>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

pol3

Image hosted by Photobucket.com
Mendapatkan Keberkahan Ramadhan
Oleh: Nurul HA - Aachen Jerman
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Robb mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. (QS At Taubah 20-21)

Bulan Ramadhan, syahrul mubarok, syahrul jihaad, syahrul Qur’an, dan syahrut taubah telah terlewati masa dua pertiganya. Dan sampailah kita saat ini pada masa asyrul awakhir (10 hari terakhir). Ada baiknya, di awal pengajian ini, kita merenungkan sejenak apa yang sudah kita lakukan di hari hari yang penuh keberkahan yang telah lewat. Karena RosuluLloh saw mengajarkan pada kita untuk selalu memperbaiki aktivitas amal sholih kita di saat saat akhir. Sebagaimana beliau mengajarkan pada kita do’a untuk mencapai husnul khotimah :


Allahummaj’al khaira ‘umri aakhirahu, wa khaira ‘amalii khawaatiimahu, wa khaira ayyamii yauma liqa-ik (Disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Al-Adzkarnya). Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada ujung akhirnya, dan sebaik-baik hariku adalah pada saat aku menemuiMu

Alloh swt berfirman :

Ya ayyuhal ladzina aamanu taqullaaha faltanzhur nafsum ma qaddama lighad, wat taqqullah, innallaaha khabirum bima ta’malun. (Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.)

Ketaqwaan adalah bekal utama kita. Karenanya, sebelum Ramadhan berakhir, musahabah (introspeksi) atas perjalanan hari hari Ramadhan, perjalanan amaliyah kita yang mendekatkan diri pada derajat taqwa perlu kita lakukan.

Pada awal ramadhan, kita telah berusaha untuk “plan the work and work the plan”. Marilah kita muhasabah sejenak akan target target Ramadhan kita. Berapa banyak tilawah yang sudah kita lakukan?, sudahkah kita minimal memasuki juz ke 20 hari ini? Sudahkah kita menambah hafalan Al Qur’an? Sudahkah kita penuhi malam malam Ramadhan kita daengan sholat tarawih atau sholat lail? Sudahkah kita berdiri dengan khusyu dalam sholat? Sudahkah kita berdzikir pada Alloh?. Sudahkah kita memperbanyak menengadahkan tangan memohon do’a serta ampunan pada Alloh azza wa jalla?

Insya Alloh, kita masih memiliki waktu untuk menambah target target yang kurang, dan meningkatkan apa yang sudah baik. Bagaimanapun Alloh akan menilai kesudahan kita dalam melakukan tarbiyah (pendidikan) di bulan yang penuh keberkahan ini. Apakah kita akan mengakhiri Ramadhan ini dengan penuh ketaqwaan? Yaitu dengan hati yang sensitif, perasaan yang jernih, ketakutan yang terus menerus kepada Allah, kewaspadaan yang tidak henti-hentinya dan menjauhi duri-duri jalan. Yaitu jalan kehidupan yang senantiasa diliputi berbagai godaan dan ujian, baik itu ujian ketakutan dan kecemasan ataupun ujian kemalasan dan kesombongan.

Muslimah yang dirahmati Alloh........
Walaupun Ramadhan telah melewati masa duapertiganya. Tak ada salahnya, kita mengingat kembali keberkahan keberkahan yang telah Alloh sodorkan kepada kita, sehingga kita tetap semangat bahkan bertambah semangat menikmati kelezatan bertaqarrub pada Alloh. Karena, tak jarang menjelang Ramadhan berakhir, di Indonesia masjid masjid sepi dari jama’ah. Padahal, justru pada asyrul awakhir, Alloh menurunkan keberkarahannya melalui malam Lailatul Qodr. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan.


Allah Ta 'ala berfirman :


إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3) تَنَزَّلُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. "(Al-Qadr: 1-5)

Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan.

Allah Ta'ala berfirman :"Sesungguhnya Kami menurunkannya (alQur-an) pada suatu malam yang diberkahi." (Ad-Dukhaan:3) Dan malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta 'ala :"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an. "(Al-Baqarah: 185).

Ibnu Abbas -radhiallahu 'anhu- berkata:
"Allah menurunkan Al-Qur'anul Karim keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul 'Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun."

Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah Ta 'ala. Juga, karena pada saat itu ditentukan ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah: "Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." (Ad-Dukhaan: 4).

Kemudian, Allah berfirman mengagungkan kedudukan Lailatul Qadar yang Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur'anul Karim: "Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?" Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar dengan firman-Nya: "Lailatul Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan. "

Beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat, tilawah, dzikir, do'a, dsb adalah sama dengan beribadah selama seribu bulan di waktu-waktu lain. Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.

Lalu Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk Jibril 'alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya:

"Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar" (Al-Qadar: 5)

Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya, tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di malam itu, para malaikat -termasuk malaikat Jibril- mengucapkan salam kepada orang-orang beriman. Dalam satu hadits shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda: "Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)

Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua puluh sembilan.

Jika kita bertemu dengan lailatul qodar, maka bacalah :

اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
“ Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun, suka mengampuni, maka amunilah saya” (HR at-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Pada asyrul awakhir ini, muslim maupun muslimah disunnah untuk beri’tikaf. Khusus untuk muslimah ada syarat khusus untuk melakukan i’tikaf, yaitu :
1 Mendapatkan persetujuan (ridho) suami atau orang tua. Dan apabila suami telah mengizinkan istrinya untuk I'tikaf, maka ia tidak dibolehkan menarik kembali persetujuan itu.
2 Tempat dan pelaksanaan I'tikaf wanita memenuhi tujuan umum syariat. Kita telah mengetahui bahwa salah satu rukun atau syari'at I'tikaf adalah berdiam di masjid. Untuk kaum wanita, ulama sediki berbeda pendapat tentang masjid yang dipakai wanita untuk beri'tikaf. Tetapi yang lebih afdhol-wallahu a'lam ialah I'tikaf di masjid (tempat shalat) di rumahnya. Namun demikian, manakala wanita mendapatkan manfaat dari I'tikaf di masjid, tidak masalah bila ia melakukannya.

Muslimah yang dirahmati Alloh.....

Dalam penggalan khutbah RosuluLloh pada akhir bulan Sya’ban, beliau mengatakan bahwa Bulan Ramadhan awalnya rahmat, pertengahannya ampunan, akhirnya pembebasan dari api neraka.
Kemudian RosuluLloh saw mengatakan Pada bulan ini, perbanyaklah empat hal, dua diantaranya membuat kamu diridhoi oleh Rabbmu, dan dua lainnya adalah sesuatu yang kamu butuhkan, yaitu :
1) bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Alloh
2) Kamu meminta ampunan kepadaNya
3) Kamu meminta surga kepada Alloh
4) Kamu minta dilindungi dari neraka

Rahmat dan ampunan Alloh itu sesungguhnya sangat luas dan sangat kita butuhkan. Betapapun kita telah merasa bahwa bekal amal sholih kita cukup, namun tanpa rahmat Alloh belum tentu karunia surga dan ampunan kita peroleh.

Alloh swt berfirman :
„Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi“ (QS 2:64).
Karenanya, pada masa asyarul awakhir ini, untuk mendapatkan rahmat, ampunan, dan pembebasan diri dari api neraka, marilah kita kembali merekonstruksi interaksi kita dengan Al Qur’an. Asy Syahid Imam Hasan Al Banna mengatakan “Mengapa Al-Qur’an dapat memberikan pengaruh yang demikian besar terhadap para salafussalih, sehingga memberikan kemanfaatan bagi mereka, namun tidak demikian bagi kita? Mengapa ayat-ayat Al-Qur’an itu hanya memberikan pengaruh dan dampak yang lemah pada diri kita?”. Beliau kemudian mengilustasikan bahwa jika tukang listrik menyentuh arus listrik, tentu akan terkena pengaruh dari arus setrumnya. Akan tetapi, pengaruhnya berbeda-beda, sesuai dengan kuatnya arus listrik yang ada. Jika arusnya kuat bisa membuatnya pingsan dan akan mengakibatkan dirinya masuk rumah sakit. Bila kekuatannya bertambah lagi, pingsannya bisa bisa tidak membuatnya siuman, tapi malah membawanya ke liang lahar.

Ilustrasi ini merupakan analogi dari arus lain yang haqiqi, yaitu Al-Qur’anul Karim. Bila saat ini, kita belum dapat merasakan pengaruh Al Qur’an seperti halnya salafusshalih, maka bisa jadi kita masih membuat sekat dengan Al Qur’an. Oleh karena itu, tugas kita adalah menghancurkan sekat itu. Sehingga, kita dapat bersentuhan dengan Al-Qur’anul Karim dan hati kita pun dapat menikmati kelezatan berinteraksi dengannya. Untuk menghancurkan sekat itu, tidak ada jalan lain kecuali ketika melakukan tarbiyah (pendidikan) atas diri kita intensif dan kontinyu.

Sesungguhnya antara Al qur’an dan bulan Ramadhan, di mana diwajibkan untuk berpuasa adalah ddua hal yang tak terpisahkan. Dipilihnya Ramadhan menjadi bulan puasa adalah karena Al-Qur`an diturunkan pada bulan itu. Bahkan dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi yang lain juga diturunkan pada bulan Ramadhan. Keduanya akan menjadi penolong bagi kita di akhirat kelak.


RosuluLloh saw bersabda :

“Puasa dan Al-Qur`an itu akan memberikan syafa’at kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa’at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur`an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka perkenankanlah aku memberikan syafa’at untuknya.’ Maka Allah Swt. memperkenankan keduanya memberikan syafa’at.” (HR Imam Ahmad dan Ath-Thabrani).

Muslimah yang dirahmati Alloh…..
Puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spirutual atas hakikat materi dalam diri manusia. Ini berarti jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, karena ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itulah ruh, jiwa, dan pikiran kita dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah Swt. Karena itu, bagi Allah, membaca Al-Qur`an merupakan ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.

Sedikitnya ada empat kewajiban kita terhadap Al-Qur`an. Pertama, hendaknya kita memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari Kitab Allah Swt., yaitu Al-Qur`an. System sosial apapun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan Al-Qur`an pasti bakal menuai kegagalan. Banyak orang yang mengatasi problema ekonomi dengan terapi tambal sulam. Sementara Al-Qur`an telah menggariskan aturan zakat, mengharamkan riba, mewajibkan kerja, melarang pemborosan, sekaligus menanamkan kasih sayang antarsesama manusia.

Kedua, kita wajib menjadikan Al-Qur`an sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus mendengarkannya, membacanya, dan menghafalnya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah Swt. melalui Al-Qur`an. Dengarkanlah Al-Qur`an agar kita mendapat rahmat Allah Swt. Sebagaimana firman Alloh swt :
“Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (QS Al-A’raf: 204).

Hendaknya kita membaca Al-Qur`an secara rutin, meskipun sedikit. Sunnah mengajarkan kita agar mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari satu hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau mengambil Al-Qur`an dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur`an sebagai sesuatu yang ditinggalkan.

” Rasulullah Saw. bersabda,
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku tidak katakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HRTirmidzi).

Kita pun harus berupaya untuk menghafal Al-Qur`an agar tidak diidentikkan dengan rumah kumuh yang hampir roboh. Karena RosuluLloh bersabda :

“Orang yang tidak punya hafalan Al-Qur`an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang hampir roboh” (HR Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas).

Ketiga, hendaknya kita merenung dan meresapinya. Allah Swt. menjelaskan bahwa Al-Qur`an diturunkan untuk ditadabburi ayat-ayatnya dan dipahami maknanya.

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS Shaad: 29).

Ali bin Abi Thalib Ra. berkata, “Ketahuilah tidak ada kebaikan dalam ibadah kecuali dengan ilmu, tidak ada kebaikan dalam ilmu kecuali dengan pemahaman, dan tidak ada kebaikan dalam membaca Al-Qur`an kecuali dengan tadabbur.”

Keempat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya lalu mendakwahkannya kepada orang lain. Inilah tujuan utama diturunkannya Al-Qur`an. Sebagaimana firman Alloh swt :

“Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat” (QS Al-An’am: 155).

Muslimah yang dirahmati Alloh……
Kita tak memungkiri bahwa keberhasilan kita meraih keberkahan ramadhan, yaitu mendapatkan rahman, ampunan, dan pembebasan dari api neraka, memang suatu hal yang abstak, bukan sesuatu yang konkrit atau nyata. Oleh karena itu kita mesti memiliki tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan dengan ketaqwaan kepada Allah Swt yang meningkat. Ada beberapa indikasi yang bisa kita jadikan patokan untuk menilai diri; apakah ibadah Ramadhan kita berhasil atau tidak.

Pertama tauhid yang mantap,
Untuk menunjukkan keberhasilan ibadah Ramadhan, maka kita akhiri Ramadhan dengan takbir, tahlil dan tahmid yang merupakan kalimat tauhid. Perintah ini memang terdapat dalam firman Allah yang artinya:

“Dan hendaklah kamu cukupkan bilangannya dan hendaklah kamu kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS 2:185)

Dengan demikian seorang muslim yang habis menunaikan ibadah puasa, maka dia memiliki tauhid yang mantap, dengan tauhid yang mantap itu dia selalu mengutamakan Allah Swt dan selalu terikat pada nilai-nilai yang diturunkan-Nya. Kesholihahannya bertambah, diripun lebih bisa bermanfaat untuk orang lain. Karena itu orang yang tauhidnya mantap, akan selalu menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah, mencintai Allah di atas segala-galanya serta tunduk dan taat kepada-Nya.

Dua, Akhlaq yang mulia,
Ibadah Ramadhan telah mendidik kita untuk selalu berakhlak yang mulia, karenanya keberhasilan ibadah Ramadhan membuat akhlak atau moral yang tercela terkikis habis dari jiwa dan kepribadian kita masing-masing. Maka sesudah kita menunaikan ibadah Ramadhan, keberhasilan yang harus kita tunjukkan adalah dengan memiliki akhlak yang mulia.

Ketiga, semangat menimba ilmu,
Aktivitas Ramadhan juga telah merangsang kegairahan kita untuk menimba ilmu pengetahuan, khususnya yang menyangkut pendalaman ajaran Islam. Kuliah subuh, kuliah zuhur, ceramah tarawih, pesantren Ramadhan dan studi keislaman lainnya di bulan Ramadhan merupakan aktivitas-aktivitas yang merangsang semangat kita untuk menimba ilmu pengetahuan. Aktivitas ini membuat kita memiliki kekuatan sebagai seorang muslim, tapi juga paham dan memiliki wawasan keislaman yang lebih baik. Namun perlu kita ingat bahwa sedalam-dalamnya ilmu yang kita gali, tetap saja ilmu Alloh itu Maha Luas. Karenanya kita harus menjadi lebih terangsang untuk menimba ilmu sesudah Ramadhan ini.

Keempat, semangat memakmurkan masjid,
Ramadhan juga telah melatih kita untuk kembali ke masjid, kembali memakmurkan masjid, kembali beraktivitas di masjid. Berakhirnya Ramadhan tidak boleh membuat kita menjadi jarang mengunjungi masjid. Untuk kita yang ada di Eropa ini, kalau memang memungkinkan dan ada, makmurkanlah masjid yang ada di sekitar kita. Ada banyak contoh kasus dari kisah para sahabat yang menggambarkan betapa perhatian yang sedemikian besar dari mereka terhadap masjid. Sebut saja misalnya Abdullah bin Ummi Makhtum yang meskipun matanya buta dan rumahnya jauh dengan masjid, dia tetap datang ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah karena dia selalu mendengar panggilan adzan sebagaimana yang dianjurkan kepadanya.
1.
Kelima, solidaritas sosial yang tinggi,
Ibadah Ramadhan juga telah mendidik kita untuk merasakan betapa tidak enaknya lapar dan haus itu yang juga telah disertai dengan menunaikan kewajiban zakat fitrah bahkan diselingi dengan infaq dan shadaqah yang kesemua itu bermuara pada penumbuhan dan pemantapan rasa tanggung jawab sosial. Karena itu sesudah Ramadhan berakhir, semestinya semakin mantap rasa tanggung jawab sosial kita sehingga kita punya perhatian terhadap kaum muslimin yang mengalami kesulitan hidup secara ekonomi.
Wujud perhatian itu adalah dengan berusaha mengetahui kondisi kehidupan saudara-saudara kita sesama muslim, lalu memikirkan apa yang harus kita lakukan dalam rangka membantu mereka untuk meningkatkan martabat dan kualitas kehidupan mereka. Ini semua harus kita lakukan karena tentu kita tidak ingin hanya karena persoalan ekonomi mereka berubah menjadi kufur.

Muslimah yang dirahmati Alloh…..
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa jika Ramadhan tirainya telah tertutup. Jangan lupakan bahwa puasa kita tak hanya berhenti sampai di situ. Masih ada puasa puasa di hari lain. Di bulan syawal, misalnya, kita disunnahkan untuk puasa selama 6 hari. RosuluLloh saw bersabda :

"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).

Puasa Syawal, sebagaimana halnya puasa di bulan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

Akhirul kalam, semoga apa yang saya sampaikan memberikan manfaat. Semoga kita tidak termasuk golongan orang yang keringatnya telah menetes untuk memintal benang menjadi sebuah kain, namun kita uraikan kembali kain itu menjadi benang. Dengan demikian, semoga Ramadhan ini meninggalkan bekas yang mendalam sehingga ketaqwaan kita kepada Allah Swt semakin mantap, dan langkah keseharian kita selalu berpijak pada nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Islam yang agung. Aamiin ya Robbal ‘Aalamiin.
Al haqqumirobbik falaa takunanna minal mumtarim. Mohon maaf atas segala kekurangan. Wallohu’alam bishowab.

Wassalamu’alaikum wr.wb.
Aachen, 23 Oktober 200
Pengajian Online Salamaa Belanda








SalaMAA @ 5:48 AM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


wingko

bajigur

pizza

buntut

alih

salamaa14

syubhat

istri2

gulaikambing

pol1


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA