Komitmen Muslim Eropa Terhadap Islam
Oleh : Ustadz Baginda Hambali Siregar, SPd Islam
Komitmen mengandung pengertian kesungguh-sungguhan atau keseriusan di dalam malaksanakan sesuatu. Komitmen Muslim Eropa Terhadap Islam berarti kesungguh-sungguhan setiap individu muslim yang ada di Eropa untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam secara baik dan benar, sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Ruang lingkup pembahasan tentang “Komitmen Muslim Terhadap Ajaran Islam” dapat kita lihat pada firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah Ali Imran : 102
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar Taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati, kecuali mati dalam keadaan (beragama) Islam”.
Komitmen Pertama,
Komitmen pertama dari seorang muslim adalah “Aamanuu” yaitu beriman. Yang menjadi pertanyaan besar dalam diri kita adalah, “Apakah kita benar-benar sudah beriman kepada Allah ?”, untuk menjawab itu marilah kita bercermin kepada Al Qur’an surah Al Anfal : 2 – 3
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah; yang apabila di sebut asma Allah bergetarlah hati mereka, dan apabila di bacakan ayat-ayat Allah bertambahlah iman mereka, dan kepada Allah-lah mereka bertawakal. Yaitu orang-orang yang mendirikan solat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami (Allah SWT) berikan kepada mereka”.
Ayat di atas menjelaskan tentang 5 ciri orang yang beriman, yaitu :
Apabila di sebut asma Allah bergetarlah hati mereka.
Apabila di bacakan ayat-ayat Allah bertambahlah iman mereka.
Kepada Allah-lah mereka bertawakal.
Mendirikan solat.
Menafkahkan sebagian rezeki yang Allah SWT berikan kepada mereka.
Komitmen Kedua,
Komitmen ke-dua dari seorang muslim adalah “Ittaqullah” yaitu bertaqwa kepada Allah SWT. Seorang muslim yang telah berkomitmen kuat untuk beriman kepada Allah SWT dengan mengamalkan lima ciri mu’min dalam Al Qur’an Surah Al Anfal di atas, maka akan meningkatkan kualitas derajat ke-imanannya kepada derajat Taqwa. Apa itu Taqwa ? Taqwa mengandung pengertian “Imtisalul Awwamiri Waj Tinaabun Nawahi” yaitu menjalankan seluruh perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan Allah SWT.
Bagaimanakah sikap hidup orang yang bertaqwa kepada Allah SWT ?, sikap hidup orang yang bertaqwa kepada Allah SWT, dapat dilihat dari penjabaran huruf-huruf yang merangkai kata “Taqwa”, yaitu :
Huruf “Ta”, mempunyai ma’na “Tawadu“. Tawadu mengandung pengertian rendah diri di hadapan Allah SWT dan rendah hati kepada sesama manusia. Lawan dari ma’na Tawadu adalah Takabur yang berarti sombong.
Huruf “Qaf”, mempunyai ma’na “Qana’ah“. Qana’ah mengandung pengertian merasa cukup atas pemberian rizki/ni’mat dari Allah SWT.. Lawan dari ma’na Qana’ah adalah Tamak yang berarti rakus.
Huruf “Wau”, mempunyai ma’na “Waro“. Waro mengandung pengertian menjaga diri dari yang subhat dan meninggalkan yang haram. Lawan dari ma’na Waro adalah subhat yang berarti tidak jelas (halal/haram), dan haram yang berarti sesutu yang di larang oleh Allah SWT.
Komitmen Ketiga,
Komitmen ke-tiga dari seorang muslim adalah “Tamuutun Fil Islam” yaitu mati dalam keadaan (beragama) Islam. Seorang muslim yang telah berkomitmen kuat untuk beriman kepada Allah SWT dengan mengamalkan lima ciri mu’min dalam Al Qur’an Surah Al Anfal di atas, kemudian meningkatlah kualitas derajat ke-imanannya kepada derajat Taqwa dengan mengamalkan tiga ma’na Taqwa tersebut di atas, maka harapan dan cita-cita terakhir adalah “semoga ke-imanan dan ke-taqwaan yang kita jalani dalam hidup ini menjadi modal untuk menghadapi kematian, dan menjadi modal untuk menjadi orang yang beruntung di dunia dan di akhirat nanti”.
Dengan kata lain, seorang muslim harus mampu dan pandai-pandai memanfaatkan waktu yang diberikan Allah SWT kepadanya untuk hidup di dunia ini. Dalam hal ini Allah SWT telah menegaskan dalam Al Qur’an Surah Al Ashr : 1 – 3
Artinya : “Demi waktu (masa). Sesungguhnya manusia itu benar-benar di dalam kerugian kecuali, orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amalan shaleh, dan nasihat-menasihati dalam (mentaati) kebenaran, dan nasihat-menasihati dalam (mentaati) kesabaran”.
Ayat di atas menjelaskan tentang sebagian manusia yang rugi karena tidak mampu memanfatkan waktunya semasa hidup di dunia, dan sebagian manusia yang beruntung karena waktunya. Ada 4 sarat untuk menjadi manusia yang beruntung menurut Allah dalam ayat ini, yaitu :
Beriman (kepada Allah SWT).
Mengerjakan amalan shaleh
Nasihat-menasihati dalam (mentaati) kebenaran
Nasihat-menasihati dalam (mentaati) kesabaran
Kemudian empat sarat tersebut di atas dapat kita tanyakan kembali dan kita renungi ke dalam diri kita masing-masing :
a. Bagaimana kita tahu bahwa kita telah beriman kepada Allah SWT ?, atau sebaliknya kita telah kufur kepada Allah SWT. Maka dalam hal ini kita harus belajar akan ilmu-ilmu tentang ke-imanan yaitu ilmu Tauhid atau ilmu Aqidah.
b. Bagaimana kita tahu bahwa kita telah mengerjakan amalan-amalan shaleh ?, atau sebaliknya selama ini yang kita kerjakan adalah amalan-amalan salah. Maka dalam hal ini kita harus belajar akan ilmu tentang amalan shaleh yaitu ilmu Syariah atau ilmu Fiqih.
c. Saling menasehati kepada kebenaran mengandung pengertian “da’wah”. Da’wah yaitu mengajak orang kepada jalan iman dan amal shaleh, setiap orang muslim memiliki kewajiban untuk berda’wah kepada muslim lainnya. Da’wah dalam artian yang luas adalah segala bentuk cara / metode untuk mengajak manusia ke jalan Allah SWT sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah.
d. Saling menasehati kepada kesabaran mengandung pengertian “Istiqamah”. Istiqamah yaitu konsisten / terus menerus di dalam ke-imanan, di dalam mengerjakan amalan-amalan shaleh, dan di dalam berda’wah.
Dengan kata lain untuk menjadi Orang Yang Beruntung dasarnya adalah “Ilmu”. Ilmu hanya di dapat dengan cara belajar dari para ulama, ustadz, ataupun orang-orang ‘alim.
Sebagai kesimpulan, untuk menjaga Tiga Komitmen Muslim yang jabarkan di atas adalah jangan putus untuk terus belajar dan mengamalkan Ilmu-ilmu Agama dalam kehidupan sehari-hari.
Brussel, 07 Desember 2006
SalaMAA @
3:45 PM