Diusir ketika sedang sholat
DIUSIR KETIKA SEDANG SHALAT
Oleh: Yulia Helmi - Groningen
Saat itu adalah musim zomer dimana waktu siang menjadi sangat panjang. Setelah acara pengajian bulanan kota yang diadakan oleh muslimah delf selesai, saya minta izin pada tuan rumah untuk menumpang shalat dzuhur yang baru saja masuk. Setelah selesai shalat, saya menemui suami dan anak kami yang menunggu diruangan lain. Kemudian kami berpamitan dan langsung menuju central station Delf. Kami memang tidak berencana untuk mampir ke kota lain, sehingga begitu ada train yang menuju Rotterdam kami langsung menaikinya. Kami berharap dari Rotterdam dapat langsung naik train yang langsung ke Groningen.
Sampai di Central Stasion Rotterdam ternyata train yang langsung ke Groningen tidak ada dan butuh waktu lama untuk menunggu sehingga kami memutuskan untuk naik train yang menuju Amersfoort dan berharap dari sana dapat kereta langsung ke Groningen kota tempat kami tinggal. Alhamdulillah, kami tidak perlu menunggu lama di Ammersfoort karena train yang langsung ke Groningen segera datang. Tapi ternyata kereta yang kami naiki adalah stoptrain yang berhenti dibeberapa stasiun kota kecil yang dilewati dan itu baru saya ketahui dari suami karena itu adalah pertama kali saya naik train jenis ini.
Di atas train menuju ke Groningen hati ini sangat gelisah. Bagaimana tidak, salah satu kewajiban belum terlaksanakan. Tiap sebentar mata melirik ke jam yang melingkar di tangan dan terkadang melihat keluar untuk memastikan sampai dimanakah gerangan perjalanan ini. Sungguh perjalanan pulang yang tidak nyaman, untuk memejamkan mata pun sangat susah. Anak kami yang baru bisa bicara tidak mau berhenti mengajak ngobrol sambil berteriak kecil melihat-lihat pemandangan di luar jendela. Hati yang tidak enak menjadi malas meladeni obrolannya. Ada apa dek, kok lihat jam terus? tanya suami. Jam berapa nanti sampainya kira-kira da, kita kan belum ashar. Pertanyaan suami malah saya jawab dengan pertanyan baru. Suami kaget, loh kenapa tadi nggak di jama’ dan suami menyarankan untuk shalat di train. Melihat train yang penuh dan karena malas untuk ke WC, membuat saya tetap berharap dapat shalat di rumah. Ya Allah ampuni hamba, atas kelalaian ini.
Sampai di Groningen waktu magrib akan masuk 15 menit lagi. Saya bergegas mencari WC untuk segera thaharah dan wudhu. Saya berniat untuk shalat di ruang tunggu stasion yang biasanya tidak banyak orang disana. Ternyata WC nya ada dilantai dua dan ketika berwudhu saya berfikir untuk shalat dibawah tangga sepertinya ada ruang yang cukup untuk shalat. Walaupun didekat mesin yang menjual makanan dan minuman tapi rasanya tidak akan ada orang yang akan datang, apalagi penjaga WC ada diatas.
Setelah minta pendapat suami, saya segera shalat. Suami dan anak kami ikut menunggui saya shalat. Tapi baru rakaat pertama anak kami merengek minta dibelikan makanan dan minuman yang ada didekat saya shalat. Karena suara anak kami yang lumayan ribut, membuat penjaga WC melongok ke bawah. Saya tidak melihat ekspresi wajahnya karena saya masih dalam keadaan shalat, hanya saja dari suaranya saya dengar dia sangat terkejut dan marah sedangkan suami saya berusaha menjelaskan apa yang saya lakukan tapi penjaga WC tersebut tetap marah dan mengusir. Weg, ga weg dan entah apalagi yang diucapkannya, maka hilanglah kekhusuán dan shalat jadi lebih dipercepat.
Saya sempat shock dengan kejadian tersebut. Mungkin karena orang itu tidak beragama sehingga tidak mengerti kata suami saya. Yah saya sangat menyesalkan kejadian tersebut. Seandainya saya mengambil kemudahan yang diberikan islam dimana diperbolehkan untuk menjama’ dan menqashar shalat dalam perjalanan dengan jarak tertentu, tentunya kejadian tersebut tidak terjadi.
SalaMAA @
3:27 PM