>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

novel1

Image hosted by Photobucket.com
Anak Gadis sang Imam

Oleh: Emine Şenlikoğlu
Diterjemahkan oleh: Emaknya Annisa

Salju diatas atap rumah mulai meleleh, airnya mulai merembes masuk melalui plafon kedalam rumah, membuat seluruh ruangan menjadi basah.

Fatma sibuk menampung tetesan-tetesan air tersebut dengan berbagai panci dan baskom yang mereka miliki. Sambil berteriak: “Aku sudah tidak tahan lagiii… ! Bu, dengar.., bilang sama suamimu bahwa kita harus pindah kerumah yang normal…!”.

Fatma berteriak dan terus berteriak. “ Aku malu punya rumah seperti ini, aku tidak bisa mengajak temen-temenku datang kerumah…”.

Ibu Fatma bisa mendengar jelas teriakan anaknya dari dalam rumah yang hanya mempunyai dua kamar tidur dan satu kamar tamu. Rumah ini dulunya losmennya mesjid. Ibu Fatma juga turut merasakan apa yang diderita anaknya.

“ Oh anakku sayang, bersyukurlah apa yang kita miliki ini, orang lain belum tentu bisa mendapatkannya. Bapakmu sebentar lagi pulang, dia hampir selesai sholat saya pikir. Orang-orang mungkin mendengar suaramu dari dalam mesjid, bicaralah dengan pelan….” bujuk ibunya dengan lembut.

Ketika Fatma menuangkan baskom-baskom yang dipenuhi air ke parit, dia berteriak lebih keras lagi.” Ibu selalu bilang yang sama, nanti bapakmu dengar, nanti bapakmu dengar ! Biar saja dia dengar, aku tidak peduli siapa pun yang mau dengar. Aku sudah tidak tahan lagi…! Apakah sebelumnya ibu pernah bertanya waktu melahirkan aku? Apakah bapak pernah bertanya juga padaku? Aku masih ingin bicara banyak lagi, tapi….sialan, kalian mendorong aku untuk tetap tegar. Aku sudah beribu kali bilang; aku tidak tahan lagi..!!! Aku tidak bisa hidup begini terus. Waktu aku nongol didunia ini tidak ada seorang pun yang menanyakan pendapatku”.

“Anakku sayang, kamu memang benar-benar bingung. Kenapa Allah akan bilang dulu kepadamu, jika dia ingin menciptakan sesuatu? Jika kamu ingin menanam bunga-bunga atau menyemai biji tanaman di halaman kita, kamu juga tidak bertanya dulukan kepada bunga-bunga dan biji-bjian tsb? Mungkin mereka juga tidak mau hidup ditanah yang kotor itu. Jika kamu memindahkan kursi ini dari sini ke pojok sana, kamu juga tidak bertanya lebih dulu ke kursi. Mungkin kursi ini juga tidak mau berada disana. Allah melakukan yang sama juga seperti kamu ketika kamu ingin menanam bunga dihalaman menurut keinginanmu. Jadi.. anakku sayang, bagaimana kami dapat menanyakan terlebih dahulu kepadamu? Sebelum kamu dilahirkan, kamu belum ada didunia ini”.

Fatma tidak mau memikirkannya, dia hanya berteriak “ Suatu hari nanti aku akan menentang bapak…”

Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, dia berlari melintasi rumah dan sesekali melihat ke arah pintu keluar mesjid.

“Orang-orang suci itu juga ! Kenapa lama amat sih sholat malamnya! Saya mau suamimu, yang tukang memandikan mayat itu, lihat situasi kita, sedang ngapain kita sekarang. Makanya aku sengaja melambat-lambatkan kerjaan ini, tapi dia tidak muncul-mucul juga…..”

Gűl, ibu Fatma, melihat dengan tercengang kearah anaknya, tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia tatap anaknya dan dengan lirih berkata: “Jangan, tolong jangan bilang kepadanya. Jangan berkata seperti itu kepada bapakmu. Saya takut nanti dia kena serangan jantung jika dia mendengar kamu seperti itu”.

“Saya tidak peduli, saya toh tidak membeli dia?”.

Gűl menjadi sangat marah ketika dia mendengar itu. “Apa kamu bilang! Apakah dia akan lebih berharga jika kamu membeli dia? Jawab..! Kamu akan menghargai dia jika kamu telah membeli dia?”

Fatma menjawab dengan cueknya sambil mengunyah permen karet. Dia ingin menunjukkan sikap yang meremehkan.

“Ah, bapakku sudah di beli oleh pemerintah, dan dengan harga yang begitu murah. Semua pegawai negri bekerja 48 jam perminggu untuk beberapa cent, sementara suamimu kerja 350 jam perminggu”.

Fatma seorang anak yang pintar, banyak sudah buku yang dia baca. Karena dia seorang Hafiz Qur’an, dia juga selalu ingat apa yang sudah dibaca. Kadang-kadang dia mengatakan sesuatu yang berarti jika dia berbicara.

Lamunannya buyar ketika ibunya berkata,: “Dari mana kamu tahu bahwa jamnya segitu banyak?”

“ Apakah itu bohong? Bisakah dia meninggalkan mesjid barang sebentar? Dia selalu disini toh siang dan malam? Dia juga bekerja sebagai tukang keamanan, menjaga agar karpet mesjid tidak dicuri orang? Dia juga memandikan orang-orang mati yang kotor? Yang paling parah lagi menurutku adalah masih selalu tidak ada orang yang puas terhadap dia. Coba lihat bagaimana kehidupan kita. Anjing pun tidak akan bisa hidup seperti ini, tapi disebabkan suamimu kita hidup seperti ini”.

Gűl menjadi sangat sedih, dia sudah menyusunkan kalimat untuk mengatakan ke anaknya, tapi tidak diteruskan. Gűl seorang perempuan yang lebih banyak berpikir dan sedikit bicara. Dia tidak banyak mengenyam pendidikan, tapi sering pandai menggunakan kata dalam berbicara.

“Anakku sayang, bapakmu itu seorang imam. Karena pekerjaan sebagai imam menuntut banyak pengabdian, jadi mempunyai tempat yang sangat khusus di masyarakat. Jangan menghina, hati-hati, bisa saja nanti terjadi bahwa Allah tidak memberikan seorang imam pun untuk datang mensholatkan kamu disaat penguburanmu. Kamu juga bukan syuhadah, sehingga malaikat harus melakukannya untukmu”.

“Kan aku sudah mati kalau itu terjadi. Aku sudah banyak tahu koq tentang itu. Kita juga tidak belajar yang lain selain itu”, jawab Fatma cuek.

“Kamu pikirkanlah itu. Nanti kamu akan tahu sudah seberapa jauh kamu belajar, setelah kamu mulai bisa menghargai ilmu pengetahuan”, lanjut ibunya.

Fatma melihat kembali ke pintu keluar mesjid. Pintu-pintu mesjid itu kelihat sangat dingin untuknya. Ketika dia berusia delapan tahunan, waktu sedang bermain dekat mesjid, dia mendengar dua orang laki-laki tanpa kumis berbicara. Seorang laki-laki yang penampilannya sangat rapi mengatakan bahwa dia membenci para imam. Sejak saat itu Fatma mulai menyepelekan bapaknya. Seperti yang dikatakan orang yang gagah itu bahwa dia membenci para imam, kemudian mengatakan itu bukanlah pekerjaan yang membagakan, itu yang dipendamnya selama ini.

Kemudian hari dia pun sering kali melihat apa yang dialami bapaknya, hanya karena dia seorang imam, ia menjadi terasing. Dia seringkali harus keluar masuk penjara. Jika ada orang di mesjid tidak setuju dengan sesuatu, segera bapaknya dihujat. Orang-orang menghina dia, karena dia anak seorang imam. Seolah itu semua tidak cukup, sekarang dia harus mencoba mengurus rumah ini agar tetap kering.

Dengan bengong dilihatnya sekali lagi pintu yang sama. Koq orang belum juga selesai sholat? Apakah sholat hari ini memang lebih lama atau hanya kelihatannya aja seperti itu?

Fatma lebih memperlambat pekerjaannya, dia ingin memperlihatkan ke bapaknya betapa menderitanya dia. Dia sengaja melambat-lambatkan, tetapi seolah-olah dia sedang bekerja keras. Sekali waktu dia memutarkan tubuhnya dan melihat ke arah lemari bukunya. Semua buku sudah menjadi basah.

“ Ah, buku-buku itu sudah tidak berarti lagi”, pikirnya. Dia sudah bertahun-tahun duduk membaca buku. Apa manfaatnya buat dia? Dia belum tahu bahwa kemudian hari dia banyak mengambil manfaatnya.

Sesaat kemudian dia mengarahkan pandangannya ke rumah kayu yang berhadap-hapan dengan rumah mereka. Dilihatnya seorang anak muda yang punya masalah dengan berjalan melihat keluar dari balik jendela. Dia banyak berusaha mencari perhatian Fatma. Fatma kemudian menoleh ke ibunya dan berkata: “ Ibu..!”

“Ada apa, anakku sayang”

“Bu, bilang sama ibu si Pincang itu bahwa dia harus punya cara untuk mengajarkan anaknya. Si Pincang itu mencoba menjadikan aku pacarnya. Bisakah ibu bayangkan, bahwa si Pincang itu ingin mencoba aku menjadi pacarnya. Terpikirkah ibu bahwa aku akan membiarkan dia menjadi pacarku? Kenapa dia tidak mengerti dan kenapa dia tidak melihat kedirinya sendiri?”

“Kamu juga cacat, bukan cacat jasmani tetapi cacat rohani. Kamu tidak melihat! Bagaimana kamu bisa merasa lebih berharga dari dia?“ celetuk ibunya.

Fatma mengangkat roknya hingga ke lutut dan berkata: “Lihat, aku mempunyai kaki bak peragawati, sedangkan kakinya tidak mampu untuk berjalan”.

“Apa gunanya? Sama aja kaki pragawati dengan kaki kuda, semakin banyak mereka berjalan semakin banyak orang lain yang mengambil untung. Si empunya kaki hanya bangga dia mempunyai kaki bagus. Anak muda yang tidak kamu hargai itu, lebih berharga dari seratus anak gadis seperti kamu. Dia itu tentu saja tidak sombong. Dia tahu siapa dirinya dan betapa berharganya dia”.

Fatma menjawab dengan sinis: “Hanya pada kenyataannya dimataku kelihatan bahwa dia menyombongkan diri. Ah.., emangnya gua pikirin. Ngapain aku ngomongin tentang dia. Dia kan tidak berharga”.

Fatma melanjutkan membersihkan lantai ketika dia menyadari kedatangan bapaknya. Imam Yakup berjalan dengan tenang menaiki tangga.

“ Ya Allah, jangan kasih aku beban yang aku tidak bisa memikulnya”, gumam Imam Yakup.

Dia melihat Fatma sedang menggosok lantai, ketika dia melangkah kedalam. Dicarinya istrinya, kemudian bertanya dimana istrinya berada. Gűl segera keluar dari kamar dengan membawa karpet dan berkata akan segera kembali. Imam Yakup bersandar kepintu dan berkata kepada istrinya dengan menatap: “Kenapa Fatma menggosok lantai? Kan saya bisa melakukannya setelah sholat”.

“Karena salju dan hujan membuat semuanya menjadi basah”.

Imam Yakup melihat ke arah Fatma dan menjawab: “Kan tidak apa-apa, saya biasa bekerja sampai larut malam. Saya tidak mau membiarkan anak gadisku menjadi sedih.”

Disini Gűl menjadi marah. “Oh suamiku sayang, kamu satu-satunya yang membuat dia menjadi manja. Bapak saya juga dulu seorang imam, tapi jelas dia juga seorang bapak. Jika kamu tetap bersikap seperti ini, akan terjadi sesuatu terhadap anak gadis ini…..”

Imam Yakup menatap istrinya dengan nanar dan kemudian melepaskan jas winternya. Dia ingin balik berkata, tapi tak dilakukannya. Dia berpaling dengan sedih kearah istrinya.

“Duhai istriku sayang, cara untuk bergaul dengan manusia adalah dengan keramahan”.

Sambil menggosok Fatma datang mendekati ibunya dan berkata sambil menggerutu tanpa didengar bapaknya: “Bilang pada suamimu bahwa dia tidak perlu bersikap begitu terhadap aku. Itu akan membuat aku lebih marah lagi”.

Imam Yakup mendengar apa yang dikatakan putrinya, tapi dia bersikap seolah dia tidak mendengarkannya.

Fatma terus aja menggerutu: “Bilang pada laki-laki itu bahwa dia seharusnya jangan begitu baik denganku. Saya menjadi sangat marah”.

Gűl diam-diam menjawab: “ Dia tidak hanya baik terhadap kamu. Dia hanya seorang muslim yang baik, dia baik terhadap semuanya. Oke, saya mengakui bahwa dia memang lebih baik lagi terhadap kamu. Haruskah dia menjadi tidak baik karena itu yang kamu inginkan?”

Fatma melanjutkan menggosok lantai. Imam Yakup bertanya: “ Anakku sayang, kamu capek?”

Fatma menjawab dengan kesal: “Selalu aja lagu yang sama. Setiap tahun lagu yang sama. Di Hakkari, Elaziğ, Erzurum atau Bolu kita toh tidak lebih baik dari sekarang?”

“Alangkah lebih baik lagi… jika semakin bertambah penderitaan, datanglah mendekat ke Allah”, kata Imam Yakup ketika dia menuangkan ember berisi air ke parit.

“Emangnya apa jika aku tidak berniat masuk kedalam penderitaan?” kata Fatma tanpa melihat bapaknya.

“ Manusia bisa saja tidak punya niat untuk menderita tapi penderitaan itu akan tetap ada. Kamu harus menghadapi penderitaan itu tanpa protes terhadap Allah …..”

Fatma menatap bapaknya dengan sorot menantang, “ Aku tahu itu, bapak mau bilang lagi bahwa aku harus lebih mendekat kepada Allah jika aku tidak protes”.

“ Bukan, sebenarnya bukan. Kamu harus mencoba menghilangkan penderitaan itu tanpa kamu protes terhadap Allah. Saya mau bilang bahwa kamu harus lebih mendekatkan diri kepada Allah. Tidak masalah apakah kamu mau atau tidak menghilangkan penderitaanmu”.

Fatma mau bilang bahwa dia tidak mau lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dia berusaha menahan kata-katanya. Fatma merasa bosan setiap kali lagi-lagi bapaknya bicara tentang Tuhan, kehidupan akhirat atau sesuatu yang lain yang berhubungan dengan agama. Imam Yakup menyadari itu, oleh karena itu dia tidak sering lagi berbicara tentang itu.

Rumah sudah dibersihkan, tetapi raut wajah galak Fatma masih tetap tidak berubah. Imam Yakup duduk dikursi dekat meja dan menulis sesuatu yang dia pikir perlu. Dia mendapat suatu masalah yang sangat pelik, tetapi tidak bisa mencurahkan kepada seseorang. Beberapa saat kemudian dia memanggil istrinya dan meminta dengan lembut segelas karnemelk(susu karne).

Gűl datang dengan segelas karnemelk mendekati suaminya dan mulai menyesali suaminya. “ Kenapa kamu selalu begini, meminta tolong kesaya? Suruh sekali-sekali kepada anakmu”.

Imam Yakup menopang kepalanya diantara kedua tangannya dan menarik napas dalam-dalam. “Saya tidak bisa menyuruh dia, saya tahu bahwa dia tidak suka. Saya juga tahu kalau saya suruh, diam-diam dia akan bilang bahwa saya harus minum racun aja. Karnemelk ini pada kenyataan akan menjadi racun juga buat saya. Jika kamu yang bilang itu, bagi saya tidak apa-apa tapi kalau anak perempuanku yang bilang…. Saya serasa mau mati aja”.


Bersambung...


SalaMAA @ 5:45 AM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


istri7

sulit

salamaa18

TD3

istri6

tehenni

laahaula

dikilik

salata

salamaa17


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA