Pertanyaan 1 :
Sebagai umat Islam yang hidup di luar negeri, masalah pornografi dan pornoaksi sudah susah sekali untuk dihindari. Kalaupun kita berusaha melindungi anak-anak dari pengaruh TV/majalah, tapi diluar rumah anak-anak akan dengan sangat mudahnya terexpose dengan berbagai bentuk pornografi dan pornoaksi. Terlebih di Belanda ini, dimana hubungan sesama jenis yang sudah amat vulgar. Keterbiasaan melihat itu mau tidak mau berpengaruh pada pola pikir, yang terlihat jelas, itulah yang dipahami anak sebagai yang boleh/wajar. Bagaimana kita melindungi anak-anak dari pola pikir “itu kan sudah biasa” seperti ini? Dan bagaimana memberi penjelasan yang mudah untuk dipahami anak-anak?

Jawab :
Pada prinsipnya penjelasan apapun yang kita berikan kepada anak, terutama tentang pornografi dan pornoaksi sangat berkaitan dalam 3 hal :


  1. Usia. Bahasa yg digunakan harus kita rumuskan sesuai usia. Misalnya untuk anak di bawah usia 7 thn, sebaiknya kita berbicara pendek dan sederhana. Sedangkan untuk anak di atas 7 thn, kita bisa menjelaskan dengan lebih panjang lebar.

  2. Tingkat kecerdasan. Anak yang cerdas atau sangat cerdas, biasanya bisa diberikan penjelasan dengan lebih mudah daripada anak yang kurang cerdas.

  3. Anak yang periang dan terbuka juga akan lebih mudah untuk diajak berkomunikasi daripada anak yang pendiam.


Pertanyaan 2 :



  1. Peer-Pressure. “Peer-Pressure” atau tekanan dari teman sebaya, adalah hal yang lumrah dialami oleh seorang anak. Fenomena ini muncul jika mayoritas anak melakukan suatu hal, maka anak yang lain juga akan mengikuti hal itu. Peer-pressure bisa berakibat positif jika mayoritas temannya berbuat baik, maupun negatif jika mayoritas temannya berbuat buruk. Bagaimana mengajarkan kepada anak, agar tidak merasa terbebani dengan peer-pressure tersebut? Apa yang bisa dilakukan di rumah (secara praktik), agar orang tua bisa menumbuhkan kedewasaan dan kemandirian anak di tengah pergaulan dengan teman-temannya?

  2. Kompetitif vs Kooperatif. Dalam dunia yang ideal, seluruh manusia seharusnya bisa saling bekerja sama dalam bidang apapun. Sementara itu, dunia juga begitu kompetitif. Terkadang kompetisi itu begitu keras, sehingga bisa muncul sifat egois serta iri hati. Kemudian seseorang tidak mau berbagi resep keberhasilannya, karena takut orang lain akan mengikuti keberhasilannya. Atau seorang anak tidak mau membantu temannya belajar, karena khawatir nantinya akan tersaingi jika temannya menjadi bisa. Pertanyaan yang muncul : bagaimana cara mendidik anak, agar mau dan mampu berkompetisi secara baik?

Jawab :



  1. Peer-pressure adalah merupakan pertanyaan-pertanyaan seperti misalnya : apakah kamu seorang muslim? Kenapa kamu tidak merayakan thanksgiving? Punyakah kamu pohon natal di rumah? dan lain-lain. Pada anak usia di atas 7 thn, peer-pressure akan bekerja lebih kuat daripada yang dirasakan orang tua. Sedangkan anak usia di atas 14 thn, peer-pressure berubah menjadi pertanyaan yang lebih parah lagi, misalnya : apakah kamu masih perawan? dan lain-lain. Jadi kita harus membiasakan anak-anak dengan BMM : berpikir, memilih dan mengambil keputusan. BMM inilah yang harus kita tumbuhkan setiap hari, sebagai modal utama untuk menghadapi peer-pressure tersebut dan membuat anak menjadi mandiri serta lebih dewasa. Dalam psikologi dikenal harapan sosial, artinya anak diharapkan berkembang sesuai usianya.

  2. Kompetisi itu alami dan ada dalam diri setiap manusia. Terutama kita harus sadar bahwa kompetisi itu alami dan harus dilihat positif serta yang penting bagi orang tua adalah memahami perasaan dan kebutuhan di balik persaingan itu. Anak membutuhkan 3 unsur besar, ialah : cinta, komitmen dan apresiasi. Orang tua harus bisa menjadi coach of competition. Pertama kali kita mengajarkan anak dengan menjelaskan, bahwa nilai positif dari kompetisi adalah berkompetisi dengan diri sendiri. Bagaimana kita mengalahkan diri sendiri, apa yg bisa kita capai dan bagaimana untuk meningkatkan diri kita sendiri, bagaimana kita membandingan diri kita dengan orang lain dan apa yang yang ingin kita capai dalam hidup kita. Sebagai coach of competition, kita harus membantu membentuk aspirasi diri anak kita. Membantu anak kita menentukan goal, membantu bagaimana mencapai tujuan (goal tersebut), apa yang bisa dipelajari dari kalah dan menang, bagaimana menyiarkan kesempatan yang realistis tanpa menjatuhkan harga dirinya. Setelah anak-anak bisa memahami apa itu kompetisi, maka anak-anak kita akan bisa membedakan kapan dia harus berkompetisi dan kapan harus bekerjasama. Kitapun harus menjelaskan kepada anak mengenai apa itu kerja sama atau berjama’ah, contohnya : pembagian tugas-tugas di rumah. Bila seseorang atau seorang anak tidak mau berbagi ilmu yang dimiliknya, dikarenakan para orang tuanya tidak memberikan contoh kepada anak-anaknya, bahwa ilmu yang kita miliki akan semakin bermanfaat bila kita membagikannya kepada orang lain. Dengan begitu, kita akan memperoleh ilmu yang lebih banyak lagi dari Allah SWT. Kita harus menanamkan prinsip muslim yang baik dalam jiwa anak-anak kita, bahwa hanya ada 3 yang menghubungkan seseorang yang sudah meninggal dengan dunia ini, yaitu : anak sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal (perbuatan baik).

Pertanyaan 3 :



  1. Bagaimana peran aktif saya sebagai ibu, agar saya dapat mendidik anak (umur 5 thn dan bersekolah di sekolah katholik) secara prinsip Islam? Memberikan kesadaran bahwa walaupun tinggal di Belanda, tapi prinsip kita hanya Islam saja dan segala yang bertentangan dengan prinsip Islam harus dielakan. Atau haruskah saya masukan anak saya ke sekolah Islam yg jaraknya cukup jauh (kondisi sekarang lebih sulit), agar basisnya kuat sehingga tidak akan terpengaruh oleh arus luar yang tidak baik?

  2. Bagaimana melatih anak untuk disiplin?


Jawab :
Sebetulnya apapun yang dialami anak di luar rumah, kekuatan yang pertama dia peroleh di dalam rumah adalah modal utama. Jadi sejak kecil sebaiknya kita membiasakan anak-anak hidup secara Islami. Semua penjelasan tergantung dari usia, misalnya untuk anak-anak di bawah usia 7 thn kita bisa menggunakan prinsip 3 B : bercerita, bermain dan bernyanyi.



  1. Bercerita : diawali dengan cerita, menceritakan apa dan mengapa. Misalnya : menceritakan apa bedanya hidup di Belanda dan hidup di Indonesia, terutama mengenai keyakinan yang mayoritas dianut di Indonesia dan di Belanda.

  2. Bermain : misalnya games, tanya jawab, melihat peta, membuat bangunan-bangunan dari karton dan lain-lain.

  3. Bernyanyi : misalnya mengajarkan nyanyian-nyanyian tentang ketuhanan, sehingga anak-anak tahu bahwa Allah SWT itu dekat sekali dengan kita.


Dengan prinsip 3 B tersebut, membuat anak belajar agama dengan merasa senang. Menurut Saidina Ali mendidik anak itu 7 tahun pertama adalah dengan bermain,7 tahun kedua kita harus memperlakukan anak-anak seperti teman dan pada saat anak berusia di atas 14 tahun, maka kita mulai mengajak anak berdiskusi tentang hal-hal yang baik maupun yang salah.
Pendidikan dan pengasuhan itu memang harus bersungguh-sungguh, terencana dan bersengaja.
Banyak orang tua muslim yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah kristen atau khatolik, karena orang tua ingin anak-anaknya punya disiplin yang bagus dan memperoleh basis pelajaran pengetahuan umum yang lebih baik. Sedangkan pelajaran agama di rumah, diserahkan kepada guru-guru agama. Sewbenarnya cara yang terbaik untuk menerapkan ilmu agama itu adalah dimana orang tualah yang seharusnya memberikan contoh pengamalan dari ilmu-ilmu agama tersebut.
Orang-orang yang akan memperoleh anak-anak sesuai harapan, adalah yang basis agama di rumahnya bagus dan pendidikan agama tidak diserahkan kepada orang lain serta orang tua bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya.
Untuk kita yang tinggal di negara non-muslim, maka kita harus menciptakan suasana yang se-Islami mungkin dan tanpa tekanan, karena keyakinan-keyakinan lain di luar sana berusaha mempengaruhi anak-anak kita dengan cara yang menyenangkan. Jadi kita harus punya bekal agama yang kuat dan orang tua harus menjadi idola bagi anak-anaknya. Kita harus memposisikan anak kita seperti kita, artinya apa yang kita rasakan adalah sama dengan yang dirasakan anak-anak kita.
Bila kita sebagai orang tua terlalu memaksa anak-anak kita belajar agama, maka akan mengakibatkan :



  1. Anak akan tidak suka kepada orang tuanya

  2. Anak akan tidak suka kepada pelajarannya

  3. Anak akan tidak suka dengan keislamannya

Oleh sebab itu kita harus mencari cara mengajak anak dengan menyenangkan untuk belajar ilmu agama.

Pertanyaan 4 :
Bagaimana kalau anak kita hamil dalam usia dini, walaupun kita sudah berusaha sebaik mungkin untuk ke jalan Allah, tapi tetap saja terjadi. Apalagi di sini anak-anak berangkat ke sekolah dari jam 08.15 dan baru sampai di rumah lagi jam 16.30. Apa yang harus kita lakukan?

Jawab :
Bila kita mendidik anak- anak kita secara islami dengan baik, maka kejadian yang tidak diharapkan Insya Allah tidak akan terjadi. Kita harus bisa memberikan kepercayaan kepada anak-anak kita, sehingga mereka berusaha membuktikan bahwa mereka memang bisa dipercaya.


Selanjutnya...

SalaMAA @ 2:45 AM





Problema Sehari-hari dalam Pengasuhan II



TOL Salamaa tgl 2 Mei 2007

Oleh : Elly Risman Musa, S.psi

Problema Sehari-hari Dalam Pengasuhan II ini adalah kelanjutan dari tanya-jawab bersama Ibu Elly Risman pada TOL Salamaa tanggal 2 Mei 2007.
Pertanyaan 5 :
Tinggal di luar negeri seperti di Belanda ini, semua serba sendiri, tidak ada pembantu dan tidak ada yang bisa dititipi. Saya sering baca tentang teori-teori parenting yang menekankan pentingnya konsisten dan sabar dalam mengasuh anak, tentu juga dalam hal menegakan disiplin. Tapi seringnya saya kehabisan energi, capek mengurus rumah, bolak-balik antar-jemput anak-anak sekolah dan les, belanja, semua pakai sepeda (yang kalau angin lagi kencang, betul-betul menguras tenaga). Belum lagi saya juga butuh waktu untuk sesekali keluar dari rutinitas. Bagaimana mengatasi hal ini, supaya saya tetap bisa konsisten dan sabar dalam mendisiplinkan anak-anak, walaupun dalam kondisi capek, sakit dan lain-lain?

Jawab :
Kunci utama dari masalah ini adalah “be good to yourself”, artinya cukup makan dan cukup tidur. Jangan paksakan diri, kalau merasa capek, maka beristirahatlah. Pandai-pandai membagi waktu seefektif mungkin, sehingga masih cukup waktu untuk beristirahat. Bila kita cukup beristirahat, maka kitapun akan bisa lebih sabar menghadapi anak-anak kita.


Pertanyaan 6 :
Saya mempunyai 3 anak perempuan, anak ke 2 memiliki sifat cenderung tidak mandiri dari pada 2 orang anak lainnya. Ia pun cenderung cepat sedih atau menangis, jika permintaannya belum dikabulkan. Selain itu ia pun cenderung merasa takut bersama dengan orang-orang yang baru dikenalnya.
  • Anak saya yang di TK sudah mulai senang meniru model-model putri Barbie, misalnya ber-make up, memakai baju putri2 dan asesoris lainnya. Sehingga pada suatu hari ia tidak mau memakai jilbab yang biasa dikenakannya setiap ke TK, karena ingin seperti teman-temannya dan putri-putri khayalannya. Apakah kondisi yang dialami anak saya ini adalah kondisi yang wajar atau harus ada yang diperbaiki?
  • Saya ingin merasakan hubungan personal yang baik dengan ketiga anak saya, adakah cara-cara atau kiat-kiat dalam membangun kedekatan pribadi dengan setiap anak?

  • Jawab :

    1. Ada beberapa kemungkinan kenapa anak ke 2 seperti itu. Untuk anak tengah (kejepit), penanganannya harus hati-hati. Cari waktu yang baik untuk bertanya kepadanya kenapa dia berbuat begitu (selalu ingin ditolong), setelah tahu sebabnya, barulah kita membantunya sedikit demi sedikit untuk mandiri. Bila kita bicara dengan anak-anak, sebaiknya dilakukan secara terpisah. Bila si anak takut dengan orang asing, maka anggaplah itu suatu hal yang positif, karena anak yang terlalu ramah terhadap orang asing sangat berbahaya. Kita pun harus memberikan pengetahuan kepada anak, bagaimana membedakan antara orang asing, kerabat dan sahabat.
    2. Kondisi seperti ini adalah kondisi wajar, lebih baik kitapun memberikan sarana kepadanya seperti : memasangkan cermin yg setinggi tubuhnya, meminjamkan asesoris-asesoris kita yang sudah tidak dipakai dan lain-lain. Dengan bermain peran, artinya anak sedang memproyeksikan masa depannya.
    3. Biasakanlah memberikan/membagi waktu khusus terpisah buat anak-anak kita. Selalu ada saatnya kita hanya berdua saja dengan si sulung, atau si tengah dan atau hanya dengan si bungsu.

    Pertanyaan 7 :
    Seputar proses reintegrasi anak usia sekolah kembali ke Indonesia, untuk anak yang lahir di luar negeri. Bagaimana sebaiknya mempersiapkannya terutama mentalnya?

    Jawab :
    Pertama-tama ajarkan bahasa-bahasa yang harus/hendaknya mereka bisa, contohnya : menentukan dengan siapa anak berbahasa Indonesia (ayah atau ibu) dan dengan siapa berbicara dengan bahasa lainnya. Bila anak menguasai bahasa dimana mereka tinggal, maka merekapun akan mudah beradaptasi dan memperoleh kepercayaan diri.

    Pertanyaan 8 :
    Bagaimana melatih kecerdasan emosional anak?

    Jawab :
    Melatih kecerdasan emosional anak dengan cara :
    a. Mendengarkan perasaannya dan menghargainya sebagai sesuatu yang normal.
    b. Menanyakan perasaannya bila ia melihat kondisi yang dihadapi orang lain, misalnya orang sakit, orang miskin dan lain-lain.

    Pertanyaan 9 :
    Akhir-akhir ini sering terdengar kabar adanya anak-anak yang melakukan bunuh diri, ditinjau dari sudut psikologi kenapa mereka melakukan hal senekat itu?

    Jawab :
    Hal tersebut terjadi, karena orang tua tidak mau mendengarkan apa yang dirasakan anak. Orang tua tidak membaca bahasa tubuh anak, sehingga anak merasa ditolak perasaannya, komunikasi tidak bagus, disalahkan dan dibanding-bandingkan. Jadi kejadian itu adalah sesuatu yang wajar terjadi, bila anak tersebut memiliki orang tua yang tidak mendengar dan menghargai perasaannya.

    Pertanyaan 10 :
    Ada seorang ibu yang di masa kecilnya mengalami child abuse dan ketika dia menjadi ibu, dia sering berbuat kasar kepada anaknya secara tidak sadar. Dapatkah ia menjadi ibu yang baik tanpa dibayang-bayangi pengalaman masa kecilnya? Bagaimana cara menghilangkan traumanya?

    Jawab :
    Hal negatif tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi dengan cara membangun kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan hal-hal negatif tersebut dan lakukan terapi pasca trauma.

    Pertanyaan 11 :
    Jika anak pertama dan kedua tidka pernah rukun, anak kedua dan ketiga rukun, anak pertama dan ketiga kadang-kadang rukun, apakah yang salah dan bagaimana cara kita menyelesaikannya? (anak pertama 10 th, kedua 7 th dan ketiga 4 th)

    Jawab :
    Prilaku anak-anak tersebut adalah hal yang wajar, karena otak mereka sedang tumbuh. Kita harus mencari tahu apa yang mereka pertentangkan dengan cara banyak mendengar, mengarahkan dan bersikap adil.

    Pertanyaan 12 :
    Usia anak saya 14 thn (anak tunggal), dia sering menolak tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Bagaimana kita mengkomunikasikannya?

    Jawab :
    Kita harus duduk berbicara dengannya tentang apa yang dirasakannya dan apa yang diinginkannya serta berusaha memberikan pengertian kepadanya. Bila dia tetap tidak mau melakukan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, maka kita harus tega membiarkan dia menanggung resikonya, karena setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya.


    Selanjutnya...

    SalaMAA @ 1:19 AM





    Berita Keluarga Salamaa Mei 2007


    “Segala puji bagi Allah yang Agung, pujian bagi-Nya, suci nama-nama-Nya yang mengangkat dan meninggikan derajat pernikahan. Mendirikan agama (syari’at) untuk menghalaakannya (pernikahan) dan yang menjadikannya sebagai sebab dari kelestarian hidup bagi manusia di dunia serta meramaikan (memakmurkan) bumi dengannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala meletakan syari’at tentang pernikahan ini di dalam kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya dan menerangkan kepada manusia akan keagungan kedudukan-Nya dengan mengkhususkan kenikmatan padanya (pernikahan) lebih dari kenikmatan lain yang setara dengannya. Kemudian melipat-gandakannya pada para wanita, mengilhamkan kepada mereka akan iradah-Nya dan menjadikan sebab bagi ketaatan serta ketundukan mereka.” (Jawaami’ Al Ladzdzat, Abdul Hasan bin Nashr Al Khatib)
    Keluarga besar Salamaa turut berbahagia atas pernikahan Leila & Dimas. Akad nikah diselenggarakan pada tanggal 2 Juni 2007 di Cibubur-Indonesia & resepsi diselenggarakan pada tanggal 3 Juni 2007 di Jakarta-Indonesia.
    Semoga dapat membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warrohmah baik di dunia maupun di akhirat Amin.

    *Leila saat ini sedang mengambil Program Post MSc di TU Eindhoven, bidang Software Technology.

    Selanjutnya...

    SalaMAA @ 1:12 AM





    Menghidupkan Hati dengan Iman

    POL Salamaa tgl 11 Mei 2007

    Oleh : Mochamad Chalid, S.Si, M.Sc

    Ada pepatah mengatakan, “Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa yang tahu.” Hati setiap manusia adalah misteri bagi yang lainnya, namun tidak ada rahasia bagi Allah SWT yang Maha Tahu. Oleh sebab itu, kita harus berusaha membersihkan hati kita dari penyakit hati & mengisinya dengan keimanan.

    Merujuk kepada tema taujiah : menghidupkan hati dengan iman, maka ada 2 kosa kata yang perlu dibahas, yaitu :

    1. Al Qolb. Asal katanya adalah Qolaba, yang artinya suatu kondisi atau benda yang tidak stabil atau mudah dibolak-balik. Dapat ditarik pengertian umum bahwa hati adalah bagian kehidupan manusia yang labil, yang mudah sekali berubah. Rasulullah bersabda dalam Hadist Bukhari dan Muslim yang isinya : “Di dalam manusia itu ada segumpal daging yang jika itu baik, maka baiklah perbuatannya dan jika itu buruk, maka buruk juga perbuatannya. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati.” Hal tersebut menggambarkan bahwa hati memiliki posisi yang tinggi bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai penentu sikap seseorang, baik atau buruknya sikap seseorang yang tergambar dari niat, berpikir dan berbuat baik, lisan serta tingkah laku. Hati yang terisi oleh rasa dendam, akan terlihat dari sikapnya.
    2. Al Iman. Yaitu sesuatu yang diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati dan dilakukan dengan perbuatan.

    Ada beberapa cara untuk menghidupkan hati dengan iman, salah satu diantaranya adalah menghidupkan majlis-majlis ilmu yang berkaitan dengan keimanan dan senantiasa hadir dalam majlis-majlis tersebut. Kita harus menjadikan majlis-majlis ilmu ini sebagai pembekalan bagi diri kita, sehingga kita paham mana yang benar dan mana yang salah dalam Islam.
    Selain sebagai pembentukan, majlis-majlis ilmu inipun berfungsi me-review diri kita, apakah yang kita lakukan selama ini adalah perbuatan yang diridhoi Allah SWT.
    Fungsi lainnya lagi adalah membuat kita menjadi muslim yang selalu melakukan perbaikan, sehingga semakin hari semakin lebih baik.
    Setelah kita fahami fungsi-fungsi tersebut dan tatkala kita mampu melakukannya, maka Allah SWT akan memberikan hidayah dan tauhid kepada kita. Setelah kita dapat melakukan fungsi-fungsi tersebut, maka barulah kita bertanya siapakah diri kita. Kalau kita bicara tentang diri kita, maka ada element-element yang harus kita fahami dan harus kita kenal dengan sebenar-benarnya. Element-element tersebut antara lain :

    Mengenal hakikat jiwa. Kalau bicara tentang hakikat jiwa, maka kita akan mengenal nafsu. Nafsu itu terbagi sebagai berikut :
    - Nafsu amarah ialah nafsu/jiwa yang mendorong kearah maksiat.
    - Nafsu lawamah ialah yang menghadirkan perasaan selalu kurang dan tidak optimal.
    - Nafsu mutmainah ialah jiwa yang tenang/suci. Nafsu yang bisa membuat kita merasa tenang dan bahagia.

    Mengenal hakikat dari hati.
    Imam Al Qazali mengatakan bahwa hati itu ibarat kaca jendela dan dosa-dosa diibaratkan sebagai debu yang menempel di kaca tersebut, kemudian kebaikan diibaratkan sebagai sinar yang menyelimuti jendela kaca itu. Dari analogi tersebut, maka kita bisa menyimpulkan apalah gunanya rumah besar/mewah, apabila jendelanya tidak pernah dibersihkan, sehingga sinar mentari tidak pernah bisa masuk ke rumah tersebut (dalam hal ini Islam/kebenaran) yang harusnya menyinari seisi rumah. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka rumah tersebut akan dipenuhi bibit penyakit. Dengan shalat, membaca Al Qur’an dan amal-amal kebaikanlah yang mampu membersihkan hati kita.Islam membagi hati menjadi 3 bagian, ialah :

    • Hati yang selamat, adalah hati yang dipenuhi aktivitas yang selalu mengungat Allah SWT. Rasulullah berkata dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Al Abani : “Kebaikan adalah sesuatu yang membalut jiwamu, tenang dan hatimu tentram. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang menimbulkan keraguan dalam jiwa dan gundah dalam dada, meskipun telah berulang kali manusia memberikan fatwa kepadamu.”
    • Hati yang berpenyakit, adalah hati yang dipenuhi penyimpangan/ maksiat, baik secara lisan maupun perbuatan.
    • Hati yang terkunci dari kebenaran, adalah hati yang dimiliki oleh orang-orang kafir. Hati mereka telah membatu, karena mereka selalu menolak kebenaran.

    Mengenal hakekat dari kehidupan ini
    Jin dan malaikat diciptakan untuk beribadah, sedangkan manusia sebagao khalifah (hamba Allah SWT) di muka bumi ini. Maka kita tidak boleh berubah menjadi orang yang sombong, yaitu berubah fungsi menjadi majikan/tuhan. Kita harus menyadari bahwa hidup ini adalah perjalanan, sehingga kita tidak terbuai oleh kenikmatan di dunia ini.

    Melakukan perenungan rohaniah
    Ada kisah menarik : Imam Hasan Al Basri bersama dengan seorang anak muda yang shaleh mendatangi seorang tabib, kemudian si anak muda meminta kepada si tabib tersebut, agar memberikan suatu cara untuk mengobati penyakit hati. Tabib ini adalah tabib yang shaleh dan beliau menyuruh anak muda tersebut melakukan 10 hal, yaitu :

    1. Ambil akar pohon kekafiran dengan kerendahan hati. Artinya Allah SWT menjamin semua rizki di muka bumi ini, jangan sampai apa yang telah Allah berikan menjadikan kita sombong.
    2. Taruh dalam keranjang tobat. Artinya agenda kebaikan banyak yang tidak terealisir, tapi dosa yang walaupun tidak direncanakan, malah sering terjadi.
    3. Tumbuklah dengan lesung keridhoan. Artinya jadikan semua aktifitas ini merujuk kepada Allah SWT.
    4. Haluskan dengan kepuasan hati. Artinya ridho atas apa yang telah Allah takdirkan kepadanya.
    5. Masukan dalam kendil ketaqwa’an. Artinya semuanya harus mengarah kepada ketaqwa’an.
    6. Campurkan dengan air malu. Artinya malu adalah bagian dari keimanan, kita harus malu kepada Allah bila memiliki niat maksiat.
    7. Didihkan dengan api kecintaan kepada Allah SWT. Artinya kita beramal karena cinta kepada Allah, sehingga kita selalu melakukan yang terbaik untuk yang kita cintai.
    8. Tuangkan dalam bejana syukur. Artinya selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah SWT kepada kita.
    9. Dinginkan dengan air harapan. Artinya agar semua aktifitas kita diterima oleh Allah SWT, maka kita harus selalu penuh dengan harapan/keyakinan.
    10. Minumlah dengan sendok hamdallah. Artinya jadika semua aktifitas kita berujung kepada keridhoan Allah SWT dan memohon rizki dari Allah SWT.

    Selanjutnya...

    SalaMAA @ 12:40 AM





    Anak Qurrota A’yun : Antar Cita dan Fakta

    “Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Furqan: 74)
    Merupakan sebuah kebahagiaan agung yang merekahkan hati setiap orang tua, apabila ia dikaruniai seorang anak yang shalih dan shalihah. Inilah salah satu pilar terpenting bagi terwujudnya keluarga sakinah, sebuah keluarga bahagia yang meneduhkan hati penghuninya. Anak yang shalih dan shalihah dalam bahasa al-Qur’an dilukiskan sebagai qurrota a’yun, penyejuk mata dan penyenang hati bagi kedua orang tuanya.

    Akan tetapi anak yang qurrota a’yun ini sering hanya menjadi cita-cita belaka, karena dalam kenyataannya sangat banyak kita jumpai anak-anak yang tidak biasa berbakti bahkan cenderung durhaka dan suka menyusahkan hati kedua orang tuanya. Anak qurrota a’yun sering hanya tinggal menjadi cita yang lintas fakta.

    Antara Cita dan Fakta

    Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa keturunan atau anak menjadi qurrota a’yun (penyenang hati) apabila ia tumbuh menjadi anak yang taat kepada Allah, tekun beribadah, menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, menjauhkan segala apa yang dilarang dan diharamkan-Nya (terjemahan singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid VI, hal. 36). Jadi hanya anak yang menjalankan ajaran agama dengan baik dan memiliki akhlaqul karimah yang dapat menjadi qurrota a’yun. Anak qurrota a’yun dikonstruksi oleh bangunan keagamaan yang baik, sehingga hanya dapat diwujudkan dengan jalan mendekatkan anak dengan agama atau dengan memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak. Tanpa hal itu anak qurrota a’yun selamanya akan tetap menggantung dalam alam cita, dan tidak akan pernah membumi dalam alam fakta.

    Yang menjadi masalah sekarang adalah banyak sekali kalangan orang tua yang --karena keterbatasan pengetahuan atau kesibukan mungkin-- tidak mampu memberikan pendidikan agama secara baik kepada anak dalam keluarga. Sedangkan di sekolah --terutama sekolah-sekolah umum-- jam pelajaran agama sangat minim sekali. Atau mungkin pelajaran agama telah banyak diberikan di sekolah-sekolah Islam, akan tetapi cara penyampaiannya sangatlah normatif (teoritis-formalitas), sehingga kurang mampu mewarnai kepribadian anak. Ditambah dengan lingkungan pergaulan yang tidak baik, acara-acara TV yang tidak mendidik, maka anak pun tumbuh dalam kondisi jauh dari ajaran agama. Sehingga ketika menginjak remaja atau dewasa, anak menjadi nakal, liar, terjebak dalam minuman keras, pergaulan bebas dengan lawan jenis, suka berkelahi dan lain sebagainya. Anak menjadi berani melawan orang tua, suka membantah, membentak, berkata kasar bahkan sampai memukul atau menganiaya kedua orang tuanya. Na’udzubillahi min dzalik. Orang tuapun sering hanya bisa ‘ngelus dhadha’ prihatin melihat ‘jantung hatinya’ tumbuh menjadi anak yang nakal dan durhaka kepada orang tuanya. Hatinya begitu teriris pilu meratapi runtuhnya “qurrota a’yun” dalam keluarga.

    Penyebab Kerusakan Akhlak

    Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam merinci beberapa faktor yang mendorong anak menjadi nakal dan berbuat negatif.

    Pertama, disharmoni (keretakan) hubungan antara bapak dan ibu. Pertengkaran yang sering terjadi antara bapak dan ibu menyebabkan anak menjadi stress dan tidak betah tinggal di rumah, sehingga cenderung ingin mencari nuansa kesegaran di luar rumah. Jika di luar rumah ternyata ia mendapatkan lingkungan yang negatif, maka drama runtuhnya “qurrota a’yun” itu pun mulai memasuki babak permulaan.

    Kedua, mandegnya dinamika anak. Masa anak-anak adalah masa bermain, bersendau gurau dan aktif bergerak. Orang tua dan pendidik harus memahami betul karakteristik kejiwaan anak ini, sehingga tidak menerapkan metoda pendidikan yang mengekang, membelenggu dan ‘meneror’ jiwa anak, yang menjadikan anak kehilangan keceriaan, merasa takut dan ‘tertindas’. Untuk itu usahakanlah rumah dan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan dan menyegarkan bagi anak.

    Ketiga, pergaulan negatif dengan kawan nakal. Nabi SAW bersabda:
    “Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, maka hendaklah salah seorang di antara kamu memperhatikan siapa temannya itu.” (HR. at-Tirmidzi)

    Keempat, buruknya perlakukan orang tua terhadap anak. Jika anak sering diperlakukan dengan kejam, dididik dengan pukulan sadis, sering dibentak, dicemooh dan dihina, maka anak akan tumbuh besar dalam suasana yang timpang. Anak menjadi mincer, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa dibenci orang lain dan cenderung berbuat negatif.

    Kelima, film-film sadis dan porno. Film-film keras dan cabul sangat berpengaruh pada kejiwaan anak. Namun hal ini kurang disadari oleh para orang tua, sehingga anak terlalu dibebaskan menonton acara-acara TV tanpa seleksi.

    Keenam, lengahnya orang tua terhadap pendidikan anak. Banyak orang tua yang acuh dan tidak terlalu peduli dengan pendidikan anaknya. Yang penting anak telah sekolah, sudah ngaji di TPA dan lain sebagainya. Dikiranya hal itu sudah cukup. Padahal pendidikan itu harus dilaksanakan secara intergral (menyeluruh). Antara rumah, sekolah dan masjid harus secara bersama-sama dan serius terpadu memberikan pendidikan yang baik kepada anak.

    Strategi Asasi Pendidikan Anak

    Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan beberapa strategi atau kaidah asasi yang bisa ditempuh untuk mendidik anak secara baik, agar anak qurrota a’yun bisa terwujud.

    Pertama, strategi ikatan. Yakni mengikat anak atau melekatkan anak dengan ritual-ritual keagamaan. Mengikat anak dengan amalan ibadah (sholat, puasa, sedekah dan lain-lain), melekatkan anak dengan masjid, al-Qur’an, dzikrullah, amalan-amalan sunat (puasa Senin Kamis, sholat dluha, shalat tahajjud dan lain-lain) merupakan langkah nyata untuk mewarnai kepribadian anak dengan warna agama. Hal ini bisa ditempuh dengan metoda pembiasaan serta keteladanan dari orang tua dan pendidik. Sehingga anak memiliki kecintaan kepada kema’rufan secara mendalam.

    Kedua, strategi peringatan. Yakni menanamkan pengertian dan pemahaman terhadap ajaran agama secara terus menerus kepada anak, sehingga tumbuh pada diri anak kebencian terhadap kemaksiatan dan kejahatan. Misalnya peringatan dari kemurtadan, kekufuran, perjudian, minum-minuman keras, pornografi dan lain sebagainya. Menurut Nashih Ulwan, strategi peringatan merupakan faktor asasi yang dapat mencuci otak anak dari pikiran-pikiran kotor, paham-paham sesat dan batil. Lebih dari itu, kesadaran dan keimanannya dapat berfungsi sebagai benteng kokoh yang menolak segala pikiran sesat dan pengaruh orang-orang yang rusak.

    Ketiga, strategi kerja sama. Yakni perlunya kerja sama yang harmonis antara rumah, sekolah dan masjid dalam melaksanakan pendidikan anak. Masjid perlu melakukan pembenahan prosesi pendidikan agama (ta’lim-ta’lim atau kajian keagamaan) di masjid dengan menejemen yang rapi dan terrencana. Anak pun perlu terus memotivasi untuk lekat dengan masjid. Masjid adalah rumah Allah yang di dalamnya bertaburan rahmat dan hidayah-Nya. Tidak mungkin anak qurrota a’yun terwujud jika anak (dan orang tua) lepas dari masjid. “Muslim Tanpa Masjid” memang merupakan fenomena umat kekinian yang sangat menyedihkan. Bagaimana mungkin seorang muslim akan dekat dengan Allah jika ia tidak pernah ‘bersilaturrahmi’ ke rumah-Nya? Rajulun qalbuhu mu’allaqun bil-masaajid (seseorang yang hatinya terkait dengan masjid) --sebagaimana disebutk dalam sebuah hadits-- merupakan profil hamba Allah sejati, yang akan senantiasa mendapatkan curahan rahmat dan hidayah dari-Nya. Dan anak qurrota a’yun adalah anak yang selalu lekat dengan masjid.

    (disadur dari : Anak Cerdas Dunia Akhirat, Muhammad Albani)

    Selanjutnya...

    SalaMAA @ 12:25 AM





    Tepat Waktu di Belanda


    Oleh : Baba Aslam

    “Sorry hoor .. ik heb net de bus gemist,“ (Maap ya, soalnya saya barusan ketinggalan bis). “Excuus.. ik heb me verslapen.” (Maap, tidurku kebablasan.)
    Itulah jurus yang kerap dilontarkan ketika orang terlambat datang ke pertemuan atau masuk kelas. Alasan itu biasanya diterima, dengan syarat enggak jadi hobby atau kebiasaan.
    Buat kawan-kawan di Belanda ini mungkin menarik menengok bagaimana rata-rata orang Belanda melihat fenomena terlambat atau tepat waktu?

    Kebanyakan orang Belanda sangat tepat waktu. Bahkan mereka tahu betul jam berapa “sekarang” ini. Biasanya mereka datang pada jam yang sudah disepakati, ke kantor, pertemuan atau janjian. Kalaupun mereka terlambat dan menggunakan jurus “kebablasan tidur tadi,” maka mukanya akan merah malu dan minta maafnya sampai berkali-kali. Dia akan berusaha keras untuk tidak mengulangi lagi.

    Di Belanda ini seseorang yang doyan terlambat dipandang sebagai tidak bisa dipercaya dan tidak bisa diharapkan. Biasanya orang Belanda akan menghindar berbisnis dengan yang suka telaat. Pencari kerja yang datang terlambat ke interview, biasanya tidak akan dapat pekerjaan yang dilamarnya.

    Kebanyakan orang Belanda lumayan tahu tentang orang-orang asing, terutama dari Indonesia sebagai, tidak selalu tepat waktu atau penyandang “Jam Karet.” Biasanya gelar itu disampaikan sambil bergurau, tapi sebenarnya si Belanda itu kesal banget sama yang suka telaat. “Saya sudah datang tepat waktu, si Fulan masih juga belum muncul,” begitu biasanya ungkapnya kalau Fulan belum muncul tanpa ada kabar SMS atau telepon.

    "Kalau Anda ingin maju di Belanda ini, Anda harus tepat waktu!" Demikian seorang bijak pernah berceloteh. Sembari menambahkan tips-tips berikut ini:

    Datanglah tepat waktu. Bagi orang Belanda, lebih baik Anda 10 menit datang kecepetan daripada 5 menit terlambat. Contohnya kalau jam kerja mulai pukul 8:00 pagi, maka Anda diharapkan muncul kurang lebih 10 menit sebelumnya. Kalau Anda datang jam 8 théng, maka itu digolongkan sudah terlambat! Sepuluh menit itu dipakai untuk buka jaket, nyeruput kopi dan lainnya.

    Kalau Anda membuat janji dengan rekan Belanda, segera tuliskan di agenda. Karena ketika Anda mengatakan “YA” maka itu bagi si Belanda janji sudah dibuat. Maka berhati-hati dalam menjawab pertanyaan dengan kata “Ya”. Orang Belanda akan lebih menghargai Anda mengatakan “Nee” daripada “Ya” tapi setengah hati dan akhirnya tidak muncul.

    Kalau toh Anda memang tidak bisa menepati janji, maka alangkah baiknya kalau Anda menelponnya segera. Rekan Belanda itu akan menghargai cancel, sedini mungkin. Karena dia mungkin ingin bikin janji lainnya.

    Itu tadi tips-tips nya. Soal waktu memang belakangan ini serasa berjalan sangat cepat. Sebagai penghuni negara berkecepatan tinggi seperti di Belanda ini, kita kerap merasakan “dikejar-kejar” waktu. Sangat cepat hari beranjak malam, padahal masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Saking menumpuknya kegiatan di rumah dari mencuci pakaian, masak sampai dengan membuat Blog atau mengupdate Multiply. Belum lagi dengan POL dijam-jam nidurin anak dan sekian banyak email yang masih terlantar tidak terbaca di inbox. Kita keteteran melawan waktu..

    Sebagai umat muslim, seharusnya kita tidak perlu kedodoran dengan waktu. Karena kita dibekali peranti dasar. Dari kecil sudah mendapatkan pelatihan dalam menghargai waktu dan disiplin. Bangun pagi sholat Fajr sebelum berangkat ke sekolah. Siang hari pulang ke rumah tepat waktu untuk sholat Dhuhur. Sore hari Ashr, mandi dan sholat Magrib. Kemudian Isha menjelang istirahat malam.

    Apalagi setelah beranjak dewasa mulai memahami arti surah al-Ashr yang diawali dengan “Demi masa... “ dst. Lengkap sudah bekal kita sebagai umat islam untuk bisa menghargai waktu. Kalau berdate dengan Allah sudah lancar maka janji dengan sesama manusia pun semustinya tidak masalah. Sudah selumrahnya k
    ita umat islam ini bisa menandingi orang-orang Belanda dalam menghargai dan tepat waktu. Semoga tulisan ini belum basi dan terlambat!

    Selanjutnya...

    SalaMAA @ 12:15 AM





    Gulai Cumi Padang


    Oleh : Rini Duniarni - Driebergen

    Siapa sich yang tidak kenal Mbak Rini yang rajin banget di dapur? Lihat aja multiply-nya yang selalu penuh dengan resep masakan, wah...membuat air liur menetes nich. Kali ini Mbak Rini bagi-bagi resep gulai cumi Padangnya buat Salamaa, katanya sich ini resep rahasia bundo kanduangnya.
    Bahan :
    1 kg cumi sedang
    5 cm lengkuas
    ½ cm jahe
    6 cabe besar
    1 bw merah besar
    1 siung bw putih
    ½ kaleng santen
    garam secukupnya

    Cara :
    Sebua bahan tadi di blender kecuali cumi.Setelah halus masukan kedalam panci, tambahakan air ½ liter, masukan juga cumi yg telah dibersihkan.
    Masak sampai matang dan siap dihidangkan.


    Selanjutnya...

    SalaMAA @ 12:04 AM








    LINKS
    Daftar Makanan Haram
    Radio Minaara
    Binaurrijal
    KZIS
    Eramuslim
    Kafemuslimah
    Republika
    Ummi
    Fahima-Jepang
    Kharisma-Jerman
    Masjid ITS




    GALERI WORKSHOP

    Ito
    www.flickr.com
    This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


    Jesty
    www.flickr.com
    This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

    Ferry
    www.flickr.com
    This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

    Cuplikan Video Workshop

    BERITA CUACA


    PREVIOUS POST


    Pergantian Pengurus dan Afscheid

    Oleh-oleh dari KKM II ++

    Kursus Kilat Menjahit II ++

    Semua Numplek di TD Salamaa 2010

    Temu Darat Salamaa 2010

    TD dan Launching Buku Salamaa/FLP Belanda

    Selamat Idul Fitri 1430 H

    Pengurus Salamaa 2009-2010

    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H

    Selamat Datang Ramadhan


    ARCHIVES
    January 2005
    February 2005
    March 2005
    April 2005
    May 2005
    June 2005
    July 2005
    August 2005
    September 2005
    October 2005
    November 2005
    December 2005
    January 2006
    February 2006
    March 2006
    April 2006
    May 2006
    June 2006
    July 2006
    August 2006
    September 2006
    October 2006
    January 2007
    February 2007
    March 2007
    April 2007
    May 2007
    June 2007
    July 2007
    August 2007
    September 2007
    October 2007
    November 2007
    December 2007
    April 2008
    June 2008
    August 2008
    September 2008
    July 2009
    September 2009
    January 2010
    May 2010
    June 2010
    July 2010
    December 2010

    Supported by
    Blogger
    Blogskins

    Free JavaScript from

    IKLAN ANDA