>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

makalah POL

Image hosted by Photobucket.com

MAU DIKEMANAKAN MUSLIMAH KITA?
Oleh: Ustdz. Muhammady - disampaikan pada POL Salamaa


Sisi Gelap Dunia Wanita

Layaklah bila Islam menghadiahi surga bagi orang yang mampu memelihara, menjaga, dan mendidik anak-anak perempuannya menjadi wanita solihat. Karena wanita solihat adalah makhluk langka di penghujung zaman ini. Rasulullah bersabda, “Dunia itu penuh dengan perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita solihat.” Perhiasan adalah benda yang menambah indah si pemakainya. Maka, alangkah indahnya dunia, bila wanita-wanita yang mendiaminya adalah wanita solihat.

Wanita solihat adalah wanita yang menutupi auratnya. Wanita solihat adalah wanita yang mampu menjaga mata, kehormatan, hati, dan harga dirinya. Wanita solihat adalah wanita yang menjaga kehormatan rumahtangganya ketika sang suami tidak ada di rumah. Wanita solihat adalah wanita yang mampu menciptakan rumahtangga sakinah, mawaddah, dan penuh taburan rahmat. Wanita solihat adalah wanita yang mampu mendidik anak-anaknya menjadi qurrotu a’yun (penyejuk mata). Wanita solihat adalah wanita yang tunduk kepada aturan-aturan Al-Qur`an dan Sunnah. Inilah potret wanita dambaan umat, tiang penyangga negara, dan pelopor peradaban bangsa.

Tapi, lihatlah! Bagaimana nasib para wanita kita? Mereka kerap menjadi mangsa, sapi perah, dan barang dagangan yang dijajakan di pinggir-pinggir jalan. Mereka dipamerkan lewat baliho-baliho iklan, poster-poster, kafe-kafe, dan klub-klub malam. Bahkan ada wanita yang diperjualbelikan kepada lelaki hidung belang. Apakah ini tidak merendahkan martabat wanita?

Anak-anak perempuan kita diajarkan pacaran sejak SD. Coba tengok acara-acara di televisi. Sinetron-sinetron remaja sudah secara terang-terangan mengajarkan teknik-teknik pacaran di sekolah. Awalnya pacaran ala Kampus Biru, lalu Guruku Cantik Sekali dan Gita Cinta dari SMA, sekarang Pernikahan Dini, Opera SMU, dan Bidadari ke-2 yang mulai mengajarkan pacaran ala anak SMP. Bahkan dalam sinetron Bidadari ke-2 pembicaraan siswa di sekolah didominasi oleh tema pacaran dan rebutan wanita. Hampir tidak dijumpai dialog antarsiswa yang membincangkan tentang kemajuan pelajaran di sekolah.

Begitu juga dengan periklanan, tak jarang yang mengangkat tema pacaran di kalangan anak dan ABG. Misalkan iklan Oreo dan minuman ringan ABC. Belakangan iklan shampo yang sebelumnya selalu menyajikan tema percintaan di kalangan remaja menjelang dewasa, mulai melibatkan anak-anak. Di sana ditampilkan seorang anak usia SD yang mengintip kakaknya sedang pacaran. Mau dijadikan apa anak wanita kita? Padahal mereka adalah aset umat yang harus dijaga.

Kalau budaya pergaulan bebas dan seks bebas terus dikembangkan, sementara pendidikan iman dan akhlak tidak diutamakan, maka tak heran bila di masa mendatang wanita-wanita Indonesia menjadi wanita pelacur. Ini bukan pernyataan yang mendramatisir. Lihatlah laporan Guntoro Utamadi, salah seorang staf Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI) di harian Kompas dengan judul “Prostitusi di Kalangan Remaja”. Laporan itu menyebutkan bahwa sebanyak 50 ribu, sekali lagi 50 ribu, pelacur di Indonesia berusia di bawah 16 tahun. Hasil penelitian itu juga mengungkapkan bahwa jumlah anak dan remaja di Indonesia semakin meningkat dalam empat tahun terakhir, terutama sejak Indonesia dilanda krisis multidimensional pada tahun 1997.

Masih menurut hasil penilitian tersebut, sejak krisis ekonomi melanda, setiap tahunnya sekitar 150 ribu anak di bawah 18 tahun terjebak menjadi pelacur. Dan 50 ribu di antaranya adalah gadis-gadis belia berusia 16 tahun ke bawah. Istilah 'pelacur' sengaja digunakan dan bukannya 'pekerja seks', yang cenderung mengaburkan adanya dekadensi moral dalam masyarakat yang tengah mengalami krisis. Istilah tersebut juga dimaksudkan untuk mengenyampingkan penggunaan euphimisme.

Adapun alasan kenapa banyak gadis belia di Indonesia yang menjadi pelacur adalah karena menyangkut masalah sosial, ekonomi, pendidikan, angka putus sekolah, kesehatan -- terutama yang menyangkut ketergantungan pada narkotika, putaw, dan zat adiktif (Napza), baik oleh si remaja, keluarga, maupun masyarakat sekelilingnya.

Selain itu, banyak pendatang baru di dunia pelacuran atau prostitusi karena tidak terpenuhinya rasa kasih sayang dalam keluarga, yang akhirnya memunculkan sikap frustrasi. Sebagian lagi berasal dari keluarga broken home atau perceraian orangtua, atau karena pernah mengalami 'perkosaan' atau kekerasan seksual yang dilakukan oleh pacar, paman, maupun ayahnya sendiri. Dalam penelitian itu, peran media massa juga turut andil dalam memperbanyak pelacur-pelacur baru, terutama tayangan-tayangan film dan video klip yang berbau pornografi dan acara-acara fashion show yang mengumbar bentuk tubuh wanita daripada menutup aurat perempuan.

Sebelum era reformasi, pers yang membawa misi pornografi bergerak di bawah tanah. Namun, setelah ketentuan SIUPP dicabut pers pornografi tidak malu-malu lagi menampilkan diri. Kebebasan pers ternyata dieksploitasi untuk tujuan-tujuan yang makin memurukkan martabat wanita. Perhatikan tabloid-tabloid, koran-koran, dan majalah-majalah yang dipajang di pinggiran jalan. Berapa jumlah koran yang isinya sama dengan Lampu Merah dan Terminal? Berapa banyak majalah yang setali tiga uang dengan Hot dan Playboy? Berapa jenis tabloid panas yang mengumbar aurat dipajang di sana?

Ada satu tabloid yang huruf 'O' pada logonya diserupakan gambar bibir dengan lidah yang dijulurkan sebatas bibir dalam, sehingga bentuk keseluruhannya terkesan bukan bibir yang di wajah. Halaman muka majalah itu bergambar perempuan muda duduk dengan kaki mengangkang. Keseluruhan tubuhnya hanya berbalut kutang, penutup dada, yang dipelorotkan ke bawah dan hanya bercelana dalam. Judul tulisan yang ditawarkan pada halaman muka tabloid itu antara lain, "Transaksi Seks Ice Skating," "Dingin-dingin Empuk," dan "Digauli Teroris Hingga Merayap-rayap." Isi dalamnya lebih-lebih lagi. Tulisannya ada yang berjudul "Kujerat Cinta Guruku dengan Penuh Nafsu." Di samping itu dipampang iklan "Jimat Menang Judi" dan iklan Hizib Bilfulus yaitu jampi-jampi yang dapat "memulangkan kembali" uang yang sudah dibayarkan untuk suatu pembelian. Entahlah, penjaga gawang pelaksana kode etik periklanan menyimaknya atau tidak.

Contoh tabloid lainnya, yang 'O' pada logonya diganti gambar buah apel, menawarkan gambar kulit muka perempuan berjongkok dengan hanya berkutang dan bercelana dalam. Judul tulisan yang ditonjolkan, "Kencan Seks di Plaza Selatan Jakarta" dan "Bocah Ingusan Dicabuli Tetangga Kontrakan." Isi dalamnya? Gambar-gambar perempuan seperdelapan telanjang, cerita rinci percabulan, dan hubungan seksual.

Tabloid yang huruf 'O' pada logonya dilingkarkan pada tubuh wanita yang tiga perempat telanjang, menawarkan gambar perempuan dengan tetek terbuka dikedepankan. Judul tulisan yang disodorkan pada halaman muka "Fantasi Seks Terpanas Ala Lesbi," "Aroma Wanita Saat Subur," dan "Cewek Begini Cowok Begitu." Di dalamnya terpampang gambar-gambar perempuan telanjang dijadikan ilustrasi tulisan. Lalu iklan barisnya tampil dalam kelompok-kelompok: "Cari Cewek," "Tante Kencan," "Cari Tante," "One Seks," dan "Cewek Kencan."

Bagaimana dengan majalah? Kulit mukanya bergambar wanita yang seperdelapan tubuhnya telanjang dan kulit belakang gambar wanita telanjang. Isi dalamnya gambar wanita-wanita telanjang dengan berbagai pose sebagai ilustrasi karangan-karangan antara lain berjudul "Guruku Cantik Sekali," "Aku Dijual pada Teman Sekantor," "Nafsu Bejat Pamanku," dan "Wanita Penunggu Rumah."

Industri pertelevisian pun tak mau ketinggalan mengekspos tentang lika-liku selebritis lewat tayangan infotainment. Meski info yang diangkat bukan hanya menyangkut selebritis wanita, tapi aroma yang terangkat lebih banyak membicarakan tentang sepak terjang para selebritis wanita. Wanita adalah manusia penuh misteri. Sisi manapun dari wanita bisa jadi berita. Oleh karenanya, hampir semua televisi memiliki mata acara yang membedah kehidupan para penghias media massa itu. Bahkan di beberapa stasiun teve, acara hot yang padat gosip ini dikemas dalam beberapa judul acara. Tak pelak mata acara ini telah dijadikan jaring untuk meraup keuntungan dari para pengiklan.

TVRI

RCTI

SCTV

TPI

ANTEVE

Indosiar

Metro TV

Trans TV

TV7

Lativi

Global TV


Cek & Ricek

Halo Selebriti

Selebrita

Betis (Berita Selebritis)

Kiss (Kisah Seputar Selebritis)


Kroscek

Inside Celebrities

Galaksi



In Tips (Informasi dan Tips)

Otista (Obrolan Artis dalam Berita)

Go Show


Romantika


E..ko Ngegosip

Citra

Cinta (Cerita dan Informasi tentang Artis)



Kabar Kabari

Portal (Potret Orang Terkenal)










Buletin Sinetron

Bibir Plus











Hot Shot




















Sisi-sisi kehidupan selebritis selalu menarik untuk diamati. Mulai dari pakaiannya yang unik hingga kehidupan pribadinya. Bukan hal yang luar biasa, bila kita menyaksikan pasangan suami-istri datang ke pengadilan agama untuk mengurus perceraian. Bahkan bagi pegawai KUA atau pengadilan agama perceraian merupakan pemandangan sehari-hari. Tapi, lain bila pasangan selebritis yang bercerai. Sebut saja gugatan cerai artis Desy Ratnasari, Wulan Guritno, Iis Dahlia, dan Omas kepada suaminya. Semuanya tidak luput dari bidikan kamera. Bahkan perceraian Pok Ati yang tergolong artis tua masih cukup menarik untuk ditelusuri sabab musababnya.Dan masing-masing stasiun televisi berusaha menyajikan peristiwa tersebut secara eksklusif.

Inilah sisi kelam wajah industri pers kita, lagi-lagi wanita dijadikan komoditas untuk meraup keuntungan. Membincang wanita, memang tak ada matinya. Seperti kata Rasulullah Saw. bahwa ada dua tema perbincangan yang tak ada habis-habisnya untuk dibicarakan, yaitu membicarakan jin dan wanita. Namun, bila kita menginginkan wanita lepas dari belenggu eksploitasi, mulai saat ini pebincangan kita tentang wanita harus ganti tema, dari memperdayakan wanita menjadi memberdayakan wanita, dari topik penjarahan kepada pencerahan wanita.

Peran Wanita dalam Dakwah Rasulullah Saw.

Mari kita lacak peran wanita di masa Rasulullah Saw. Di sana ada Khadijah, Aisyah, Ummu Sulaim, Nusaibah, Asma, dan masih banyak wanita lain yang memegang peranan penting dalam perintisan dakwah Rasulullah Saw. di Mekkah dan Madinah. Pada masa Jahiliyah, mereka selalu berperan sebagai obyek penderita, lantaran dianggap makhluk separuh manusia. Keluarga pada masa itu merasa malu bila di tengah-tengah mereka lahir seorang anak wanita, sehingga banyak anak wanita yang dikubur hidup-hidup.

Ketika Muhammad Rasulullah Saw. diutus ke dunia, beliau bersabda, “Sesungguhnya wanita itu adalah pendamping pria” (HR Ahmad dan Abu Daud). Sejak saat itu paradigma pemikiran dan perlakuan terhadap wanita berubah seratus delapan puluh derajat. Derajat wanita diangkat dan dimuliakan. Wanita dikatakan sebagai pendamping pria karena pada setiap kesuksesan seorang pria, pasti ada peran wanita yang sangat signifikan. Apakah peran sebagai seorang ibu atau seorang istri. Banyak tokoh-tokoh penting dan terkenal lantaran ditopang oleh peran wanita. Maka, atas perannya yang demikian, wanita sering disebut sebagai tokoh penting di belakang layar.

Dalam kitab-kitab sirah dikisahkan, setelah Rasulullah Saw. menerima wahyu pertama di gua Hira, beliau pulang dalam keadaan menggigil. Tubuhnya gemetar ketakutan. Setibanya di rumah, siapa yang beliau panggil? Khadijah, istri tercintanya Beliau meminta Khadijah untuk menyelimuti tubuhnya. Lalu, Khadijah menyelimuti dan mendekap tubuh Rasulullah dengan penuh kasih sayang, hingga hilang rasa takutnya. Khadijah tidak menanyakan apa yang telah terjadi pada diri suaminya, hingga Rasulullah Saw. sendiri berkata, “Wahai Khadijah, tahukah engkau mengapa tubuhku tadi gemetar?” Belum sempat Khadijah menjawab, Rasulullah berkata lagi, “Sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku sendiri.” Khadijah menjawab, “Tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan membuat anda kecewa. Anda seorang yang bersikap baik kepada kaum kerabat, selalu berbicara benar, membantu orang lemah, menolong orang yang sengsara, menghormati tamu, dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.” Mendengar pernyataan Khadijah tersebut, hati Nabi menjadi tenang, pikiran kembali terang, dan perasaan gundah untuk terus berdakwah berangsur-angsur hilang.

Jawaban Khadijah tersebut bukanlah sekadar untuk membesarkan hati Nabi, tapi merupakan pengungkapan fakta yang sesungguhnya. Memang demikian adanya. Nabi Muhammad Saw. sejak kecil telah menginvestasikan kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Sebuah fakta perlu medapatkan pengakuan atau legalitas dari orang lain agar menjadi sebuah nilai universal yang didukung oleh masyarakat luas. Selain itu, pengakuan dari orang lain meupakan salah satu indikator diterimanya dakwah di tengah-tengah masyarakat. Rasulullah Saw. bukannya tidak yakin bahwa apa yang beliau lakukan adalah semata-mata atas bimbingan wahyu, tapi beliau ingin melihat apakah langkah dakwahnya dapat dicerna dan diterima oleh masyarakat.

Sebagai seorang istri, Khadijah telah mengambil sikap cerdas, yaitu memberikan dukungan total terhadap langkah dakwah sang suami. Bagaimana jika Khadijah memberikan pernyataan yang tidak menenangkan jiwa dan menenteramkan hati? Tentu beliau akan tertekan dan sedih. Karena bagaimanapun, seorang Rasul adalah manusia juga yang membutuhkan pernyataan dukungan dari orang-orang terdekat. Dan Khadijah telah memberi andil besar dalam membangun dakwah Rasulullah Saw.

Dikisahkan pula, suatu ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq, atas izin Rasulullah Saw. mendatangi tokoh-tokoh musyrikin Quraisy yang sedang berkumpul di dekat Ka’bah. Setelah duduk di tengah-tengah mereka, Abu Bakar berbicara mengajak para hadirin untuk beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, hanya beribadah kepada-Nya saja, dan tidak memepersekutukan Allah dengan yang selain-Nya. Pada waktu itu, Rasulullah Saw. ada di dekat Abu Bakar.

Sudah diduga, pidato Abu Bakar itu membuat wajah para pemuka musyrikin Quraisy memerah. Hati mereka panas menggelegak. Seolah-olah mereka merasa dihina dan dianggap enteng. Maka, ketika Abu Bakar masih berpidato, para pemuka Quraisy dan pemudanya menyerang Abu Bakar dengan pukulan yang bertubi-tubi. Rasulullah Saw. berusaha melindungi Abu Bakar. Namun, banyaknya tinju yang mengarah ke wajah Abu Bakar sulit dibendung. Salah seorang pemuda Quraisy yang bernama ‘Atabah bin Rabi’ah menanggalkan sepatunya, lalu memukulkannya ke wajah Abu Bakar. Darah pun mengalir dari hidung dan mulut Abu Bakar. Luka memar membiru menghiasi pipi dan matanya. Banu Tamim, kabilah Abu Bakar, datang melerai dan menarik orang-orang yang menganiaya Abu Bakar untuk menjauhi dan meninggalkannya. Empat pemuda Banu Tamim lalu membawa Abu Bakar pulang ke rumahnya. Mereka menduga Abu Bakar akan menemui ajalnya akibat luka-luka di sekujur tubuh dan wajahnya. Kabilah Banu Tamim memutuskan bahwa bila Abu Bakar meninggal dunia, maka ‘Atabah pun harus dibunuh.

Melihat anaknya terkapar berlumuran darah dan tak bergerak, Salma, ibunda Abu Bakar menangis dan memanggil-manggil nama kecil Abu Bakar. “Atiq…Atiq…Atiq!” Abu Bakar tidak menjawab panggilan ibunya. Dia masih tidak sadarkan diri.

Ibunda Abu Bakar membersihkan luka-luka diwajah anaknya dengan penuh kasih sayang. Tangannya memijat-mijat telapak tangan Abu Bakar dengan agar anaknya itu segera siuman. Tubuh Abu Bakar mulai bergerak. Mulutnya berucap, “Bagaimana keadaan Rasulullah?”

Salma bertanya, “Bagaimana perasaanmu sekarang, Abu Bakar?”

“Bagaimana keadaan Rasulullah,” Abu Bakar balik bertanya.

“Kami tidak tahu,” jawab Salma. Abu Quhafah, sang ayah, hanya diam saja mendengarkan percakapan istri dan anaknya.

“Pergilan ibu temui Fathimah binti Khaththab, tanyakan kepadanya kabar Rasulullah,” pinta Abu Bakar.

Salma segera menemui Fathimah dan menjelaskan apa yang menimpa Abu Bakar, lalu menanyakan kabar Rasulullah. Ternyata Fathimah pun tidak tahu. Fathimah lalu mengajak Salma, ibunda Abu Bakar, untuk menemui Abu Bakar. Kedua wanita itu duduk di samping Abu Bakar yang masih terkapar.

“Rasulullah selamat dan kini berada di rumah Ibnul Arqam,” jelas Fathimah.

Salma menyodorkan secangkir susu kepada Abu Bakar, tapi ditolaknya sambil berkata, “Demi Allah, aku tak akan makan dan minum sebelum aku menemui Rasulullah.”

Ibunya dan Fathimah tak bisa menolak permintaan Abu Bakar. Di akhir malam itu juga, keduanya lalu memapah Abu Bakar menemui Rasulullah. Rasulullah bangkit dan menyambut Abu Bakar sambil mendoakannya. Diujung kisah itu, Salma, ibunda Abu Bakar mengucapkan syahadat di hadapan Rasulullah Saw.

Penggalan kisah ini menggambarkan betapa besar peran Salma dan Fathimah dalam menyelesaikan “masalah” yang dihadapi Abu Bakar. Di saat Abu Quhafah dan para pemuda Banu Tamim bingung melihat kondisi yang menimpa Abu Bakar, Salma dan Fathimah tampil sebagai “decision maker”. Ini menunjukkan bahwa peran dakwah wanita di masa Rasulullah Saw. tak bisa dikesampingkan.

Keislaman Utsman bin ‘Affan pun tak luput dari peran seorang wanita, yaitu bibinya, Su’da binti Kariz. Suatu ketika Su’da bertamu ke rumah saudara perempuannya Arwa binti Kariz yang tak lain adalah ibunda Utsman untuk menceritakan kabar kelahiran seorang Rasul dengan membawa agama yang lurus. Kabar itu diterima Su’da dari temannya Ifrit.

Utsman yang pada waktu itu sedang ada di rumah menyambut dengan hangat kedatangan bibinya itu, dan menanyakan berita yang akan disampaikannya. Dengan senang hati Su’da menceritakan tentang Muhammad Rasulullah yang membawa agama kebenaran. Utsman terlihat tertarik dengan berita itu, tapi ia cepat mengalihkan tema pembicaraan ke seputar keluarga. Lalu mereka akrab berbicara hingga akhirnya Su’da pamitan pulang.

Malamnya Utsman tak bisa tidur lantaran kabar tentang Muhammad yang diceritakan bibinya terus terngiang di telinga. Utsman sendiri heran, mengapa kabar itu terus mengganggu pikirannya. Ternyata gaya Su’da dalam bercerita amat menarik dan runut. Kabar kerasulan Muhammad Saw. amat membekas di pikiran Utsman.

Paginya, ketika ia berangkat ke kebunnya, Utsman bertemu teman akrabnya, Abu Bakar. Melihat wajah Utsman yang agak lain, Abu Bakar langsung bertanya, “Apa yang sedang kamu pikirkan, Utsman?”

“Tidak ada,” jawabnya. “Hanya saja kemarin bibiku menceritakan tentang kehadiran seorang Rasul di tengah-tengah kita. Sejak itu, berita itu terus mengganggu pikiranku,” lanjut Utsman.

Abu Bakar langsung membenarkan berita yang disampaikan Su’da kepada Utsman, lalu mengajaknya menemui Rasulullah Saw. Tak berpanjang kata, Utsman menyatakan diri masuk Islam, tentunya setelah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Islamnya Hamzah bin Abdul Mutholib juga tak lepas dari peran seorang wanita, yaitu ibunya. Pada suatu hari ibunda Hamzah menceritakan kasus penghinaan dan penganiayaan yang menimpa Nabi Muhammad oleh Abu Jahal. “Hai Abu Imarah (nama panggilan Hamzah)! Apa yang hendak kau perbuat seandainya engkau melihat sendiri apa yang dialami kemenakanmu, Muhammad. Muhammad dimaki-maki dan dianiaya oleh Abul Hakam bin Hisyam (nama asli Abu Jahal), lalu ditinggal pergi sementara Muhammad tidak berkata apa-apa kepadanya,” ujar ibunda Hamzah.

Mendengar cerita itu, raut muka Hamzah memerah marah dan langsung pergi menemui Abu Jahal yang saat itu tengah berkumpul bersama teman-temannya. Tanpa ba-bi-bu Hamzah memukul Abu Jahal dengan busurnya hingga berdarah. Hamzah berkata, “Engkau berani memaki Muhammad? Ketahuilah aku telah memeluk agamanya!”

Begitupun dengan keislaman Umar bin Khaththab tak lepas dari peran adik perempuannya Fathimah. Waktu itu Umar sedang marah dan mencari Muhammad untuk dibunuh. Di tengah jalan ada orang yang memberitahu bahwa adiknya Fathimah pun sudah masuk Islam. Umar pun mengurungkan niat mencari Rasulullah dan berbalik ke rumah Fathimah yang dinilainya telah berkhianat dari agama nenek moyang. Umar langsung menyerbu ke dalam rumah adiknya lalu memukul Fathimah hingga berdarah. Ternyata darah yang mengucur dari wajah Fathimah meluluhkan hati Umar. Saat itu Umar melihat secarik kertas yang berisi ayat Al-Qur’an. Ia amat terpesona dan berkata, “Alangkah indahnya dan mulianya kalimat ini.” Setelah itu Umar menemui Rasulullah Saw. dan menyatakan keislamannya.

Dari kisah-kisah di atas, tampak bahwa wanita dengan segala kelebihannya mampu berperan penting dalam perjalanan dakwah di masa Rasulullah Saw. dan peran itu, saat ini, bisa diterapkan dengan mendukung aktifitas dakwah suami dan anak-anak. Wallahu a’lam bishshawab.



SalaMAA @ 5:00 PM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


jilbab

tips

Mie kuning

Demam

Disangka Pengemis

sate padang

BROWNIES

Sebait doa untuk sahabatku

MAKANAN DALAM PANDANGAN ISLAMoleh: Mira Suprayatmi...

Ceramah


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA