Kebiasaan Merusak Pada Anak-anak Oleh: Jesty - Almere
Sering kita jumpai kebiasaan merusak mainan atau barang-barang lainnya pada anak-anak, khususnya usia antara 3 sampai 6 tahun. Perilaku tersebut sebenarnya adalah sesuatu yang biasa dalam dunia anak, tapi kadang-kadang perilaku tersebut sering membuat orang tua merasa tidak nyaman. Apabila perilaku tersebut tidak ditanggulangi dengan baik, bisa terjadi kemungkinan anak akan tumbuh dan besar dengan membawa perilaku tersebut.
Beberapa hal penyebab timbulnya kebiasaan merusak pada anak-anak antara lain : 1.Ingin tahu, atau ingin melepas dan merakit kembali (untuk menambah pengetahuan).
2.Faktor-faktor emosional yang terpendam, seperti cemburu, kebencian kepada kekuasaan yang membatasinya yang tidak masuk akal baginya, merasa ada kekurangan, keinginan untuk balas dendam, pergaulan buruk yang didapatkannya dari rumah dan sebagainya (berontak terhadap lingkungan).
3.Bertambahnya kegiatan fisik anak dan ketidakseimbangannya dengan perkembangan akalnya.
Penanggulangannya :
1.Berusaha menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan dia memberontak, balas dendam dan sikap emosionalnya, jika faktor-faktor tersebut merupakan sebab-sebabnya.
2.Mengarahkan keinginan anak untuk mengetahui, membongkar dan menyusun sesuatu (jika kecenderungan untuk mengetahui adalah penyebabnya) dan memperbanyak mainan yang sesuai dengannya.
3.Menyibukan anak dengan kegiatan yang lebih banyak menggunakan anggota tubuhnya daripada menggunakan akalnya (jika sebab-sebabnya adalah bertambahnya kegiatan fisiknya).
4.Kedua orang tua hendaknya tidak menghalangi kesukaan dan minatnya sehingga keingintahuannya dan kepercayaan pada dirinya tidak tertekan.
5.Mengajak anak ke alam bebas, seperti taman dan lain-lain akan memberikan pengaruh yang besar dalam membangun kepribadiannya.
Beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan dalam bermain :
1.Hendaknya membiasakan anak bermain sendiri sehingga ia terbiasa main sendiri apabila tidak menemukan teman untuk bermain bersama.
2.Hendaknya membelikan mainan yang sesuai dengan umurnya. Permainan yang lebih banyak tantangan, sampai pada batas tertentu terkadang lebih menyenangkan baginya.
3.Jangan membiarkan mainan senantiasa di hadapan anak, sehingga dia tidak bosan terhadap mainan-mainan tersebut.
4.Tidak perlu membelikan mainan yang mahal. Mainan yang murah kadang lebih besar manfaatnya.
5.Sediakan lemari atau kotak khusus untuk tempat mainan anak.
6.Berikan kamar khusus atau tempat khusus untuk anak-anak dan biasakan mereka menggunakan tempat tersebut hanya untuk bermain dengan mainan mereka.
7.Usahakan untuk selalu menggunakan benda yang aman untuk mainan anak-anak, dan mengajaknya keluar untuk rekreasi ke taman atau tempat-tempat yang indah meski hanya sekali dalam seminggu.
8.Usahakan menggunakan sarana yang menggabungkan antara manfaat dan kesenangan bagi anak, seperti komputer, video dan sebagainya (tetapi orang tua harus tetap mengawasi penggunaannya).
9.Bermain bersama kedua orang tua atau salah satu dari keduanya merupakan kegembiraan yang besar bagi anak dan sangat bermanfaat bagi mereka. Oleh karena itu usahakan melakukannya meski hanya sekali dalam seminggu, dan jadikan pula permainan ini sebagai sarana untuk targhib (memotivasi dengan hal yang menyenangkan) dan tarhib ( memotivasi dengan hal yang tidak disenanginya).
Mainan dan pengarunya dalam pendidikan :
1.Meredam ketegangan emosional dan jasmani bagi anak-anak dan membatasi jiwa permusuhan yang ada pada dirinya.
2.Meningkatkan keaktifan dan memperbaharui kehidupan anak.
3.Memberikan kesempatan bagi anak untuk mempergunakan akalnya, panca inderanya dan keinginan untuk bereksperimen.
4.Membantu dalam pembentukan akhlak anak, apalagi dalam permainan kolektif.
5.Permainan mempunyai andil dalam perkembangan berbagai macam anggota tubuh anak.
6.Merupakan pelampiasan kekuatannya yang berlebihan dan pelampiasan dari keinginannya yang terkekang.
7.Permainan merupakan persiapan dan latihan alami untuk menghadapi fase selanjutnya yang akan dihadapi oleh anak dalam praktek kehidupan.
8.Dengan permainan seorang anak belajar untuk saling tolong menolong (menumbuhkan kemampuan bersosialisasi).
9.Menjadikan anak tenang pada malam hari dan tidur dengan tenang, karena permainan telah menghabiskan tenaganya.
Sumber : Metoda pendidikan anak muslim usia pra sekolah, Abu Amr Ahmad Sulaiman
ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010