Jilbab. Entah kenapa, dari dulu saya sudah tertarik dengan benda itu. Setiap saya melihat wanita muslim memakai jilbab (terutama mama dan kakak saya), pasti langsung menarik perhatian saya. Yaa, memang pada saat itu rasa tertarik saya hanya sebatas mengagumi. Pernah juga beberapa kali saya menyaksikan ada beberapa wanita muslimah yang memakai jilbab, belum pula “menjilbabkan” perilakunya. Waktu itu sempat terlintas di benak saya, lebih baik perilaku dulu yang di”jilbabkan”, seperti yang saat itu saya usahakan untuk diri saya sendiri. Itu lah yang membuat saya berpikir bahwa mengenakan jilbab bukanlah sesuatu yang mudah, karena si pemakai harus pula siap mencerminkan akhlaq Islami, sebagaimana icon yang ditampilkannya dengan mengenakan jilbab. Jilbab terus menjadi pemikiran menarik dalam diri saya sendiri, walaupun masih dalam tahap “wacana”, karena lagi-lagi saat itu saya belum tertarik untuk mengenakannya. Saya tidak mau menjadi orang-orang yang memakai jilbab, tetapi belum bisa menjaga amanah dari pemakaian jilbab tersebut. Saya merasa, hal yang paling berat bagi seseorang dalam memakai jilbab adalah kesiapannya. Kesiapan akan konsekuensi-konsekuensi yang harus dia jalani ketika memakai jilbab.
Setelah menikah dan lulus kuliah, ada suatu masa dimana setiap kali melihat mama dan kakak saya yang memakai jilbab, saya sering berkata pada diri sendiri “aku ingin seperti mereka”. Niat untuk memakai jilbab pun mulai muncul dan selalu disertai perasaan ragu untuk memakai jilbab. Pertanyaan-pertanyaan seperti “apakah saya sudah siap atau belum?”, “apakah saya akan menyesal?” berulang kali memenuhi benak saya. Namun, saya ingat sekali, papa saya pernah berkata “Jangan pernah menunda sesuatu yang baik”. Saat itu juga saya bertekad untuk memakai jilbab dengan tentu saja saya meminta ijin kepada suami saya dulu. Alhamdulillah, suami saya, senang sekali dengan keputusan saya, apalagi keputusan itu berasal dari diri saya pribadi dan bukan merupakan suatu paksaan. Saya, yang saat itu sudah berada di Belanda, ikut suami, akhirnya meminta keluarga saya yang di
Cerita tentang jilbab tidak berakhir sampai disitu. Ketika saya akhirnya memakai jilbab, banyak kejadian-kejadian yang saya anggap sebagai ujian. Banyak orang yang merespon positif setelah melihat saya berjilbab, namun ada juga beberapa orang yang menanggapi negatif, bahkan menyangsikan. Perilaku orangpun (orang asing) menjadi berubah, saya sering sekali mendapat perlakuan tidak adil. Contoh kecilnya, ketika di pasar sedang antri dan ketika giliran saya, mereka tidak menghiraukan dan melayani saya, dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang membuat saya kesal saat itu. Ternyata memakai jilbab di negara orang tidaklah mudah. Alhamdulillah, saya bukan orang yang gampang menyerah. hal-hal sepele tsb tidak cukup untuk menggoyahkan niat saya yang sudah lama tertanam itu.
Alhamdulillah, sudah 7 bulan saya memakai jilbab, banyak sekali manfaat yang saya dapatkan. Jilbab tanpa saya sadari membantu dalam membentuk dan memperkuat akhlaq yang Islami. Sebagai pagar bagi aqidah saya. Sebagai cermin bagi hablumminannas saya, sehingga saya bisa introspeksi diri. Saya hanya bisa berdoa semoga jilbab yang saya pakai bisa mempercantik diri saya lahir dan bathin. Amin
Supported by
Blogger
Blogskins
Free JavaScript from
IKLAN ANDA