>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

Workshop Salamaa 1, 2 dan 3 Juni 2007



Kiat Berkomunikasi secara Sehat:
Menjadi Orangtua yang Pede Bicara Seks dan Bisa Membantu Anak Taat Beribadah dengan Menyenangkan


Cara berkomunikasi seperti ini“Ah, nggak usah dipikirin, nanti juga hilang sendiri. Masa gitu aja kamu nggak bisa?! Jangan nangis dong, kamu kan sudah besar!” sudah sangat akrab di telinga dan kita gunakan sejak jaman nenek buyut kita. Namun jika ternyata cara berkomunikasi semacam itu sebetulnya menyebabkan anak-anak kita menjadi rapuh, tidak percaya diri, merasa tidak berharga, dan tidak bisa mengoptimalkan kecerdasannya, akankah kita diam saja? Jika ternyata cara-cara berkomunikasi yang telah diwariskan itu dijadikan “peluang” oleh para pebisnis pornogarfi dan narkoba untuk menjadikan anak-anak kita target pasar mereka, akan kah kita berpangku tangan saja? Dan jika ternyata cara-cara kita berkomunikasi selama ini menyebabkan anak-anak kita melakukan ibadah hanya karena takut siksa dan bukan karena cinta pada Tuhannya, tegakah kita membiarkannya saja?

Ternyata, komunikasi yang selama ini terbangun turun temurun antara orangtua, anak, pasangan hidup, teman dan sesama, kebanyakan cenderung mengabaikan perasaan lawan bicara. Padahal komunikasi adalah dasar dari semua hubungan. Jika ada masalah dalam komunikasi, yang pertama menjadi korban adalah perasaan manusia. Secara alamiah, manusia butuh diterima perasaannya, sehingga dia merasa aman, nyaman dan bisa melanjutkan pembicaraan. Bila anak bertanya,”Kondom itu apa Ma?” dan lidah orangtua kelu hanya mampu berkata,”Hush saru! Nggak boleh tanya-tanya itu!” Bagaimana mungkin pembicaraan seputar seks akan berlanjut? Padahal keingintahuan anak soal seks suatu saat pasti akan menggebu. Apa jadinya bila kita biarkan mereka mencari tahu sendiri? Penasaran, mencoba-coba, dan akhirnya terjerumus dalam seks bebas, itu lah yang kebanyakan terjadi, dan semua berawal dari komunikasi!

Menjadi orangtua sungguh merupakan suatu perjuangan berat dan panjang. Ketika kita ingin anak-anak kita taat beribadah pada Allah, lalu kita mengancam anak dengan perkataan,”Ayo sholat, kalau enggak masuk neraka!” Betulkah ancaman seperti itu bisa melahirkan anak-anak yang mencintai Tuhannya? Kita tak akan pernah tahu bila kita tak belajar. Namun sayang, tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua. Padahal mengasuh anak di jaman sekarang menghadapi tantangan yang luar biasa, apalagi di negeri orang seperti negeri Belanda ini. Kita tidak dapat lagi mengandalkan cara-cara pengasuhan yang selama ini kita ketahui secara turun temurun. Dan yang paling mendasar harus kita rubah adalah cara kita bicara atau berkomunikasi. Karena hampir semua permasalahan bersumber dari cara berkomunikasi yang tidak sehat.

Mengingat pentingnya komunikasi yang sehat sebagai suatu ‘obat’ untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengasuhan, workshop ini menjadi penting diselenggarakan. Workshop ini semoga bisa membuat orangtua tercerahkan sehingga mampu berkomunikasi dengan baik dan menggali potensi anak-anaknya secara optimal. Dengan diadakannya workshop ini diharapkan orangtua bisa ‘pede’ saat berbicara seks dengan anak-anaknya. Selain itu orangtua juga diharapkan bisa membantu anak taat beribadah dengan cara yang menyenangkan. Akhirnya dengan munculnya orangtua yang bijak dan tahu bagaimana cara berkomunikasi, mudah-mudahan akan muncul generasi penerus bangsa yang sehat bukan hanya fisiknya, tapi juga emosional dan spiritualnya. Generasi yang cerdas, penuh empati dan cinta akan Tuhannya!

MAKSUD & TUJUAN

  1. Meningkatkan kemampuan orangtua berkomunikasi dengan anak, mengenali dan memahami perasaan anak.
  2. Memberi pengetahuan kepada orangtua mengenai dampak negatif dari teknologi media dan dampaknya bagi perkembangan kejiwaan anak serta kiat-kiat praktis bagaimana bicara tentang seks dengan anak, sehingga bisa menghasilkan anak yang seksualitasnya sehat, lurus dan benar.
  3. Membahas bagaimana pentingnya mengenalkan Allah, Nabi kitab suci dan berbagai peraturan agama dengan menyenangkan tergantung usia.

BENTUK KEGIATAN

Kegiatan workshop akan dilaksanakan dalam tiga hari, bertempat di Wijkcentrum “de Hofstee”, Delft. Detail kegiatan workshop adalah sebagai berikut:

  • Jum’at, 1 Juni 2007
    Jam : 13.30 - 20.45 CET
    Materi : Kiat berkomunikasi yang sehat dan mencerdaskan
  • Sabtu, 2 Juni 2007
    Jam : 10.00 - 17.45 CET
    Materi : Memahami dampak negatif teknologi media dan akibatnya bagi perkembangan kejiwaan anak dan Pede Bicara Seks pada anak anda
  • Minggu, 3 Juni 2007
    Jam : 10.00 -17.30 CET
    Materi : Bagaimana membantu anak kita beribadah dengan menyenangkan

TARGET PESERTA

Target peserta workshop ini adalah warga Indonesia yang tinggal di Belanda yang peduli dan berminat untuk mengetahui lebih banyak mengenai seluk beluk pengasuhan anak, khususnya dalam hal meningkatkan kemampuan orangtua berkomunikasi dengan anak agar bisa pede bicara seks dengan anak dan bisa membantu anak taat beribadah secara menyenangkan.




Selanjutnya...

SalaMAA @ 1:53 AM





Memotifasi Diri untuk Mempelajari Al Qur’an

Pol Salamaa tgl 5 April 2007

Oleh : Elly Zanibar Madjid

Berada jauh dari tanah air, membuat para muslimah memperoleh pandangan lebih luas lagi tentang segala perkembangan dunia. Maka dari itu kita harus mengaktualisasikan diri sebagai seorang muslimah, dengan mengetahui apa komitmen kita. Kitapun harus memotifasi diri dengan cara mengetahui apa Al Qur’an kita, yang merupakan buku pegangan para muslimah. pengetahuan tentang bagaimana mengisi ilmu kita dengan pemahaman tentang Al Qur’an nul karim, yg merupakan petunjuk jalan kehidupan para muslimah sebagai umat Muhammad SAW.
Sebagai seorang ibu, para muslimah memiliki tugas yang sungguh berat. Setiap ibu bertanggungjawab terhadap kelangsungan generasi selanjutnya. Kitalah yang dapat menentukan akan berlanjut tidaknya siar Islam ini. Para muslimah harus dapat memanfaatkan kemajuan tehknologi saat ini untuk menyiarkan Islam, sehingga siar Islam akan tetap berlangsung dengan berkesinambungan.
Dengan memahami Al Qur’an, maka para muslimah akan dibimbing menuju jalan yang baik dan benar, karena itulah tujuan diturunkannya Al Qur’an ke dunia ini. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat 1 ; ayat 9, bahwa Al Qur’an merupakan rahmat bagi manusia.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai wakil-Nya, maka Allah pun melengkapi manusia sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia dengan Al Qur’an sebagai guide book. Allah melengkapi manusia juga dengan pandai berbicara, supaya dapat berkomunikasi, saling nasihat menasihati, saling membagi ilmu dan saling mengingatkan. Manusia harus selalu saling mengingatkan, karena kita mempunyai sifat lupa dan tidak sempurna. Itulah gunanya kita memiliki komunitas.

Al Qur’an diturunkan dengan tujuan untuk membawa manusia kepada kesenangan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat. Kita diwajibkan memahami isi Al Qur’an & itu merupakan tanggung jawab setiap diri. Allah SWT berfirman sampai mengulang 4 kali dalam Al Qur’an, surat : 17, 22, 32 & 40, bahwa setiap orang itu mempunyai waktu yang sama (24 jam sehari). Kita diharuskan menggunakan waktu kita dengan sebaik-baiknya untuk memahami & mengamalkan isi dari Al Qur’an tersebut.
Untuk memahami Al Qur’an, bisa kita mulai dari hal yang paling sederhana dulu. Antara lain bahwa Al Qur’an itu terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6236 ayat, 74437 kalimat dan 325345 huruf. Setiap huruf Al Qur’an tersebut benar-benar memiliki nilai, oleh sebab itu Allah SWT menjanjikan pahala bagi yang membacanya maupun yang mendengarkannya.

Isi dari Al Qur’an itu dibagi menjadi 3 bagian :

  1. Perintah dari Allah SWT
  2. Larangan dari Allah SWT
  3. Do’a

Dalam do’a hendaknya kita memohon kepada Allaw SWT, supaya kita diberi kesanggupan untuk melakukan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan dimudahkan untuk dapat memahami Al Qur’an.
Al Qur’an merupakan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman, merupakan mujizat yang terbesar, kekal abadi dan tidak dapat ditandingi. Hal tersebut difirmankan Allah SWT dalam surat 41 ; ayat 42, surat 17 ; ayat 88, surat 32 ; ayat 2 dan surat 2 ; ayat 23. Isi dari Al Qur’an adalah universal, artinya dapat dipakai kapan saja dan di mana saja (fleksibel dan relevan).

Dalam kehidupan sehari-hari, pada kenyataannya kita masih belum sanggup menunjukan akhlaq muslimah yang sesungguhnya. Kita wajib berusaha untuk dapat menunjukan akhlaq muslimah seperti yang terkandung dalam Al Qur’an kepada dunia, terutama kepada kaum yang berpandangan negatif terhadap Islam. Dengan begitu mereka dapat merasakan, bahwa Islam itu membawa ketentraman serta mencegah terjadinya perpecahan.
Setiap muslim harus berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadist, sehingga setiap perbedaan pendapat akan menemui titik temu serta saling menolong.

Allah SWT berfirman juga dalam Al Qur’an surat 14 ; ayat 1 dan surat 57 ; ayat 9, bahwa fungsi lain dari Al Qur’an adalah mengeluarkan manusia dari gelap gulita ke kondisi terang benderang. Maksudnya adalah membuat manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Contohnya pada jaman jahiliah, bila lahir bayi perempuan dalam suatu keluarga, maka mereka akan langsung mengubur atau membunuhnya. Hal mengerikan itu masih berlangsung, walaupun pada saat itu telah diturunkan beberapa nabi dan beberapa kitab suci. Namun setelah turunnya Al Qur’an, maka pembunuhan bayi-bayi perempuan itu tidak lagi dilakukan, karna isi dari Al Qur’an itu benar2 penuh dengan kebenaran dan kedamaian.

Sebagai muslimah, kita harus benar-benar meyakini bahwa Islam itu adalah agama yang paling benar dan diridhai oleh Allah SWT. Untuk bisa yakin, maka kita harus mencintai dan mengerti apa isi Al Qur’an itu. Setiap permasalahan yang kita hadapi dalam hidup ini, selalu dapat kita temui jawabannya di dalam Al Qurá an, termasuk segala hal tentang etika.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat 5 ; ayat 54, yang berisikan tentang cara-cara agar kita dicintai oleh-Nya, antara lain :

  1. Bersikap lemah lembut kepada orang-orang mu’min
  2. Bersikap keras kepada orang-orang kafir
  3. Berjihad di jalan Allah
  4. Tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela

Rasulullah Saw mengatakan dalam khotbah terakhirnya pada haji wada, bahwa beliau akan meninggalkan 2 warisan untuk umat manusia. Dua hal ini yang akan membuat manusia selamat dunia dan akhirat, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.

Dalam Al Qur’an, dapat kita ketahui juga perbedaan antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Hal tersebut tercantum dalam surat 8 ; ayat 2, surat 9 ; ayat 124 dan surat 7 ; ayat 204. Dikatakan bahwa orang yang beriman akan bergetar hatinya dan bertambah imannya , pada saat dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an. Pada saat itu orang-orang yang beriman tersebut akan bersikap diam dan menyimak serta mendengarkan baik-baik setiap ayat yang dibacakan, supaya memperoleh rahmat dari Allah SWT.

Menggali dan memahami Al Qur’an adalah sama dengan menimba ilmu. Dalam usaha menimba ilmu itu, tentulah bukan sesuatu yang mudah. Oleh sebab itu Allah SWT berjanji dalam Al Qur’an terhadap siapapun yang menimba ilmu, bahwa Dia akan meninggikan derajatnya. Lebih baik kita menghapal dan sungguh-sunggu memahami satu ayat Al Qurán saja, daripada berzikir semalam penuh tanpa memahami apa yang kita baca.
Bila seorang muslimah atau seorang ibu tidak mengerti Al Qur’an-nya, maka dia jangan berharap memperoleh amal jariah atau do’a dari anak-anaknya pada saat dia meninggal nanti.
Di akhirat nanti kita akan diadili tentang apa saja yang telah kita perbuat di dunia ini, termasuk sejauh mana kita memahami Al Qur’an beserta pengamalannya.


Selanjutnya...

SalaMAA @ 1:43 AM





Keteladanan Nabi Ibrahim As

POL Salamaa tanggal 10 April 2007

Oleh : Dra. HJ. Siti Aisyah Dahlan

Nabi Ibrahim as adalah nabi yang paling dimuliakan oleh Allah SWT, kedudukannya disetarakan dengan Nabi Muhammad saw. Oleh sebab itu nama beliau selalu kita baca bersama dengan nama Rasulullah dalam shalawat nabi. Allah SWT menjadikan Nabi Ibrahim as sebagai imam bagi seluruh umat manusia, karena beliau telah menyempurnakan berbagai ujian berat yang diberikan Allah SWT padanya.

Nabi Ibrahim as dan keluarganya diangkat sebagai teladan bagi umat manusia, dalam membentuk keluarga yang diridhai oleh Allah SWT. Diangkatnya beliau dan keluarganya sebagai teladan dikarenakan :

  1. Ketaatan beliau kepada Allah SWT adalah utuh dan sempurna.
    Hal tersebut tampak pada kesempurnaan beliau dalam melakukan perintah dan menjauhi larangan dari Allah SWT. Beberapa contoh ujian yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as antara lain :
    Ujian pertama adalah ketika beliau menjadi seorang anak, beliau disuruh ayahnya untuk menjual patung. Beliaupun melaksanakan tugas itu, sebagai kepatuhan seorang anak terhadap perintah ayahnya. Pada saat berjualan, Nabi Ibrahim as tidak membujuk orang untuk membeli patung. Beliau malah menerangkan kepada orang-orang, bahwa patung-patung tersebut membawa kemudharatan. Tentu saja tidak ada seorangpun yang mau membeli patung-patung tersebut, sehingga ayahnya menjadi sangat marah kepada Nabi Ibrahim as Pada saat ayahnya menyuruh dia untuk memilih antara ayahnya dengan Allah SWT, maka Nabi Ibrahim as memilih tetap berada di jalan Allah SWT dan meninggalkan ayahnya. Nabi Ibrahim as lulus dalam ujian pertama ini, karena ketaatan kepada orang tua itu sifatnya terbatas atau tidak mutlak (tergantung dari jenis perintahnya). Bila perintah tersebut sejalan dengan perintah Allah SWT, maka kita wajib mematuhinya. Namun bila bertentangan, maka kita wajib pula untuk tidak mematuhinya.
    Ujian kedua yang diterima Nabi Ibrahim as adalah pada saat beliau berhadapan dengan masyarakat. Pada saat masyarakat banyak menyembah patung, maka Nabi Ibrahim as menghancurkan patung-patung tersebut dan menyisakan satu patung yang paling besar serta menaruh palu besar di tangan patung itu. Masyarakat menangkap beliau dan mengadilinya. Pada saat diadili, Nabi Ibrahim as malah balik bertanya kenapa masyarakat begitu yakin bahwa dialah yang telah menghancurkan patung-patung tersebut. Mengapa masyarakat tidak menyangka bahwa patung terbesar itulah yang telah mengancurkan patung-patung yang lain. Masyarakat menjawab bahwa tidak mungkin sebuah patung bisa bergerak, apalagi melakukan perbuatan yang hanya manusia yang bisa melakukannya. Dengan jawaban dari masyarakat itu, maka Nabi Ibrahim as dapat membuktikan bahwa patung tidak memiliki kekuasaan apa-apa & tidak patut untuk disembah. Walaupun begitu, masyarakat tetap menghukum beliau dengan membakarnya. Namun keyakinannya terhadap pertolongan Allah SWT yang sangat besar, telah menyelamatkannya dari panasnya api. Pada saat itu Allah SWT membuat api itu menjadi dingin, sehingga tidak membakar tubuh Nabi Ibrahim as.
    Ujian lainnya adalah saat beliau ditangkap oleh raja dan ditanya siapakah tuhannya. Beliau menjawab, bahwa tuhannya adalah yang dapat menghidupkan dan mematikan. Namun raja masih bisa membuktikan, bahwa seorang rajapun bisa menentukan siapa yang harus dibunuh dan siapa yang dibiarkan tetap hidup. Sekali lagi Nabi Ibrahim as mengatakan, bahwa tuhannya adalah yang bisa menerbitkan matahari dari Timur dan menenggelamkannya di Barat. Lalu beliau meminta raja untuk membalikannya, yaitu menerbitkan matahari dari Barat dan menenggelamkannya di Timur. Keterangan kedua itu membuat raja tidak dapat membantah lagi dan segera membebaskan Nabi Ibrahim as.
    Allah SWT tidak hanya menguji Nabi Ibrahim as seorang, tapi Allah SWT menguji pula keluarga beliau. Pada suatu saat, raja mengambil Siti Sarah yang cantik untuk dinodainya dan mengasingkan Nabi Ibrahim as Ketika raja akan mendekati, Siti Sarah meminta izin untuk shalat dulu kepada raja dengan tabah dan tenang. Setelah Siti Sarah selesai shalat, rajapun berniat untuk melakukan niat buruknya. Namun setiap raja mendekati Siti Sarah, maka raja tersebut pingsan. Akhirnya raja percaya, bahwa Siti Sarah adalah bukan wanita biasa dan membebaskan mereka berdua serta memberi mereka seorang budak, yaitu Siti Hajar.
    Ujian lainnya lagi adalah pada saat Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke sebuah lembah serta meninggalkan mereka di sana. Nabi Ibrahim as dan Siti Hajar yakin, bahwa Allah SWT mempunyai maksud dari apa yang diperintahkan-Nya dan akan menolong mereka. Sebelum meninggalkan Siti Hajar dan Ismail, Nabi Ibrahim as berdo’a agar Allah SWT menjadikan keluarganya sebagai orang-orang yang selalu mendirikan shalat. Setelah ditinggalkan oleh suaminya dan persediaan airnya habis, maka Siti hajar berlari ke bukit Shafa dan ke bukit Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari pertolongan. Kejadian tersebut kita kenal sekarang sebagai Sa’i. Setelah Siti Hajar sangat kelelahan, maka Ismail yang saat itu masih bayi, mengentak-hentakan kakinya ke tanah. Dari bekas hentakan kaki Ismail itu, mengalirlah air zam-zam. Bagi Allah SWT sebenarnya mudah untuk mengeluarkan air zam-zam beberapa saat setelah Nabi Ibrahim as pergi, tapi Allah SWT menguji dan menyuruh umatnya untuk berusaha serta percaya akan pertolongan-Nya.
    Ujian lain yang tak kalah beratnya adalah pada saat Nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih Ismail putranya. Pada saat mendengarnya, Ismail-pun bersikap iklas dan sabar. Pada ujian kali inipun mereka lulus dan menyempurnakan perintah Allah SWT.

  2. Keteladanan dalam pengorbanan.
    Beliau begitu banyak berkorban dalam menjalankan ujian-ujian dari Allah SWT dengan iklas dan sabar.

  3. Keteladanan dalam pendidikan
    Beliau selalu mendidik diri dan selalu lari kepada Allah SWT, pada saat menghadapi segala persoalan. Begitu juga dengan pendidikan yang diberikan bekiau kepada keluarganya, sehingga mereka menjadi orang-orang yang iklas dan sabar.

  4. Keteladanan dalam Muamalah
    Contohnya pada saat Nabi Ibrahim as kedatangan tamu yang tidak dikenalnya (yang ternyata malaikat), maka beliau dan istrinya tanpa rasa curiga melayani tamunya dengan baik. Contoh lain ialah, beliau tetap mendo’akan ayahnya walaupun dia sedang berselisih dengan ayahnya.

  5. Keteladanan dalam Wada dan Baro’ (kesetiaan dan sikap permusuhan/ melepaskan diri)
    Sesungguhnya Nabi Ibrahim as memusuhi apa yang dilakukan orang-orang yang sesat, sampai mereka beriman kepada Allah SWT. Beliau sangat memusuhi kebhatilan.



    Keteladanan yang dapat kita ambil dari ujian-ujian yang diterima oleh Nabi Ibrahim as tersebut, adalah agar kitapun menjadi orang-orang yang taat terhadap perintah Allah SWT, seberapapun beratnya ujian yang kita peroleh dari-Nya.

Selanjutnya...

SalaMAA @ 1:28 AM





Berita Keluarga Salamaa April 2007

Kehadiran seorang anak dalam suatu keluarga, merupakan nikmat yang tak ternilai dan pemberian yang tak terhingga dari Allah SWT. Pada mereka tercurah segenap kasih sayang dan harapan ayah-bunda, untuk mereka pula do’a-doá dipanjatkan ayah-bunda. Namun hanya Allah SWT jua lah yang menentukan, kapan buah hati itu datang dan kapan pula Dia mengambilnya dari kita. Tiada seorang manusiapun yang mampu menolak kehendak-Nya. Keimanan, ketabahan dan rasa percaya yang diajarkan-Nya pada kita , bahwa Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya.

Berita Duka Cita

Telah dipanggil ke Rahmatullah : Alm. Huga Raditya Rais (2 bulan, 3 minggu), pada tanggal 2 April 2007. Putra dari Bpk Gofur dan Ibu Sri Rahayu (Ayu) di Saudi Arabia.

Seluruh keluarga besar Salamaa turut berduka cita yang sedalam-dalamnya.
Ya Allah, jadikanlah kematiannya ini menjadi tabungan bagi ayah-bundanya. Jadikanlah sebagai pendahulu bagi keduanya dan jadikan pula sebagai simpanan bagi keduanya. Beratkanlah timbangan kebaikan kedua orang tuanya dan curahkanlah kesabaran kedalam hati ayahbundanya. Jangan jadikan malapetaka (fitnah) bagi keduanya atas kepergiannya ini. Dan janganlah Engkau haramkan pahala yang baik bagi kedua orang tuanya.



Berita Kelahiran


Pada tanggal 25 April 2007 telah lahir Afina Rana Muishout, putri dari Bpk George Muishout dan Ibu Ros Rosmini di Utrecht.

Pada tanggal 16 April 2007, telah lahir putra-putri kembar dari Bpk. Haji Rosyid dan Ibu Ina di Eindhoven. Bayi laki-laki bernama Sis dan bayi perempuan bernama Mariah.

Na'udzubikalimatill ahi tammah minkulli syaithon wa ham mah wamin kulli aynil lammah(Dengan menyebut nama Allah yang mulia, ya Allah lindungilah sang bayi dari gangguan syaithan dan penyakit...)

Kami seluruh keluarga besar Salamaa turut berbahagia dan mengucap Alhamdulillah, semoga ananda menjadi anak-anak yang shaleh dan shalihah serta menjadi kebaikan untuk semuanya Amin.




Selanjutnya...

SalaMAA @ 1:23 AM





Siti Hajar

Siti Hajar bertanya untuk yang terakhir kalinya, “Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?” Nabi Ibrahim menjawab, “Ya.” Siti Hajar pun berucap, “Allah tidak akan mengabaikan kami.”
Dialog di atas adalah penggalan dari hadist Bukhari ketika Nabi Ibrahim as hendak meninggalkan Siti Hajar dan bayinya (Ismail), di tengah gurun pasir yang tidak berpenghuni (yang sekarang kita sebut Mekkah). Tetapi peristiwa ini justru membawa berbagai hikmah dan karunia Allah SWT yang alhamdulillah masih kita nikmati sampai detik ini.
Setelah ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim as dengan bekal seadanya, Siti Hajar pun tak tinggal diam. Perempuan tangguh ini mulai berusaha mencari sesuatu untuk menyambung hidupnya dan bayinya. Naluri keibuan mendorongnya untuk berlari-lari dari satu bukit kebukit lainnya, dari Shafa ke Marwah bolak-balik sampai tujuh kali.
Siapa sangka perbuatan seorang perempuan berabad-abad lampau ini akan diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu dari syiar-Nya, seperti yang difirmankan dalam surat Al Baqarah : 158, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”
Siapapun yang melakukan ibadah haji dan umrah pastilah akan meniru perbuatan Siti Hajar lewat ibadah Sa’i. Sa’i merupakan perlambang dari suatu perjuangan hidup. Shafa berarti kesucian dan ketegaran, sedangkan Marwah berarti kepuasan dan penghargaan serta murah hati. Oleh karena itu apa pun yang dilakukan seseorang harus dimulai dengan kesucian hati disertai dengan ketegaran dalam mencapainya, sehingga dapat memperoleh kepuasan yang maksimal.
Jarak antara Shafa dan Marwah tidak kurang dari 405 meter, jadi jika dikalikan 7 maka jarak yang ditempuh Hajar adalah 2835 meter atau sekitar 3 km. Sekarang kedua bukit tersebut sudah menjadi bagian dari Masjidil Haram. Jemaah haji dan umrah dapat merasakan kenyamanan melakukan ibadah tersebut. Lantai marmer memudahkan perjalanan antar kedua bukit tersebut. Belum lagi kenyamanan terhindar dari teriknya matahari yang menyengat, dikarenakan adanya atap mesjid dan semilir udara sejuk dari pengatur udara. Air zam-zam pun tersedia di beberapa tempat sepanjang kedua bukit itu, yang memungkinkan orang dapat beristirahat dengan nyaman sebelum melanjutkan ibadahnya. Bayangkanlah situasi dan kondisi Siti Hajar saat itu, seorang perempuan di tengah gurun pasir yang panas.


Air Zam-zam

“Allah tidak akan mengabaikan kami,” kata Siti Hajar. Suatu keyakinan mutlak kepada-Nya disertai dengan usaha yang gigih, dijawab Allah SWT dengan munculnya sumber air yang penuh berkah.
Saat itu Siti Hajar di Bukit Marwah dan mendengar suara. Ia lalu terdiap dan berkata, “diam!” Setelah diperhatikan betul-betul bahwa ia memang mendengar ada suara, ia pun lalu berkata, “ aku mendengar suaramu. Tolonglah aku jika engkau memiliki kebaikan.” Malaikat Jibril pun lalu menampakan diri dan melalui hentakan kaki Ismail, memancarlah air dari dalam bumi. Siti Hajar lalu membendung air itu dan karena begitu melimpahnya, ia berkata, “zam....zam....zam....” (berkumpulah, berkumpulah). Dengan air inilah lalu Siti Hajar menyambung kehidupannya. Mata air ini lalu dikenal dengan nama ‘sumur zam-zam’.
Setelah Beberapa hari Siti Hajar dan anaknya tinggal dekat mata air ini, datanglah orang-orang turun dari Mekkah bagian bawah dan melihat burung. Mereka pun lalu berkata, “burung itu biasanya berputar-putar di sekitar air. Kami yakin di lembah ini ada air.” Mereka pun lalu mengutus beberapa orang Suku Jurhum, yang mewakili bangsanya untuk berkenalan sekaligus meminta izin untuk memanfaatkan air tersebut dan tinggal di sana. Siti Hajar pun dengan senang hati menerima mereka, hingga kemudian muncullah komunitas baru di sekitar air zam-zam.


Nabi Ismail As

Anak adalah titipan Allah. Kasih sayang bukan diwujudkan dengan kemanjaan yang berlebihan, tapi kasih sayang yang disertai dengan pendidikan yang baik. Lagi-lagi Siti Hajar memberi contah kepada kita, Ismail tumbuh menjadi anak yang shaleh. Dalam surat As Shaffat : 102, terdapat dialog bapak-anak yang menggambarkan keshalehan keduanya dan kepatuhan anak kepada bapaknya. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Dialog ini merupakan rangkaian dari salah satu peristiwa besar yang selalu kita peringati setiap tahun, yaitu Idul Adha.
Bersama Ismail pula, Ibrahim membangun Ka’bah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah : 127, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo’a), “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Di Masjidil Haram terdapat bagian yang disebut Hijr Ismail atau pangkuan Ismail, di sanalah Ismail pernah dalam pangkuan ibunya dan konon kuburan Siti Hajar pun berada di situ. Subhanallah.....siapakah Siti Hajar, sampai memperoleh berbagai anugrah yang tak terkirakan itu?


Siti Hajar

Hadist Bukhari menyebutkan bahwa Siti Hajar merupakan hadiah seorang raja untuk Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Siti Hajar adalah seorang budak kulit hitam dari Ethiopia. Ia dikawini oleh Nabi Ibrahim as atas usul dari Sarah yang merasa sudah terlampau tua untuk memperoleh keturunan.
Literatur mengenai Siti Hajar relatif sangat sedikit, tetapi banyak hal yang berkaitan dengannya. Siti Hajar tidak hanya berkaitan dengan sa’i, air zam-zam dan putranya Nabi Ismail as, bahkan nabi penutup, Nabi Muhammad saw merupakan keturunan Siti Hajar. Berbagai anugrah yang diterima Siti Hajar merupakan bukti bahwa Allah tidak pernah melihat fisik seseorang, tetapi yang dilihat hanyalah ketaqwa’an kepada-Nya.
Renungan dari Ali Shariati, seorang cendikiawan muslim, mungkin dapat membantu kita memahami bagaimana Allah Yang Maha Kuasa menetapkan pilihan kepada Siti Hajar :
Di antara semua manusia : seorang perempuan
Di antara semua perempuan : seorang budak
Di antara semua budak : seorang sahaya yang berkulit hitam.
Siti Hajar merupakan pesan sempurna dari-Nya tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Juga suatu simbol persamaan ras dan status sosial. Dengan kata lain, simbol ini juga sekaligus menandakan bahwa Islam sejak dari awal pertumbuhannya mengutamakan persamaan ras dan status sosial serta kesetaraan antar jenis kelamin. Wallahu a’lam bishawwaab.

(Disadur dari : NOOR, no.12/TH.II/Desember 2004)


Selanjutnya...

SalaMAA @ 1:10 AM





Mencari Sekolah Untuk Si Kecil


Oleh : Baba Aslam

Bila anak kita menginjak usia empat tahun, maka tiba saatnya ia masuk sekolah dasar atau bassisschool. Di Belanda mulai 5 tahun adalah usia wajib belajar. Maka sebagai orang tua, kita sudah memikirkan dan mulai melihat-lihat sekolah di sekeliling. Mencari sekolah yang “cocok” bukan hal yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Mulai dari jenis sekolah, kwalitas sekolah, lingkungan sekeliling sampai dengan kebersihan wc menjadi bahan penilaian. Berikut ini kami sajikan Checklist yang bisa membantu dalam menilai baik tidaknya suatu sekolah.

Kwalitas Pendidikan
a. Bagaimana penilaian onderwijsinspectie tentang sekolah itu?
b. Bagaimana hasil Citotoets pada sekolah itu?
c. Apakah sekolah itu sudah menggunakan bahan pelajaan yang baru? Ada sekolah yang masih menggunakan peta berisi Yugoslavia atau Uni Sovyet
d. Bagaimana mereka menanggulangi permasalahan sekolah?
e. Berapa besar jumlah rata-rata anak dalam satu kelas?
f. Apakah sekolah juga menyediakan mata pelajaran yang menggugah kreativitas?

Penampilan dan Fasilitas
a. Bagaimana kesan yang terlihat pada sekolah itu? (pelataran yang cukup luas, alat bermain yang menarik, pepohonan, atau tempat duduk.)
b. Apakah jarak dari rumah ke sekolah dan keamanan lalulintasnya memadai?
c. Bagaimana kebersihan ruangan kelasnya? (penerangannya, rapi dan luas)
d. Apakah alat belajar dan mainannya bersih dan rapi? Belum usang? Menantang dan terpola?
e. Apakah WCnya bersih?
f. Apakah sarana olahraganya memadai? (ada sekolah yang menggunakan ruang olahraga untuk mengajar juga.)
g. Apakah ada fasilitas untuk overblijven atau penitipan anak yang tidak pulang saat istirahat? (di lokasi sekolah sendiri atau di gedung lain.)

Kondisi Sosial
a. Apakah tersedia pelajaran untuk mengembangkan ketrampilan sosial?
b. Lihatlah di halaman sekolah. Bagaimana anak-anak di sana bermain. Apakah bermain dengan baik atau kasar? Apakah cukup ada pengawasan ataukah anak-anak dibiarkan bermain sendiri-sendiri?
c. Apakah ada prosedur dalam menanggulangi “pesten” ejekan di sekolah?
d. Bagaimana para guru memperlakukan murid-murid? Tanyakan juga pada orang tua atau wali di sana?
e. Bagaimana suasana komunikasi antara orang tua murid yang datang mengantar dan menjemput, cenderung berkomunikasi dengan baik atau malah “roddelen” saling mengumpat?

Insya Allah dengan berbekal chechklist di atas, bisa membantu kita para orang tua untuk lebih mudah dalam memilih sekolah yang kita harapkan cocok untuk anak-anak kita.


(Disadur dan diterjemahkan dari : NAAR SCHOOL, edisi september 2006)

Selanjutnya...

SalaMAA @ 1:00 AM





Menjadi Ibu Ideal di Mata Anak

Menjadi ibu ideal di mata anak tidaklah mempunyai ukuran yang jelas. Namun, bagi seorang wanita atau ibu, predikat itu tentu menjadi dambaan. Sebab ibu merupakan sekolah atau pendidikan pertama (al madrasah al-ûlâ) yang dikenal oleh anak. Dapat dibayangkan, jika seorang ibu yang notabene menjadi pendidik pertama bagi anak ternyata kurang dapat menjadi pendidik yang baik dan ideal.

Memang, ukuran ideal seorang ibu bagi anak-anaknya sering kali berbeda-beda. Apa yang ideal menurut ibu, belum tentu ideal menurut anak. Namun, menurut para psikolog, jika setiap anak yang mendapat perlakuan dan bimbingan dari ibu diarahkan menurut idealitasnya, sang anak akan semakin mencintai dan menghargai ibunya. Disamping itu, si anak juga lebih banyak mengikuti bimbingan orang tua atau ibunya. Jika ibu memiliki ciri-ciri yang diidealkan atau ditiru oleh anak, sang ibu bisa dikatakan ideal bagi si anak.

Ada beberapa ciri ibu ideal di mata seorang anak, antara lain :

  1. Memiliki kepribadian menarik
    Ibu memang tidak harus cantik, tetapi semua anak senang ibunya berpenapilan serasi, menarik dan terlihat ceria. Dengan demikian, menarik itu tidak harus cantik, dan cantik itu tidak mesti menarik. Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana seorang ibu itu punya inner beauty (kecantikan bathina) yang diwujudkan di dalam tutur kata yang lembut, penuh perhatian, penuh kasih sayang, sabar, tidak mudah marah dan sebagainya. Dengan begitu, anak akan merasa teduh dan aman bersamanya. Sebaliknya, jika ibu suka marah-marah, anak akan merasa tidak aman dan ia cenderung akan mencari kompensasi yang lain. Bisa jadi, ia malah mencari pergaulan liar yang dapat membahayakan kepribadiannya.
  2. Terlihat muda
    Menjadi tua adalah sunatullah. Semakin bertambah usia seseorang, ia akan terlihat tua.Namun, seorang ibu seharusnya berusaha untuk tampil dengan baik agar tidak terlihat tua, misalnya menjaga kecantikan dirinya supaya tidak cepat beruban dan tidak terlalu gemuk.
    Usahakan seorang ibu berpakaian yang menjadikan dirinya terlihat lebih muda daripada usianya, tetapi jangan berlebihan. Sebab, anak juga tidak suka jika dikatakan dia dengan ibunya seperti adik dan kakak. Nah karena itu, salah satu kiat untuk menjaga agar tampak awet muda adalah tidak sering stres. Jadilah ibu yang murah senyum, tidak suka marah, menjaga pola makan yang seimbang dan rajin berolahraga. Bahkan, kita dianjurkan oleh agama untuk puasa Senin-Kamis, sebagai upaya untuk menjaga kesehatan jasmani dan ruhani.
  3. Berprilaku baik
    Anak-anak senang melihat dan mengagumi orang yang mereka namakan ibu. Karena itu, tindakan maupun bicara sang ibu harus mencerminkan bahwa dia adalah ibu sejati. Bagaimana mungkin seorang ibu dapat memiliki anak-anak yang berprilaku mulia, jika ia tidak memberikan keteladanan kepada mereka. Imam Al Ghazâlî mengibaratkan hal itu seperti tongkat dan bayangannya. Bagaimana mungkin bayangan tongkat itu akan lurus, jika tongkatnya bengkok? Karena itu, orang tua harus selalu bersikap baik kepada anaknya dan orang lain agar si anak meneladani tingkah lakunya. Sebab, tingkah laku mulia orang tua akan memberikan kesan yang positif bagi anak.
  4. Punya pengertian, perhatian dan simpatik
    Ketika sedang menghadapi masalah, anak biasanya menginginkan adanya pemecahan. Ibu harus bisa mengerti dan bersikap empati terhadap apa yang dirasakan anaknya. Dengan begitu, si anak merasa mendapat bantuan dari ibunya untuk memecahkan masalahnya. Seorang ibu yang mempunyai perhatian kepada anaknya akan menjadi tumpuan bagi anaknya. Sebaliknya, ibu yang cuek atau tidak tahu menahu terhadap masalah anaknya, ia akan membuat sang anak frustasi.
    Demikian pula, anak menginginkan seseorang untuk berbagi perasaan dan persoalan. Pada saat itulah ibu memiliki peran besar, yaitu menjadi teman berbagi. Selain itu, jika anak terluka baik fisik maupun emosionalnya, ia ingin mengalihkan lukanya kepada ibunya agar mendapat hiburan dan simpati.
  5. Jujur, adil dan toleran
    Ibu harus berlaku adil terhadap semua anggota keluarga dan tidak membeda-bedakannya. Anak akan lebih menghargai dan mencintai ibu yang adil, daripada yang pilih kasih. Ibu juga harus sportif, jika ia menginginkan anak-anaknya juga sportif. Sikap toleran seorang ibu sangat disukai oleh anak-anak.Ketika seorang anak tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya, misalnya nilai ulangannya jelek, ibu sebaiknya dapat mengerti dan memaafkan sang anak dan tidak mendendam. Sebaliknya, ibu yang adil dan toleran akan memberikan harapan kepada anaknya agar tidak berputus asa.
  6. Menjaga wibawa
    Ibu ideal sudah selayaknya menjaga kehormatan dan kewibawaannya di hadapan anak dan temen-teman anaknya. Salah satu caranya adalah bersikap baik kepada anak dan menghargai pendapatnya. Sikap baik dan bisa menghargai anak akan melahirkan penghormatan dari pihak anak, sehingga sang ibu disegani baik oleh anaknya sendiri maupun oleh teman-teman si anak. Status ibupun semakin baik di mata anaknya.
    Kewibawaan seorang ibu sangat penting bagi anak dalam pergaulan sehari-hari, baik di sekolah maupun di masyarakat. Ketika anak melakukan hal yang tidak baik, ibu dapat menasihatinya dengan bijak dan penuh wibawa. Berwibawa bukan berarti ditakuti anak, melainkan didengar pendapatnya dan diikuti saran serta nasihatnya.
  7. Selalu siap membantu anak
    Predikat ibu ideal dapat dilekatkan kepada ibu yang selalu siap membantu anaknya ketika si anak membutuhkannya. Ketika anak-anak pulang sekolah atau bermain, mereka akan senang jika sang ibu berada di rumah. Tentu ini menjadi problem bagi ibu yang kariernya di luar rumah. Untuk itu, sang ibu harus pandai memamfaatkan waktu senggang buat anaknya. Jangan sampai waktunya habis hanya untuk meniti karier, arisan dan cari uang, sementara anaknya tidak terurus dan kurang kasih sayang. Itulah mengapa dalam pandangan Islam, seorang suami harus bertanggung jawab menangani nafkah keluarganya, sehingga sang ibu tidak mengalami beban ganda.
    Anak yang kurang kasih sayang berpotensi menjadi anak yang nakal. Sebab, biasanya ia akan mencari tempat di luar rumah yang dapat menerima dirinya dan memberi kasih sayang kepadanya. Celakanya jika tempat itu adalah lingkungan yang buruk, hampir dipastikan ia akan terpengaryh oleh lingkungan tersebut. Bersyukurlah jika seorang ibu bisa menempatkan dirinya sebagai ibu ideal yang mampu memberikan keteladanan yang akan membentengi anak-anaknya dari pengaruh pergaulan tersebut.

Kriteria ideal bagi ibu juga berlaku pada sang ayah, sebab keduanya juga sama-sama bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Janganlah masalah pendidikan anak sepenuhnya diserahkan kepada ibu, seolah ayah tidak mau tahu dan cuek. Bukankah anak itu buah kasih ayah dan ibu?

(Disadur dan disarikan dari : MENJADI ORANGTUA BIJAK ; Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah pada Anak, oleh : Abdul Mustaqim)


Selanjutnya...

SalaMAA @ 12:48 AM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


Pergantian Pengurus dan Afscheid

Oleh-oleh dari KKM II ++

Kursus Kilat Menjahit II ++

Semua Numplek di TD Salamaa 2010

Temu Darat Salamaa 2010

TD dan Launching Buku Salamaa/FLP Belanda

Selamat Idul Fitri 1430 H

Pengurus Salamaa 2009-2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H

Selamat Datang Ramadhan


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA