>
Photobucket - Video and Image Hosting
:::Photobucket - Video and Image Hosting Selamat datang di Blog Salamaa :::
Home
About Us
Ceramah
Arsip



SILATURAHMISALAMA




Email salamaa05@yahoo.com
Gabung di Milist Salamaa

pasca

Image hosted by Photobucket.com
Menjadi Muslim yang Lebih Berkualitas Pasca Ramadhan
Oleh: Bp. M. Chalid - Groningen

Menjelang akhir Ramadhan ini, pertanyaan yang seharusnya kita tanyakan pada diri kita adalah sejauh mana Ramadhan mampu membuat diri kita lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya? Apakah kita sebagai muslim (ah) telah menjadikan akhlak kita sebagaimana semestinya yang diajarkan Islam?

Jika kita lihat masyarakat non Islam di negara-negara non muslim, ada perilaku-perilaku mereka yang menampakkan perilaku Islam, misalnya tingkat korupsi lebih kurang dibanding di negara mayoritas muslim. Di Negara-negara muslim banyak umat Islam yang akhlaknya jauh dari yang diharapkan bahkan perilakunya seperti orang kafir. Padahal Rasulullah berkata bahwa Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam. Akan tetapi Ketinggian Islam itu sendiri kini tertutupi oleh perilaku (buruk) umatnya demikian Ustadz Yusuf Qordhowi mengatakan.

Pada saat kita menjadi seorang muslim, maka kita diharapkan berislam secara kaffah, secara keseluruhan. Bukan hanya pada saat kita akan sholat saja misalnya. Akan tetapi setiap aktifitas dan desah nafas kita harus diwarnai dengan nilai-nilai Islam. Menjadikan diri kita ISlam tidaklah mudah, bisa dianalogikan seperti memegang bara. Jika bara itu dilepaskan maka akan lepaslah Islam kita dan jika kita gengam bara itu maka konsekuensinya bara itu akan melukai tangan kita yang artinya kita harus siap dengan segala konsekuensi penghinaan dan cobaan-cobaan yang akan datang kepada kita.

Rasulullah SAW di saat sakaratul maut beliau berkata, "Aku berikan dua warisan yang paling berharga bagi kaum muslimin di muka bumi ini yaitu Al Quran dan Sunnah". Al Quran dan Sunnah ini perlu penjabaran yang dijabarkan oleh ahlinya yaitu ulama-ulama yang benar-benar memegangaqidah Islam yang murni tanpa ada pencampur bauran dengan kepentingan-kepentingan lain. Kondisi sekarang ini dengan maraknya berbagai isme (konsumerisme, materialisme yang sifatnya fana) membuat timbulnya suatu penyakit pada masyarakat muslim di dunia khususnya di Indonesia yaitu penyakit "wahm" . Pernah ditanyakan "apakah wahm itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Cinta dunia dan takut kematian" Maka pada saat itulah kaum muslim melupakan Al Quran dan sunnah dan jauh dari para ulama, mereka kehilangan arah. Seperti yang dikatakan Rasulullah bahwa "Kelak ummatku seperti buih di lautan". Dalam quran 2:30 disebutkan bahwa manusia berfungsi sebagai hamba dan khalifah. Kedua fungsi itu tidak dapat dipisahkan, karena jika dipisahkan maka akan mengakibatkan kerusakan di muka bumi. Seorang ulama besar mengatakan bahwa berdosa setiap mukmin jika ia belum mampu mendirikan sistem Islam, fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, kecuali di dalam hati setiap mukmin ada satu hasrat yang membara bahwa Islam harus tegak di muka bumi ini. Sistem Islam beranjak pada masyarakat. Masyarakat yang terkecil adalah keluarga yang terdiri dari individu-individu, Allah SWT memberikan pelajaran bagi kita salah satunya di bulan Ramadhan ini suatu untuk membentuk kepribadian muslim agar dari hari ke hari menjadi semakin menjadi baik/bertakwa.

Ramadhan merupakan bulan syahrut tarbiyyah, bulan pendidikan untuk bekal 11 bulan ke depan, sehingga perlu banyak persiapan sebelumnya. Persiapan-persiapan tersebut adalah persiapan ruhiyyah kita, jasadiyyah dengan melakukan puasa rajab dsb.

Pengaruh positif bulan Ramadhan yaitu:

Pakaian takwa

Dengan berpuasa seseorang menjadi lebih berhati-hatidalam melakukan sesuatu sehingga Imam Al Ghozali mengatakan ada 3 tingkatan puasa bagi muslim : (1) tingkatan awam, yaitu hanya menahan lapar dan haus saja karena dia tidak menahan pandangan mata, tidak menjaga mulut dari ghibah, dll. Rasulullah SAW menyatakan bahwa betapa banyak dari orang yang berpuasa ia hanya mendapatkan lapar dan haus saja. (2) tingkatan khusus yaitu seorang muslim mempersiapkan puasa, berupaya mengendalikan diri dari apa yang dilarang Allah/hawa nafsu (3) tingkatan penting (?) selain meninggalkan hal-hal yang bersifat hawa nafsu juka melakukan zikir /mengingat Allah SWT dengan hati dan perbuatan. Sehingga banyak hal yang bisa kita lihat dari berpuasa ini sejak hari pertama sampai dengan hari terakhir dengan kebiasaan-kebiasaan kita. Berpuasa ibarat memakai pakaian putih, seseorang akan berhati-hati agar pakaian yang dipakainnya tidak kotor, dia tidak akan mau mengotori puasanya dengan melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasanya sehingga dia akan meninggalkan hal-hal yang dilarang.

Pelindung dari Kejahatan/maksiat
Dengan puasa kita akan mengendalikan diri kita dari hal-hal yang tidak benar. Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Bukhori: Puasa itu ibarat suatu benteng dan bila seseorang diantara kalian berpuasa maka hendaklah ia tidak berkata-kata yang kotor dan tidak berlaku seperti orang jahiliyyah dan jika ada orang yang berkata kotor maka katakanlah padanya bahwa aku sedang berpuasa. Puasa menjaga keharmonisan diantara kita, menghindari perdebatan yang tidak perlu yang dapat menimbulkan kebencian dst.

Taqorub Ilallah
Untuk itu beberapa hal yang dapat kita lakukan di bulan Ramadhan ini adalah: Qiyyamul Lail, sholat tarawih, membaca quran, i'tikaf bagi yang mampu, dan zikir sebanyak-banyaknya. Dalam hadits Rasulullah, ada 4 amalan yang disarankan dilakukan yaitu: (1) sebanyak mungkin esensi dari syahadah (2) berharap ampunan Allah SWT (3) berharap Allah SWT menjauhkan kita dari api neraka (4) berharap agar Allah SWT memasukan kita ke surga. Semakin hari kita hendaknya semakin mendekatkan diri pada Allah SWT sehingga Allah pun akan dekat kepada kita.

Mendidik Keikhlasan
Masalah keikhlasan puasa tidak ada yang tahu kecuali Allah. Seperti Allah SWT mengatakan, "Puasa itu untukKu dan Akulah yang akan membalasnya, ia tinggalkan hawa nafsu dan makannya karena Aku. Orang yang berpuasa mendapat dua kebaikan ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Robbnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi dari pada bau misik." Puasa melatih keikhlasan kita, bisa saja seseorang berpura-pura berpuasa di hadapan orang lain tetapi tidak bisa dihadapan Allah. Seorang ulama mengatakan syarat diterimanya suatu amal ada 3: dengan ilmu dan dengan ikhlas. Masalah keikhlasan sangat penting.

Disiplin dalam Berislam
Ketika berpuasa, saat fajar kita menghentikan hal yang membatalkan puasa kita dan tidak membiarkan waktu kita senggang dengan membaca quran atau buku-buku yang bermanfaat. Saat buka juga hawa nafsu dikendalikan, pertama disunahkan memakan kurma, jangan banyak makan, setelah itu sholat tarawih, dan malamnya bangun untuk bersahur kembali dst. Selama 30 hari melakukan itu, maka kita telah melakukan disiplin.

Memperkokoh hubungan dengan sesama
Sholat berjamaah akan mempererat tali silaturahmi diantara kita. Dan disunahkan untuk berinfaq dan bersedekah. Diriwayatkan Rasulullah memotong kambing dan diberikan kepada Siti Aisyah untuk dimasak. Setelah itu dibagikan kepada tetangganya. Ketika Rasulullah lapar dan ingin makan maka Aisyah mengatakan "inilah milik kita" karena daging yang diberikan kepada tetangganya lebih banyak dari yang untuk Rasulullah dan keluarganya sendiri. Rasulullah berkata "Ya Aisyah engkau salah, engkau kurang tepat, sesungguh yang tepat adalah milik kita adalah yang kita bagikan kepada tetangga kita dan ini adalah bukan milik kita" Rasulullah memandang bahwa kehidupan ini adalah suatu perjalanan bukan akhir, kita bersedekah dan berinfak adalah untuk diri kita. Sedekah yang kita berikan bukan membuat kita jadi miskin tetapi malah menjadi berkah. Dalam suatu hadits dikatakan barangsiapa yang memberi makan bagi orang yang berbuka puasa maka akan diberikan diberikan ampunan dosa dan dibebaskan dari api neraka dan pahalanya adalah sebesar pahala orang yang berpuasa tersebut.

Marilah kita renungi berapa kalikah kita bertemu Ramadhan? Berapa Ramadhan yang kita rasakan membawa pengaruh positif dalam meningkatan kualitas hidup kita? Sejauh manakah puasa kita mendidik kita menjadi pribadi yang Islam? Bagaimana jika Allah SWT menutup umur kita sebelum kita bertemu dengan Ramadhan berikutnya? Untuk itulah mari kita tingkatkan kualitas diri kita sebagai bekal menghadap Allah SWT.

Wallahua'lam bishowab
dirangkum dari POL Salamaa tgl 30 Oktober 2005



Selanjutnya...

SalaMAA @ 3:29 PM





lidahkcg

Image hosted by Photobucket.com
Kue Lidah Kucing
Oleh: Admin

Bahan:
200 gr mentega
200 gr gula halus
1 kuning telur
5 putih telur
2,5 cangkir tepung terigu
1/2 sdt vanili bubuk
Kertas roti

Cara:
Kocok mentega dan gula sampai berwarna putih pucat, masukan putih telur satu per satu sambil terus dikocok. Masukan kuning telur, kocok. Masukan vanili dan tepung terigu, aduk rata dengan sendok kayu. Masukan dalam semprotan. Siapkan oven dengan panas 170 C, beri loyang kertas roti, semprotkan dengan memberi jarak karena adonan akan melebar saat dioven. Untuk variasi diatasnya bisa diberi taburan keju atau kacang tumbuk


Selanjutnya...

SalaMAA @ 3:28 PM





istri4

Image hosted by Photobucket.com
Istri-istri Teladan dalam Islam (4)
(Ummu Hakim binti Al-Harits Al-Makhzumiyah)

Ummu Hakim binti Al-Harits Al-Makhzumiyah, Isteri Ikrimah bin Abu Jahal. Sebuah figur dari iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya SAWserta lambang dari pengorbanan dan pembelaan di jalan Allah SWT. Sesungguhnya dia adalah wanita mujahid yang agung. Sebelum masukIslam,dia keluar bersama suaminya untuk ikut dalam perang Uhud. Suaminya adalah Ikrimah bin Abu Jahal, dan dia harus berdiri dalam barisan Musyrikin. Akan tetapi pada waktu penaklukan Mekkah, dia sendiri yang masuk Islam, tanpa suaminya. Adapun suaminya, Ikrimah bin Abu Jahal,maka dia telah minta perlindungan kepadanya. Maka kaum Muslimin pun melindunginya, akan tetapi Ikrimah telah kabur. Ummu Hakim keluar mencarinya, padahal Ikrimah telah kabur ke Yaman. Ummu Hakim menemukannya di Pesisir Tihamah. Ikrimah sudah berada di kapal.

Maka UmmuHakim meneriakinya :"Hai, putera pamanku, aku datang kepadamu dari orang yang paling pemurah, paling banyak berbuat kebajikan dan sebaik-baik manusia. Jangan binasakan dirimu ! Aku telah minta perlindungan bagimu dan dia telah melindungimu."

Ikrimah berkata :"Engkau lakukan itu ?"

Ummu Hakim menjawab, "Ya, aku berbicara kepadanya,lalu dia melindungimu."

Kemudian Ikrimah kembali bersamanya, Ikrimah datang danberhenti di pintu Rasulullah SAW bersama isterinya. Ummu Hakimminta izin kepada Rasulullah SAW, lalu masuk. Umar r.a. mengabari Rasulullah SAW tentang kedatangan Ikrimah yang telah masuk Islam.

Ummu Hakim termasuk wanita-wanita yang berada di sekitar RasulullahSAW dalam menjalankan da'wah dan membelanya. Dia ikut dalam PerangYarmuk dan menunjukkan keberanian yang baik di sana. Dia bertempurdengan sengit dalam Perang Marj Ash-Shafar (di dekat Damsyik). Dia keluar memegang tiang kemah dan membunuh 7 orang tentara Romawi dengan tiang itu.

Selanjutnya...

SalaMAA @ 1:19 PM





cerpen2

Image hosted by Photobucket.com
Elegi September
(Antologi Kasih, Menyisir Rindu – Cakrawala)

Oleh: Pipiet Senja - Jakarta

Suatu siang di sebuah rumah sakit, Jakarta.
Mamay, remaja 15-an, seketika meletakkan buku yang sedang dibacanya. Didengarnya pasien di sebelahnya menangis. Ia merasa tersentuh, seketika turun dari ranjang. Dan dihampirinya pasien yang datang seminggu yang lalu itu.
Beberapa jenak ia pandangi tubuh pasien itu. Sangat kurus hingga tulang-tulang dadanya terlihat jelas, pipinya tirus dan bibirnya bersemu keunguan. Usianya setahun lebih muda dari dirinya. Selama ini ia lebih banyak berdiam diri. Lebih sering bersembunyi di balik perlindungan ibunya. Satu-satunya orang yang setia mendampinginya.
“Kenapa nangis? Ada yang sakit?” Mamay sambil membetulkan jilbab kaosnya yang miring kiri-kanan.

Ia mengintip wajah Maria yang ditutupi sebelah tangannya. Remaja yang berasal dari Ambon itu tak menyahut. Mamay lebih mendekatinya, pelan disentuhnya tangan Maria. Mau tak mau Maria memperlihatkan wajahnya yang penuh air mata.

“Sekarang…, beta seng punya kawan,” lirih remaja berkulit gelap, dan berambut kribo itu terdengar parau.

“Begitu, ya,” Mamay menyentuh pergelangan tangannya.

“Iya! Jauh-jauh beta dibawa ke Jakarta cuma untuk diopname. Tapi tadi Mama beta pamit. Katanya Mama musti pulang dulu ke Ambon. Harus cari tambahan biaya operasi beta…, hiiikkksss!”

Dan Maria menangis lagi, lebih parah dari sebelumnya. Mamay ikut merasakan kesedihannya. Saat datang Maria didorong ke kamar kelas menengah, pindahan dari ruang ICCU. Direncanakan untuk operasi jantung. Konon harus menunggu dokternya yang sedang konferensi di Jerman.

“Jangan nangis terus. Nanti jantungmu tambah sakit, sudah, ya,” bujuk Mamay.

Maria coba menghentikan tangisnya, menyusut air matanya dengan ujung selimut. Lalu ia menatap wajah Mamay lurus-lurus. Pasti dia heran, seperti lainnya, bila menyadari wajah Mamay yang kuning. Bahkan matanya pun bersemu kuning. Maklum, pasien thalassaemia dengan komplikasi lever.

“Kamu sakit apa…, Mamay?” tanyanya mulai tergerak memperhatikan teman sekamar.

Sekilas ekor matanya melihat nama yang tertulis di botol susu kacang kedelai yang terletak di atas lemari kecil bagian Mamay. Anak ini sering membuatnya berdecak kagum. Mamay jarang dikunjungi keluarganya, selain seorang perwira yang saban pagi mengantarkan sesuatu untuknya. Biasanya hanya sebentar, karena ayahnya itu harus segera pergi ke tempat tugasnya di Kodam Jaya.

“Thalassaemia…”

“Apa itu?”

“Kelainan darah bawaan. Aku harus ditransfusi darah saban bulan.”

“Sejak kapan begitu?”

Maria kini bangkit dan duduk menghadapinya, makin tertarik agaknya.

“Kata Ummi sih sejak bayi.”

Maria tersentak dan matanya yang basah membelalak lebar.

“Ambooooi! Kalau sejak bayi kamu sudah ditransfusi, berapa banyak darah orang yang pernah kamu hisap? Macam drakula saja…, hihihi!”

Tiba-tiba remaja Ambon itu tertawa lucu. Menuding-nuding wajah Mamay.

“Eeeh, iya…, hihihi!”

Mamay ikut geli mendengar suara nyekikik dari bibir ungu itu.

“Penyakit kok aneh-aneh saja!” dengusnya kemudian, terdengar gemas.

“Iya… Bukan drakula, tapi drakuli!” ralat Mamay.

“Kenapa bisa begitu?” Maria menatapnya ingin tahu.

“Karena aku cewek, bukan cowok!”

“Eeh, iya, iya…, hihihi!”

“Naah, begitu dong. Mendingan juga ketawa, ya? Hihihi….”

“Iya, iya, hihihi….”
Untuk beberapa detik keduanya berhihihi.

“Aku juga sama seng punya kawan. Tapi aku mah da nggak mau nangis teh atuh, aaah… Repot kalo nangis mah da. Coba sajah, sudah kesel, nyesek lagi dadanya…. Hiih, mending juga ketawa atuh, riang gembira, having fun sajaaaah, bahasa gaulnya mah. Betul gak, yaah?” ceracau Mamay dengan logat Sundanya yang kental.

Mendengar logat yang aneh dan lucu begitu seketika Maria tertawa ngakak. Bener-bener ngakak tergugu. Air matanya sampai keluar lagi. Kali ini bukan tangis melainkan geli dan lucu.

“Kamu ini…, lucu sekali!” tudingnya pula menepuk pelan pipi si Muka Kuning.

“Iyah atuh, aku mah da lucu. Kata orang-orang juga aku ini teh, yah, suka melucu, ngebodor begitu. Mestinya mah aku jadi bodor sajah barangkali, yah? Kayak Omas, biar jadi orang kaya…, hehehe!”

Kembali Maria ngakak hebat. Mamay jadi takut juga.

Gimana coba kalo mendadak kumat penyakitnya, pikirnya.

“Sudah kenyang ketawanya?” tanya Mamay waktu Maria berhenti ketawa.

“Eeeh, iya, sudah dulu, sudah!”

Maria menyambar gelasnya, dan meminum air putih itu dengan nikmat.

Taapp! Sepasang mata bersitatap. Tangan keduanya sudah saling menggenggam. Duduk di pinggir ranjang. Mata mereka menembus kain gordeng, menyapu pemandangan di luar sana. Suwung, saatnya pasien tidur siang.

***

“Lihat itu!”

Maria menunjuk keluar jendela kamar.

“Hmmm…” Mamay menyahut enggan, tanpa melepaskan novelnya.

Dari celah-celah kain gordeng mereka bisa melihat nuansa petamanan rumah sakit. Taman bunga, rumput Jepang, tanaman kembang kertas berselang-seling dengan pohon beringin dan bunga kemboja. Lapangan rumput itu sering digunakan untuk olah raga para pegawai dan tentara. Di sebelah ujung sana ada bangsal khusus untuk pasien sakit jiwa dan saraf.

“Apa kita boleh ke sana?” usik Maria pula.

“Kalo kita kuat, kenapa nggak?”

Bosan juga membaca melulu, pikirnya. Mamay turun dari ranjang, lalu membantu Maria untuk mengikuti jejaknya. Beberapa jenak mereka berdiri di samping gorden jendela sambil terdiam. Mata keduanya sama menatap nuansa alam di luar sana.

Duhai, kebebasan dan kesehatan, jerit Mamay mengawang langit.

“Kamu pernah pigi ke sana, Mamay?”

“Eeeh, belum pernah. Nggak ada temen sih. Kalo sendirian keluyuran ke sana mah, aah! Takut, nanti disangka pasien gila bagaimana atuh, apanan jadi berabe?”

Maria seketika menuding ke arah blok 13.

“Psst, lihat! Ada cewek berdiri dekat tiang tuh!”

Mamay mengikuti telunjuk Maria. Benar saja, ada sosok tinggi kerempeng dalam posisi aneh. Kaki kiri diangkat, tangan dua-duanya direntangkan seperti hendak terbang. Sementara kepalanya didongakkan ke langit.

“Kayak burung bangau di tengah sawah saja, ya?” gumam Mamay.

“Kita tengok ke sana, ayooo!” Maria mendadak semangat sekali.

“Eee, apa kamu sudah sehat? Memang nggak apa-apa kalo kita ke luar?”

Mamay bimbang. Soalnya, baru kemarin oksigen dan infusan Maria dilepas. Bahkan makanannya pun masih banyak pantangan. Tak boleh makan daging dan tanpa garam. Tapi melihat semangat barunya, duuuh…!

“Ayolah, kenapa nggak?” ujarnya sambil menyambar jilbab kaos di belakang bantal, dan mengenakannya cepat-cepat.

***

“Nikmatnya kalau kita di luar, hmmm!”

Maria berdecak nikmat begitu mereka sukses menyelinap keluar kamar. Melangkah pelan-pelan, menyusuri koridor menuju blok 13. Saat-saat begini pasien sedang tidur siang, dan para perawat tengah sibuk alih tugas. Begitu hanya beberapa langkah dari sosok aneh itu, keduanya langsung tersentak kaget.

Ternyata sosok itu bukan cewek, tapi…

“Bencong, ya?!”

Maria berbisik sambil mencekal pergelangan Mamay kuat-kuat. Napasnya agak tersengal. Tapi semangat tualangnya kian menggebu.

“Coba tanya, kerja apa dia di situ?”

Mamay meliriknya sambil ketawa. “Yeee…, kenapa kamu teh jadi main perintah begitu?”

“Ayolah, Kawaaan!” desaknya.

Takut-takut Mamay mengintip kegiatan si Bango.

“Iiih, gimana kalo dia ngamuk?”

Maria mencibir. “Ugh, kamu ini bagaimana? Belum dicoba sudah takut!”

Mamay merasa tertantang dan mendekati si Bango.

“Mbak, eeh, Maaas… Punten, aeh, maaf, ini teh lagi apa yah?”

“Ugh, jangan ganggu!” sergahnya galak tanpa merubah posisi jurus bango terbangnya.

Maria tiba-tiba mengikik. Mamay mengikuti arah pandangnya. Dan menghunjam di bagian selangkangan si Bango.

“Astaghfirullah! Apa-apaan itu?” sentaknya kaget sekali.

Buru-buru dia buang muka. Maria malah makin geli.

“Anunya ikut dijemur, ya Maaaas?” goda Maria.

Mamay mulai cemas, ditariknya lengan Maria.

“Yeeeh… jangan begitu atuh! Ayolah, cepat kita pergi! Nanti ngamuk! Bagaimana?”

Maria menurut, balik kanan sambil menahan tawanya. Mereka baru beranjak beberapa langkah, saat si Bango berjingkrak meloncat. Dan menghambur ke arah kedua remaja itu. Dalam sekejap dia sudah berhadapan dengan Maria. Frontal!

Mula-mula dia hanya berkacak pinggang, lalu kedua kakinya dikangkangkan. Wooow, wooow…, syeraaam!

“Ituuuu…, iiiiyyy!” seru Mamay dan Maria ngeri.

“Aduuuh, beta takuuut!” Maria menggelayut di lengan Mamay kuat-kuat.

Si Bango malah eksyen. Sepasang matanya yang merah melotot, ditujukan ke arah Maria.

“Tukaaar, ayooo, tukaaar!” tuntut si Bango.

Maria makin takut. Ini betul-betul horooor!

“Tukar apa?” Mamay mencoba mengalihkan perhatian si Bango.

Jadi takut macam-macam. Takut kegilaan orang itu. Takut jantung Maria kumat. Takut disalahkan, aah!

“Tolooong! Susteeer, Dokteeer, tolooong!”

Mamay berteriak-teriak, melambai ke arah rombongan yang baru masuk dari gerbang belakang. Serentak beberapa orang bergerak ke arah mereka. Sementara si Bango malah semakin panasss!

“Aduuuh…!” Maria menggeloso sambil memegangi tiang koridor.

“Tukaaar, ayoooo!” cecarnya tanpa ampun.

Waaah, pasien sakit jiwa itu sudah jongkok di depan Maria. Tangannya bahkan mulai eksyen pula. Meraba-raba tubuh Maria. Melihat hal itu Mamay semakin ngeri. Rasanya ingin terbang saja meninggalkan tempat itu. Tapi kan kasihan Maria!

“Bapak Tentaraaaa! Tolooong!” Mamay terus berteriak histeris.

“Atikaaah…, beta seng mau ditukar sama dia punya!” seru Maria.

Tiba juga seorang perawat pria, selang kemudian diikuti tiga orang rekannya. Mereka rame-rame menarik si Bango, menjauhi kedua remaja itu.

“Kalian jahaaat! Jahaaat! Aku mau operasi kelamiiin…!”

Si Bango menceracau riuh saat digelandang kembali ke blok 13. Mamay dan Maria pun digelandang balik ke ruang perawatan. Tak urung suasananya menjadi heboh.

“Lain kali kalau mau jalan-jalan, bilang dulu, ya, Nona-nona manis?” kata Suster Ika Nurika.

Para perawat segera sibuk menyambungkan selang oksigen kembali ke hidung Maria. Memeriksa jantungnya dengan alat perekam. Sementara Mamay duduk mencangkung di ranjangnya. Gemetar dan merasa bersalah.

“Sudahlah, Kawan!” kata Maria setelah para suster meninggalkan kamar mereka.

Mamay menengadah dan menatap wajah sobat Ambonnya nan manise.

“Kamu nggak apa-apa, Maria?” tanyanya masih cemas, buru-buru turun dari ranjang dan menghampirinya.

“Beta seng apa-apa…. Amboi, beta suka main-main macam tadi. Lain kali kita ulang lagi, ya May?”

“Begitu ya, hihi….”

“Iya begitu saja, hihi…”

Keduanya pun tertawa geli, mengenang lagi kronologi peristiwa siang itu.

Belakangan mereka mengetahui kisah si Bango. Konon, dia putra bungsu petinggi militer. Sudah lama dia gandrung untuk alih kelamin. Kepingin sempurna menjadi perempuan. Tapi ortunya sangat menentang. Bahkan lebih suka sang anak masuk rumah sakit jiwa daripada dioperasi kelamin.

“Kok ada ortu yang begitu itu, yaaah?” tanggap Mamay lugu.

“Prestise, prestiselah!” Maria mengomentari kisah yang dituturkan seorang pegawai rumah sakit itu.

***

“Panggil aku Meta, ya!”

Seorang remaja berperawakan tinggi kerempeng, memperkenalkan diri sebagai pasien baru. “Umurku pasti lebih tua dari kalian….”

“Beta kelas dua SMP,” tukas Maria.

“Kalo aku mah, euh, kelas tiga,” Mamay menyambung.

“Aku kelas dua SMU. Tapi badanku lebih kerempeng dari kalian, ya?”

“Yaap!”

Maria dan Mamay serentak memperhatikan perawakan dara hitam manis itu. Sungguh kerempeng, seperti kurang gizi saja. Tulang-tulang dada dan bahunya menonjol. Jelas jauh lebih kurus daripada Maria!

“Paru-paruku bermasalah,” akunya polos.

Belakangan mereka tahu juga, Meta mengidap kanker paru-paru, stadium lanjut. Meskipun begitu pembawaan Meta yang periang, lincah dan bersemangat membuat hati siapapun hangat.

Sejak ada Meta suasanana menjadi lebih cerah. Meta mahir dalam berbagai permainan. Mulai dari ular tangga, monopoli, domino, gaple, tebak-tebakan sampai catur dan game lain yang membutuhkan kecerdasan. Bertiga sering asyik main sampai larut malam.Terutama kalau tak ada yang datang membesuk. Atau saat-saat liburan, manakala para perawat longgar mengawasi.

Kebersamaan mereka telah lebih sebulan. Persahabatan yang kental, lahir dari perasaan senasib dalam kesakitan dan dukacita. Sering saling berbagi dalam rasa sakit, kecewa bahkan putus asa. Seperti yang terjadi malam itu.

“Tahu nggak! Aku ini sebentar lagi akan menghadap Ilahi Rob!” cetus Meta tiba-tiba di tengah keasyikan main monopoli.

“Berita basi tuh! Kita juga calon mayat da atuh! Ya kan, Maria?” tukas Mamay sarkastik.

Ia mengerling Maria yang di matanya kian hari tampak makin kurus. Bibirnya pun makin membiru-ungu. Maria tengadah dan mengangguk jujur.

“Begitulah. Kami pun sudah dinyatakan tak punya harapan hidup lagi,” sahut Maria kalem.

Meta memandangi wajah mereka bergantian seakan tak percaya.

“Kayaknya pergi lebih baik. Tinimbang banyak nyusahin orang tua dan adik-adik, ya kan?” Mamay seketika terdengar serius, sekaligus pasrah.

Ia berjuang keras untuk menerima kenyataan hidupnya. Melihat derita Ummi dan adik-adiknya yang enam orang. Ayah yang harus berbagi perhatian antara tugas negara dengan…, mengantar makanan, menebus obat putri sulungnya.

Duhai, kesakitan! Apalagi yang harus dilakukannya selain pasrah?

“Iya, beta pun pilih jalan itu. Kasihan Mama kalau harus lebih lama lagi ikut susah,” dukung Maria.

Meta terdiam dan menekurkan wajahnya dalam-dalam. Hotel-hotel dan properti yang telah diperolehnya dalam permainan monopoli, seperti biasa selalu paling banyak. Ini hanya sebuah permainan!

“Kalian ini…, pecundaaang!” sergahnya tiba-tiba lantang.

Maria seperti biasa lekas sekali kaget. Kali ini hanya sebentar. Kelihatannya dia mulai terbiasa dengan kelakuan Meta yang kadang mengejutkan.

“Kebiasaan amat sih? Kasihan kan Maria!” protes Mamay, memelototi Meta.

“Kalian memang dua pecundang menyedihkan! Menyebalkan! Mengerikaaan!” cerocos Meta tanpa ampun.

Digebraknya papan monopoli. Permainan seru pun berantakan sudah!

Meta loncat dari ranjang Maria yang selalu dimanfaatkan untuk bermain bertiga.

“Hei, heei…, mau ke mana?” seru Mamay.

“A’u, ah, elaaap!” sahut Meta terdengar penuh amarah.

Mamay pun loncat dan mengejarnya ke luar kamar. Diikuti oleh Maria yang tak sudi ditinggalkan sendirian. Masih ramai, ini malam Minggu banyak orang menunggu. Tapi Meta memilih tempat di bawah jendela kamar mereka. Senyap, tak ada orang lalu-lalang. Beberapa saat tak ada yang berbicara. Bertiga duduk di teras, memandangi cakrawala yang memamerkan langit biru bening.

Sepotong musim kering yang panjang.

Bangunan blok 13 tampak samar-samar dilingkupi cahaya rembulan empat belas. Lamat-lamat terdengar jeritan penghuninya. Melolong-lolong dan saling menyahut. Demikian yang selalu diperdengarkan dari arah blok khusus itu.

“Mending kayak mereka, ya? Gak perlu mikir,” cetus Meta tiba-tiba buyarkan senyap di antara mereka.

Tak ada yang menyahut.

“Kalian ini memang betul-betul….”

“Jangan lanjutkan, Meta, tolong…,” Mamay melas.

“Kalau bukan pecundang…?”

“Damai, damailah kita sama takdir, yeah?” Maria menukas.

“Iya, kita ini orang beragama. Pasrah sajalah! Memangnya mau apalagi?”

“Sudahlah, ayo balik!” Maria menggamit tangan Mamay.

Keduanya seketika balik kanan, meninggalkan Meta yang terperangah.

***

Hari-hari berikutnya dilalui mereka dalam kemuraman yang kian mengental.

Maria semakin sering kumat, sehingga bolak-balik diangkut ke ruangan ICCU1. Mamanya belum kembali dari Ambon. Kaum familinya tak seorang pun yang muncul.

Meta mulai menjalani kemoterapi dengan berbagai ekses mengenaskan yang diperlihatkannya. Kadang ia mau ditemani neneknya, satu-satunya orang yang masih mempedulikan dirinya. Namun, ia lebih sering minta dibiarkan menanggung deritanya sendirian. Sang nenek terpaksa meninggalkannya sambil bercucuran air mata.

Sementara Mamay masih bolak-balik menjalani berbagai pemeriksaan. Mulai dari yang ringan seperti diambil darah, hingga yang menyakitkan diambil cairan sumsum tulang. Ia sering merasa dirinya sebagai riset dan percobaan para dokter.

Kamar mereka terasa muram dan sendu. Tak ada lagi tawa canda, main tebak-tebakan atau suara cekikikan. Terbang terbawa angin kesakitan yang tiada ujung, tak tahu kapan berakhir. Dan bayang-bayang kematian itu serasa kian mendekat. Siap menyergap!

Petang itu, manakala tak ada yang membesuk.

Meta mengajak Mamay ke ICCU. Kali ini mendapat restu dari Suster Ika Nurika. Bahkan diantar sampai tujuan, dibiarkan untuk menyelesaikan uneg-uneg. Demikian istilah Mamay sebagai dalih saat minta izin.

Berdiri di belakang jendela kaca, lama keduanya hanya tertegun-tegun. Dua pasang mata mengarah lurus-lurus ke atas ranjang Maria. Letaknya tepat di samping jendela kaca. Maria sungguh tak berdaya. Alat-alat penyambung kehidupan bak mengeroyok tubuhnya yang ringkih dan seperti menciut.

“Apa kita boleh masuk?” bisik Mamay, merasakan dadanya sesak.

Air bening mulai merembes dari sudut-sudut matanya.

“Kenapa nggak, ayooo!” sentak Meta seperti biasa gampang terkompori.

Mamay merasakan tangannya dihela kuat.

Blaaasss…, tahu-tahu mereka sudah masuk ke dalam ruangan full AC itu!

“Hei, mau apa kalian?” seorang suster tersentak menjegal langkah mereka.

“Nengok sobat kami, boleh kan?” sergah Meta cuek.

“Tapi kalian…, pasien kan?”

“Sudahlah, biarkan mereka, Dik Titin!”

Ups, Suster Ika Nurika sudah balik dari laboratorium agaknya.

“Ooh, pasien Ceu Ika?” Suster Titin melembut. “Tapi ganti baju dulu, ya!”

Kedua remaja itu menurut, mengenakan baju khusus warna hijau muda.

“Pssst, ayo ngomong, May.”

Meta berbisik saat mereka sudah berada di samping ranjang Maria.

“Iya, iiih! Tapi ngomong apa atuh?” Mamay menyentuh tangan Maria. Dingin. Air bening mulai merembes di pipi-pipinya yang pucat.

“Trus, ngomong teruus…,” bisik Meta lagi, sama mulai menderaikan air mata pilunya.

“Apa…, kamu bisa dengar kami, Maria?” sapa Mamay.

Tak ada reaksi. Hanya alunan napas satu-satu, begitu lembut dan semayup.

“Dengarkan saja omongan kami, ya?” tukas Meta sekuat daya menahan air matanya.

Ia mengambil jari-jemari Maria dan menggenggamnya erat-erat. Seolah ia ingin mengalirkan hawa kehidupan, kehangatan dan uluran persahabatan yang telah mereka pupuk dalam dua bulan terakhir. Mamay mengikuti jejaknya.

Maka, dalam sekejap jari-jemari ketiganya telah lekat menyatu.

“Begini, Maria sayang,” Meta mengawali curhatnya. “Aku sudah dikemo sekali. Kamu nggak sempat lihat aku muntah-muntah, maboook! Kasihan Mamay, ikut mual dan ikut muntah…. Mmm, giliran kamu, May!”

“Dokter sarankan, limpaku harus diangkat secepatnya,” sambung Mamay. “Sudah gede banget sih. Katanya S 4, hihihi…. Kayak gelar sarjana saja, yah?”

“Pssst, Maria, dengarkan baik-baik, ya!” sambar Meta lagi. “Kamu harus kuat! Biar bisa keluar lagi dari ruangan ini. Bener nih, sehat lagi, ya? Nanti kuberikan kotak musik Sang Balerina itu buatmu. Sueeer!”

Sementara air mata kedua dara itu terus-menerus berbuncah ruah.

“Aku yakin dan percaya dengan semangatmu, Maria! Kan kamu harus ketemu Mamamu…. Kalo kamu keluar dari ruangan ini, aku akan berikan semua koleksi buku harian dan novel Islami milikku itu. Asliii!”

“Yeee…, tapi dia kan noni!” Meta mengingatkan, mengusap air matanya yang meleleh hebat di pipinya, sebagian membasahi tangan sahabat tercinta.

“Jangan maksa deh, ah!”

“Eh, iyah, yah…. Tapi, selama ini Maria senang kok baca novel Islami?”

“Itu kan lantaran gak ada bacaan lagi!”

“Gak lah, wong dia juga punya majalah kok….”

“Iya, tapi itu majalah lama, taaa-huuu!”

“Pokoknya….”

Meta mulai main pelotot. Mamay juga nggak mau kalah. Balas melotot, meski air bening masih jua mengalir deras dari sudut mata keduanya.

“Ka-li-aaan…, ba-ku han-tam lagi?” Sekonyong ada segenggam gumam.

Meta dan Mamay seketika terdiam, tangis pun mendadak berhenti. Serentak keduanya mengalihkan pandang ke wajah Maria. Sepasang mata sembab itu terbuka. Bibirnya yang keunguan menyungging senyum tipiiiis….

“Mariaaaa…!” seru keduanya tertahan.

Betapa ingin Mamay dan Meta memeluknya kuat-kuat. Tapi kabel-kabel yang mengeroyok di atas tubuh kecil itu, membuat keduanya mengurungkan niat. Mereka hanya bisa lebih mendekat, lebih erat menggenggam telapak tangannya.

Masih kelewat dingin, kesah Mamay dalam hati.

“Kamu mau ngomong apa?” tanya Mamay, kembali menitikkan air mata.

“Nanti, kalau beta pergi lebih dulu….”

“Pssst, jangan bilang begitu!” tukas Meta, sama menitikkan air mata.

“Tapi beta harus bilang….”

Maria berjuang keras untuk mengucapkan kata demi katanya. Air mata kian buncah di pipi Meta dan Mamay.

“Kalau beta pergi sambil senyum, tolong bilang Mama, ya…. Beta sudah bahagia dan damai di sana….”

Di bawah kesaksian dua sahabatnya, sesungging senyum memang kemudian meleret di bibir bersemu ungu itu.

***

Pagi itu, hari Minggu yang kelabu. Hujan pertama di bulan September mengguyur sepanjang malam. Kini tinggal gerimis yang masih renyai.

Berdiri di koridor seberang kamar jenazah, Mamay dan Meta bungkam seribu bahasa. Mereka tahu diri, tak mungkin lebih mendekat lagi. Suster Ika Nurika menggenggam telapak tangan keduanya erat-erat.

Rombongan jemaah gereja telah mengangkut kereta jenazah Maria. Mamanya lungkrah dan nyaris pingsan, digandeng oleh dua orang ibu. Tak tampak sosok ayah yang pernah diperlihatkan Maria melalui potretnya. Maria pernah curhat, tentang ayah yang tak bisa menerima kenyataan putri semata wayangnya penyakitan. Ujung-ujungnya lelaki itu merasa tak tahan, pergi meninggalkan keluarganya. Entahlah!

Ambulans mulai bergerak meninggalkan kawasan rumah sakit. Suara sirine menggaung dan terdengar amat memilukan. Seolah-olah mengingatkan bahwa suatu saat prosesi seperti ini akan menimpa siapa pun, tanpa ampun!

“Sudah, ya? Kita balik, yuuuk?”

Suara lembut Suster Ika Nurika memecahkan hening yang mengapung. Tak ada yang berkata-kata selain anggukan lemah. Mamay mencoba mencari sesuatu di cakrawala di atas kepalanya. Sesuatu yang bisa melegakan rongga dadanya.

Tidak, tak ada sesuatu apapun kecuali…, pasrah lilahitaala! (Pipiet Senja)

***

1 ICCU, Intensif Cardiac Care Unit, ruangan khusus perawatan pasien jantung




Selanjutnya...

SalaMAA @ 12:57 PM





cerpen1

Image hosted by Photobucket.com
Kupu-kupu Hitam dan Kupu-kupu Putih
Oleh: Khairina - Delft


“Mam, kita jadikan hari ini ke ‘waterspeeltuin’ ?” Tanya Nisa dengan wajah yang berharap, sambil mengunyah roti sarapan paginya.

“Ya , asal Nisa cepat makannya dan dihabiskan” Jawabku.

“Yess!” seru Nisa gembira dengan kepalan tangan didorong keras kebawah meniru gaya anak-anak sekarang. Aku tersenyum melihat tingkahnya.

“Alhamdulillah”. sambil becanda kuralat gayanya itu. Dia pun tersipu-sipu malu “Oya, Alhamdulillah”, ulangnya.

“Mam boleh Nisa ajak Iris ?” pintanya lagi.

“Boleh, kalau mamanya mengizinkan” jawabku. Iris anak Belanda teman main anakku sekaligus tetangga dan mereka seumur sama-sama 6 tahun.

Sejam kemudian kami sudah berada di waterspeeltuin ternyata masih belum banyak orang mungkin masih pagi. Tempat ini baru direnovasi, kelihatan disana ada danau kecil yang pinggirnya dibuat seperti pantai pasir putih sehingga anak-anak bisa bermain pasir dan air seperti dipantai. Dibagian lain "pantai" itu, mengalir parit buatan, menyerupai sungai kecil yang diatasnya terpasang jembatan tali, kemudian ditengah agak kepinggir ada air mancur dan permainan-permainan air lainnya. Dimusim panas seperti ini, tempat – tempat seperti itu merupakan tempat bermain yang menyenangkan bagi anak-anak. Di kotaku tinggal ada banyak juga tempat serupa yang sengaja dibuat pemerintah kota untuk tempat anak-anak bermain dan sekaligus tempat rekreasi .

Nisa dan Iris segera berlari menuju danau kecil itu, sambil tertawa gembira mereka mengeluarkan mainan yang mereka bawa, kemudian mulai menggali pasir dan menciduk air ke ember. Aku mengarahkan pandanganku ke sekeliling mencari bangku kosong , kebetulan dibawah pohon dipojok ada beberapa bangku kosong, tempatnya strategis, dari sana aku bisa melihat dan mengawasi mereka bermain. Kuletakkan tasku yang berisikan minuman dan makanan di bangku , kukeluarkan bukuku dan mulai membaca, sekali-sekali kuperhatikan anak-anak bermain.

Dalam keasyikanku membaca, dari kejauhan aku mendengar suara langkah-langkah kaki dan suara orang yang menuju kearah bangku tidak jauh dari bangkuku. Aku menoleh, kulihat seorang wanita setengah baya dengan dua anak laki-laki yang usianya tidak jauh dari usia anakku. Tampaknya mereka bersaudara dan wanita itu neneknya, sebab kudengar anak-anak itu berkata “Oma, mana ember dan skop aku mau gali pasir” dan yang lainnya berkata “aku minta kapal-kapalan kecilku, Oma”. Si Oma pun sibuk mengeluarkan barang-barang permintaan tersebut. Kemudian mereka berlarian kearah danau.

Sambil menarik nafas lega kemudian menoleh dan tersenyum kepadaku, wanita itu pun duduk dibangku. Aku membalas senyumnya kemudian kembali membaca.

Tidak lama berselang kedua cucunya kembali lagi minta ditiupkan kapal plastik agar mereka bisa menaikinya. Dengan sabar wanita itu menuruti permintaan cucunya, setelah kapal itu selesai ditiup mereka berdua membopongnya ke danau dan kemudian mencoba menaikinya.

Si kakak mencoba naik kemudian berusaha menolong adiknya naik tapi tiba-tiba kapal itu terbalik dan keduanya terjatuh ke dalam air kemudian mereka mencoba naik lagi dan lagi-lagi jatuh. Aku tersenyum melihat tingkah mereka, begitu juga wanita di sebelah bangkuku. Perahu itu hanya cukup untuk satu anak, jadi keberatan untuk berdua.

Kemudian si kakak mulai naik dan berkata ke adiknya “kita gantian ya, aku naik dulu kemudian nanti kamu” adiknya mengangguk tanda setuju. Dengan sabar si adik menunggu kakaknya yang mendayung perahu dengan tangannya ke tengah, tapi si kakak tidak kembali ke pinggir, adiknya mulai tidak sabar dan meneriaki kakaknya untuk bergantian, si kakak tersenyum nakal dan tidak peduli dengan teriakan adiknya. Ternyata si kakak mengingkari janjinya. Si adik mulai menangis berlari mengadu ke neneknya.

Sambil memeluk cucunya, wanita itu membujuknya “Oh kasihan kamu, bagaiamana kalau kita beli ice cream yuuk”, ajak neneknya.

“Yaa, aku mau tapi dia jangan dikasih Oma” kata si adik.

“Heh jangan begitu nanti sambil makan ice cream oma akan ceritakan sebuah cerita buat kalian, sekarang panggil kakakmu” sambung Oma. Si adik kemudian memanggil kakaknya dipinggir danau kemudian berlari mengejar Omanya yang berjalan ke arah tukang es, kemudian disusul si kakak.

Tidak berapa lama mereka kembali dengan ice cream di tangan. Sambil menjilati esnya si adik menagih janji omanya.

“Oma ayo cerita katanya tadi Oma mau cerita untuk kami”. Oya, jawab Oma.

“Mari kalian duduk di sebelah Oma dan dengar baik- baik ya?!” .

“Ada seekor kupu-kupu hitam dan kupu-kupu putih, mereka bersahabat…” Si Oma memulai ceritanya.

“Oh.. kupu-kupu, aku melihat kupu-kupu kemarin di taman belakang rumah warnanya kuning dan merah ada bintik-bintik hitamnya..”potong si kakak.

“ Waktu kutangkap dia terbang..” lanjutnya.

“Iya..ya…mau kuteruskan ceritanya?” tanya Oma dengan sabar.

“Ya, Oma..” sahut mereka berdua serempak.

“Suatu hari…” Oma melanjutkan, diam-diam aku ikutan nguping walaupun mataku kutujukan ke buku tapi pikiranku mengikuti cerita si Oma.

Di suatu siang, mata hari bersinar cerah kupu-kupu hitam dan kupu-kupu putih bermain di taman bunga. Tiba-tiba kupu-kupu hitam mengajak kupu-kupu putih berlomba terbang ke matahari. Kupu-kupu putih menyetujui ajakan tersebut, lalu mereka terbang ke matahari. Mereka berusaha terbang setinggi mungkin tapi mata hari masih jauh dari jangkauan. O..o..tiba-tiba diperjalanan mulai turun hujan, mereka mulai kebingungan karena mereka sudah jauh meningggalkan rumah. Kedua sayap mereka mulai basah, mereka berusaha terbang ke bawah mencari tempat berlindung.

Kupu-kupu putih dari kejauhan melihat sekuntum bunga putih kemudian mereka menghampirinya.

“Bolehkah kami berlindung ditempatmu?”, “karena kami kebasahan dan tidak ada tempat berlindung” tanya kupu-kupu putih.

“Hem…kalau kamu boleh tapi temanmu kupu-kupu hitam tidak!”, “karena dia akan mengotori tempatku” Jawab sang bunga putih.

“Itu tidak benar dia tidak akan mengotori tempatmu” Jawab kupu-kupu putih.

Akan tetapi bunga putih tetap tidak mau. Kemudian kupu-kupu putih mengajak kupu-kupu hitam pergi mencari tempat yang lain.

Selanjutnya mereka melihat setangkai bunga merah dan mendekatinya. Sekarang kupu-kupu hitam yang bertanya .

“Kami mencari tempat berlindung dari hujan, boleh kami berlindung dibawah mu?”

“Ya, kamu boleh tapi tidak untuk temanmu si putih. Dia akan mengotori tempatku” Jawab sang bunga merah.

“Dia tidak akan mengotori tempatmu, aku tahu itu” bela si kupu-kupu hitam.

Sama seperti sebelumnya bunga merah tetap tidak mau kalau kupu-kupu putih ikut berlindung.

Akhirnya mereka terbang kembali mencari tempat berlindung berdua dan sampailah mereka pada sebatang pohon besar dengan daun-daunnya yang lebar. Mereka juga melihat ada beberapa serangga yang berlindung dibawahnya. Akhirnya mereka pun ikut berteduh di bawah salah satu daunnya sampai hujan berhenti dan matahari bersinar lagi.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju matahari dengan sangat riang gembira, bahkan lebih gembira dari sebelumnya.

“Tahukah kalian mengapa mereka lebih gembira?” Tanya Oma, kulirik mereka.

Kedua cucunya menggelengkan kepala.

“Karena sambil terbang kupu-kupu putih berpikir: ‘Ah, aku sekarang mempunyai teman sejati’…”

“Sementara itu kupu-kupu hitam juga berpikir: ‘Ternyata kupu-kupu putih teman yang baik’…”

“Nah….anak-anak jadilah seperti dua kupu-kupu tadi bermain bersama-sama dalam senang dan susah” kata si Oma “sekarang kalian boleh bermain perahu kembali dan giliran adikmu yang menaikinya ” Kata Oma kepada sang kakak.

Si Kakak mengangguk kemudian menarik tangan adiknya menuju ke danau dimana perahu mereka berada dan menaiki adiknya kemudian mendorongnya ketengah. Kelihatan dengan gembira si adik menggunakan tangannya sebagai pendayung mendorong perahunya agar bisa bergerak sang kakak melambai-lambaikan tangannya gembira….

Aku menengadahkan kepalaku dan meluruskan kakiku, tidak terasa karena keasyikan mendengar cerita wanita itu aku tidak mengubah posisi dudukku sehingga terasa aliran darah tidak mengalir lancar keseluruh tubuh serta leher dan punggungku terasa pegal.

Sambil menatap ke langit yang biru pikiranku masih dikuasai dengan cerita sang Oma tadi. Ceritanya sederhana tapi mengandung pelajaran. Ada pesan yang disampaikan yaitu ‘persahabatan sejati’.

Aku teringat teman sekostku dulu si Utet (panggilan sayang untuk Butet) disuatu sore marah bercampur sedih datang ke kamarku. Dia merasa kecewa sekali dengan sahabat dekatnya satu jurusan, teman tempat saling “mencurhat”, begitu tega “makan tulang kawan” istilah si Utet. Pada suatu kali mereka mendapat kesukaran dalam satu mata kuliah wajib, sehingga mereka berusaha mencari orang yang kira-kira bisa membantu mengajari mereka dalam mata kuliah tersebut, si Utet kuliah di jurusan Biologi. Secara diam-diam sobat kentalnya mendapatkan seseorang yang dicari dan belajar dengannya diluar sepengetahuan si Utet. Alangkah kecewanya dia setelah tahu, ternyata temannya hanya ingin belajar dan menolak si Utet ikut.

Saat itu aku hanya menghiburnya dengan kata-kata: “Sudahlah, Tet jangan dimasukin ke hati, segala ilmu itu hanya milik Allah manusia itu hanya meminjamnya. Memang kadang kala manusia itu tidak bijak dalam bersikap, seolah-olah ilmu yang sedikit ia dapati hanya miliknya seorang. Itu adalah pelajaran buat kita untuk lebih bijak dalam bertindak”.

“Iya, ya Kak Allah itu Maha luas ilmu-Nya, seandainya Allah itu tidak Maha Pengasih dan tidak Maha penyayang bagaimana nasib makluk di bumi ini…?” Kata si Utet terhibur.

Ya, apakah sekarang ini masih banyak pertemanan yang sejati?. Dijaman orang saling sikut, saling salib hanya untuk mengejar kepentingan pribadi. Dijaman orang masih bisa tertawa ria setelah bisa menyingkirkan temannya sendiri?.

Masih adakah persahabatan dimana saling turut gembira dengan setulusnya disaat teman kita bahagia dan turut merasakan kesedihan dan penderitaan teman yang tertimpa musibah dan berusaha untuk menolongnya dengan ikhlas?.

Persahabatan sejati itu sesuatu yang indah, tapi kadang kala susah untuk dilaksanakan……!

Maam..kami haus pengen minuum..pengen minuum..! teriak Nisa sambil berlarian dengan Iris ke arahku menyentakkan lamunanku…..!



Delft, Musim Panas 2003

Buat: Seseorang bersabarlah dalam mencari ilmu Allah……!

Selanjutnya...

SalaMAA @ 11:27 AM





bugar

Image hosted by Photobucket.com
Kiat Sehat dan Bugar Saat Berpuasa
Oleh: Agnes Tri H - Groningen


Di saat bulan puasa, klinik-klinik untuk menguruskan berat badan mestinya sepi pengunjung. Tapi yang terjadi di Rawalpindi Pakistan malah sebaliknya. Klinik-klinik tersebut biasanya justru booming menjelang bulan puasa dan sesudah puasa berakhir. Mengapa? Karena di wilayah ini, kebanyakan masyarakat khawatir puasa selama sekira 12 jam sehari akan menyebabkan mereka kelaparan.

Alhasil, mereka berusaha memupus kekhawatirannya dengan makan sebanyak-banyaknya saat sahur dan berbuka. Masyarakat banyak mengadakan pesta mengundang kerabat dan sejawat di hotel-hotel dan restaurant mewah saat sahur dan berbuka. Hotel dan restaurant tersebut memberikan paket makanan istimewa yang tentu saja banyak mengandung kalori dan lemak. Tak heran bila akhirnya bulan puasa malah menyebabkan lingkar pinggang mereka membesar, dan memunculkan beragam penyakit.

Sebetulnya, bila anjuran Rasulullah mengenai adab makan dipatuhi, tentulah hal ini tak akan terjadi. Apalagi dari segi kesehatan, puasa malah akan meningkatkan daya tahan tubuh dan kebugaran yang lebih baik. Asalkan, puasa dilakukan dengan baik dan benar, mengurangi konsumsi makanan hingga 10 %-20% dari konsumsi makanan sehari-hari dengan komposisi zat gizi seimbang.

Pola makan yang umumnya 3 kali makan utama, saat puasa berubah menjadi 2 kali sehari. Hal ini akan mengurangi beban kerja alat pencernaan. Enzim pun akan bekerja lebih baik. Beban metabolisme tubuh juga akan berkurang, sehingga sel-sel di seluruh tubuh akan tetap sehat. Tapi mengapa di awal puasa, sebagian besar orang yang berpuasa merasa lesu dan mengantuk di siang hari? Ini merupakan hal yang wajar karena kadar gula darah akan menurun saat kita berpuasa. Setelah beberapa hari, rasa mengantuk dan lesu ini secara berangsur-angsur akan hilang karena tubuh sudah bisa beradaptasi.

Bagaimana caranya agar tetap bugar?

Sebenarnya tubuh akan tetap bugar bila kita tetap menjalankan aktivitas sehari-hari. Lho koq bisa? Tubuh yang tetap aktif akan menjaga kadar hormon yang berperan dalam proses metabolisme. Jadi, tubuh akan tetap sehat. Bagaimana dengan persediaan tenaga? Memangnya tubuh bisa tetap bertenaga padahal tidak ada intake makanan sama sekali selama 12-14 jam? Tak usah khawatir, Allah telah mengatur semuanya sedemikian rupa dengan sempurna. Dalam keadaan berpuasa, energi tubuh diperoleh dari metabolisme cadangan energi, yaitu glikogen dan lemak. Cadangan tersebut mencukupi dan kita tetap bisa melakukan kegiatan sehari-hari.

Jadi, saat berpuasa kita malah dianjurkan untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Namun, aktivitas yang berlebihan tentu saja sebaiknya dihindari. Olahraga ringan juga tetap disarankan, tetapi sebaiknya melakukannya kira-kira 1-2 jam menjelang berbuka puasa. Dengan cara itu, begitu tubuh mengeluarkan keringat, kita bisa langsung menggantikannya pada saat berbuka puasa.

Mengapa kita malah dianjurkan untuk beraktivitas seperti biasa saat puasa? Berkegiatan akan merangsang keluarnya hormon antiinsulin yang berfungsi melepaskan gula darah dari ‘pabriknya’. Sungguh tepat petuah Rosulullah untuk tidak bermalas-malasan saat berpuasa. Karena bila kita bermalas-malasan atau kebanyakan tidur, maka tubuh akan lemas tak bertenaga. Itu semua terjadi lantaran kadar gula dibiarkan menurun secara drastis.

Selain itu ada cara praktis agar tubuh tetap sehat dan bugar selama berpuasa, yaitu dengan rutin menjalankan sholat tharawih. Sholat tarawih yang dilakukan setelah berbuka puasa ternyata dapat membakar sejumlah kalori dan menurunkan berat badan pula. Gerakan-gerakan sholat dapat dianggap sebagai olahraga ringan, yang memang diperlukan untuk menjaga tubuh agar tetap bugar.

Bahkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Islam tentang sholat tharawih telah menunjukkan betapa banyaknya manfaat sholat tharawih bagi kesehatan. Selain dapat membakar kalori dan menurunkan berat badan, sholat tarawih dapat memelihara kekuatan otot, kelenturan sambungan sendi, dan dapat mencegah terjadinya osteoporosis yang kerap dialami wanita berusia lanjut.

Sholat tarawih juga dapat meningkatkan angka metabolisme, melancarkan peredaran darah, meningkatkan fungsi paru dan jantung sehingga dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Dari sisi mental, sholat tarawih terbukti dapat meningkatkan kontrol diri, mengurangi tingkat stress, meningkatkan kemampuan konsentrasi, mengurangi depresi dan lebih tahan terhadap depresi. Sholat tarawih bahkan dapat membantu tidur lebih nyenyak dan menekan nafsu makan. Dan ternyata, seperti halnya puasa, sholat tarawih yang dilakukan rutin pun dapat membuat kita awet muda.

Makanan yang Dianjurkan Saat Berpuasa

Makanan apa sajakah yang sebaiknya dimakan agar kita tetap sehat dan bugar selama puasa? Makanan beragam tentunya sangat disarankan, agar kandungan lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral tetap terpenuhi. Makanan yang dimakan saat sahur sebaiknya adalah jenis makanan yang kaya serat dan protein. Makanan tinggi serat akan dicerna lebih lama oleh tubuh, sehingga proses pengosongan lambung pun akan lebih lama pula. Makanan semacam ini dapat diperoleh dari komplex karbohidrat, sayur-sayuran dan buah-buahan. Komplex karbohidrat biasanya terdapat dalam makanan seperti gandum, cereal, beras merah, roti berserat, dan lain-lain. Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kebutuhan cairan. Sup dan jus buah saat sahur, dapat menambah kebutuhan cairan dan mineral tubuh.

Selain itu, kurma dan pisang juga sangat baik dikonsumsi baik saat sahur maupun berbuka. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, disebutkan bahwa nabi Muhammad saw biasa berbuka dengan buah kurma. Membicarakan tentang buah kurma memang sangat menarik. Dalam Petunjuk Gizi (Kompas 1998) tentang ‘Mengenal Buah Kurma’, disebutkan zat mineral yang terdapat dalam kurma adalah kalsium, fosfor, kalium, belerang, natrium, khlor, magnesium, besi, mangan, tembaga, kobalt, seng, khrom, yodium dan fluor. Bahkan, kandungan besi kurma per 100 g buah kering dari varietas tertentu bisa memenuhi kebutuhan zat besi manusia per hari dalam semua situasi. Disamping itu kurma mengandung vitmain seperti thiamin atau vitamin B1, riboflavin atau vitamin B2, biotin, asam folat atau folacin, asam askorbat atau vitamin C, provitamin A (beta carotene), nicotinamide, retinol equivalent, asam pantotenat dan vitamin B6.

Makanan dan minuman apa sajakah yang mestinya dihindari? Saat makan sahur dan berbuka, hindari makan yang berlebihan serta makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan minyak. Minum teh berlebihan saat sahur dapat meningkatkan produksi air kencing dan mengeluarkan zat-zat mineral dalam tubuh yang diperlukan. Karena itu sebaiknya terlalu banyak minum teh pun perlu dihindari di saat sahur. Begitu pula halnya dengan kopi. Yang perlu diingat, bagi penggila kopi ada baiknya untuk tidak mendadak mengurangi konsumsi kopi. Jadi, beberapa hari sebelum puasa, penggemar kopi sebaiknya mengurangi konsumsi kopi secara bertahap. Mendadak memberhentikan atau mengurangi kebiasaan minum kopi dapat mengakibatkan sakit kepala yang dapat mengganggu kelancaran puasa. Selamat berpuasa!





Selanjutnya...

SalaMAA @ 11:23 AM





istri3

Image hosted by Photobucket.com
Istri-istri Teladan dalam Islam
Ruqayyah binti Rasulullah SAW, Isteri Utsman
Oleh: Admin


Rombongan muhajir ke Habasyah membawa 11 orang wanita. Ini berarti bahwa wanita Muslim adalah bagian dari da'wah dan jihad di jalan Allah SWT. Mereka tinggalkan kesenangan hidup yang hanya sebentar, berupa harta, anak dan keluarga serta negeri demi Allah. Mereka tinggalkan tanah airnya yang mahal dan berangkat menuju Habasyah, sebuah negeri yang jauh dengan penduduk yang berlainan bangsa, warna dan suku, demi membela aqidah yang diimaninya.

Tatkala fajar da'wah memancar dari Mekkah, maka muhajir pertama bukanlah dua orang laki-laki, tetapi seorang laki-laki dan seorang wanita. Kedua muhajir ini adalah Utsman bin Affan dan isteri-
nya, Ruqayyah binti Muhammad SAW. Ruqayyah lahir sesudah kakaknya, Zainab. Sesudah kedua orang itu, muncullah Ummu Kultsum yang menemani dalam hidupnya setelah Zainab menikah.

Ketika keduanya mendekati usia perkawinan, Abu Thalib meminang mereka berdua untuk kedua putera Abu Lahab. Allah SWT menghendaki per- kawinan ini tidak berlangsung lama, karena melihat sikap Abu Lahab terhadap Islam. Akan tetapi Allah SWT menampilkan Utsman bin Affan kepada kedua puteri itu. Maka dia pun menikah dengan Ruqayyah dan hijrah bersamanya ke Habasyah. Ummu Kultsum tetap tinggal bersama ayah dan ibunya menunggu sesuatu yang ditakdirkan baginya.

Imam Adz-Dzahabi berkata :"Ruqayyah hijrah ke Habasyah bersamaUtsman dua kali. Nabi SAW bersabda :"Sesungguhnya kedua orang itu (Utsman dan Ruqayyah) adalah orang-orang yang pertama hijrah kepada Allah sesudah Luth."[ "Siyar A'laamin Nubala'"; juz 2, halaman 78] Anas bin
Malik r.a. berkata : Utsman bin Affan keluar bersama isterinya, Ruqayyah, puteri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar kabar kedua orang itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata :"Wahai, Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama isterinya." Nabi SAW bertanya :"Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat ?"

Wanita itu menjawab :"Dia telah membawa isterinya ke atas se- ekor keledai yang berjalan pelahan, sementara ia memegang kendalinya." Maka Rasulullah SAW bersabda :"Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa isterinya, sesudah Luth a.s."

Ruqayyah kembali bersama Utsman ke Mekkah dan mendapati ibunya telah berpulang kepada Ar-Rafiiqil A'laa. Kemudian kaum Muslimin pindah dari Mekkah ke Madinah semuanya. Ruqayyah juga ikut hijrah bersama suaminya, Utsman, sehingga dia menjadi wanita yang hijrah dua kali.

Penyebab hijrah ke Habasyah adalah takut fitnah dan menyelamatkan agama mereka menuju Allah. Bukan menyebarkan agama Islam, karena negeri Habasyah pada waktu itu menganut agama Masehi dan agama Masehi di sana tidak akan menerima agama baru yang menyainginya, meskipun Habasyah diperintah oleh raja yang tidak menganiaya seseorang. Hijrah ke Habasyah merupakan bagian dari peralihan dan kelanjutan perjuangan, karena hasil yang diharapkan oleh kaum muhajirin dari hijrah mereka ke Habasyah adalah menyelamatkan agamanya ke negeri yang memberi ketenangan bagi mereka di sana. Di negeri itu mereka tidak mengalami kekerasan
dan gangguan, sampai ketika saudara-saudara mereka di Mekkah ditakdirkan binasa hingga orang terakhir, membawa panji da'wah sebagai penerus.

Adapun hijrah ke Madinah, maka penyelamatan agama adalah salah satu sebabnya, tetapi bukan penyebab utama. Penyebab utamanya adalah perubahan dan kelanjutan perjuangan di mana para muhajirin dapat mendirikan sebuah tanah air tempat hijrah mereka. Selama 13 tahun Islam merupakan agama tanpa tanah air dan rakyat tanpa negara. Hijrah yang me- rupakan tahap kedua di antara tahap-tahap da'wah adalah tahap perjuangan yang paling rumit. Apabila tahap perjuangan ini telah memiliki sifat petualangan, maka sesungguhnya petualangan itu hanyalah semacam perjuangan, bahkan macam perjuangan heroik tertinggi. Tahap perjuangan ini berhasil mendapat kemenangan. Iman mengalahkan kekuatan, roh mengalahkan materi dan kebenaran mengalahkan kebathilan. Sesungguhnya kebesaran dari kemenangan itu sulit digambarkan dan dinilai.

Kebebasan dari ketakutan dan perjuangan menuju keamanan. Kebebasan dari perbudakan dan perjuangan menuju kemerdekaan. Kebebasan dari kehinaan dan perjuangan menuju kemuliaan. Kebebasan dari kesempitan dan perjuangan menuju kelapangan. Kebebasan dari kelumpuhan dan perjuangan menuju keaktifan. Kebebasan dari kelemahan dan perjuangan menuju kekuatan. Dan kebebasan dari ikatan-ikatan bicara dan perjuangan menuju kebebasan berbicara.

Ruqayyah kembali kepada Tuhannya setelah menderita sakit demam. Kemudian Rasulullah SAW mengawinkan Utsman dengan Ummu Kultsum. Semoga Allah SWT merahmati Ruqayyah yang hijrah dua kali dan Utsman yang mempunyai dua cahaya, dan semoga Allah SWT membalas keduanya atas jihad dan kesabarannya dengan sebaik-baik balasan. Amiin yaa Robbal'aalamiin.

sumber: Isnet dot com

Selanjutnya...

SalaMAA @ 7:11 AM





pol3

Image hosted by Photobucket.com
Mendapatkan Keberkahan Ramadhan
Oleh: Nurul HA - Aachen Jerman
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Robb mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. (QS At Taubah 20-21)

Bulan Ramadhan, syahrul mubarok, syahrul jihaad, syahrul Qur’an, dan syahrut taubah telah terlewati masa dua pertiganya. Dan sampailah kita saat ini pada masa asyrul awakhir (10 hari terakhir). Ada baiknya, di awal pengajian ini, kita merenungkan sejenak apa yang sudah kita lakukan di hari hari yang penuh keberkahan yang telah lewat. Karena RosuluLloh saw mengajarkan pada kita untuk selalu memperbaiki aktivitas amal sholih kita di saat saat akhir. Sebagaimana beliau mengajarkan pada kita do’a untuk mencapai husnul khotimah :


Allahummaj’al khaira ‘umri aakhirahu, wa khaira ‘amalii khawaatiimahu, wa khaira ayyamii yauma liqa-ik (Disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Al-Adzkarnya). Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada ujung akhirnya, dan sebaik-baik hariku adalah pada saat aku menemuiMu

Alloh swt berfirman :

Ya ayyuhal ladzina aamanu taqullaaha faltanzhur nafsum ma qaddama lighad, wat taqqullah, innallaaha khabirum bima ta’malun. (Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.)

Ketaqwaan adalah bekal utama kita. Karenanya, sebelum Ramadhan berakhir, musahabah (introspeksi) atas perjalanan hari hari Ramadhan, perjalanan amaliyah kita yang mendekatkan diri pada derajat taqwa perlu kita lakukan.

Pada awal ramadhan, kita telah berusaha untuk “plan the work and work the plan”. Marilah kita muhasabah sejenak akan target target Ramadhan kita. Berapa banyak tilawah yang sudah kita lakukan?, sudahkah kita minimal memasuki juz ke 20 hari ini? Sudahkah kita menambah hafalan Al Qur’an? Sudahkah kita penuhi malam malam Ramadhan kita daengan sholat tarawih atau sholat lail? Sudahkah kita berdiri dengan khusyu dalam sholat? Sudahkah kita berdzikir pada Alloh?. Sudahkah kita memperbanyak menengadahkan tangan memohon do’a serta ampunan pada Alloh azza wa jalla?

Insya Alloh, kita masih memiliki waktu untuk menambah target target yang kurang, dan meningkatkan apa yang sudah baik. Bagaimanapun Alloh akan menilai kesudahan kita dalam melakukan tarbiyah (pendidikan) di bulan yang penuh keberkahan ini. Apakah kita akan mengakhiri Ramadhan ini dengan penuh ketaqwaan? Yaitu dengan hati yang sensitif, perasaan yang jernih, ketakutan yang terus menerus kepada Allah, kewaspadaan yang tidak henti-hentinya dan menjauhi duri-duri jalan. Yaitu jalan kehidupan yang senantiasa diliputi berbagai godaan dan ujian, baik itu ujian ketakutan dan kecemasan ataupun ujian kemalasan dan kesombongan.

Muslimah yang dirahmati Alloh........
Walaupun Ramadhan telah melewati masa duapertiganya. Tak ada salahnya, kita mengingat kembali keberkahan keberkahan yang telah Alloh sodorkan kepada kita, sehingga kita tetap semangat bahkan bertambah semangat menikmati kelezatan bertaqarrub pada Alloh. Karena, tak jarang menjelang Ramadhan berakhir, di Indonesia masjid masjid sepi dari jama’ah. Padahal, justru pada asyrul awakhir, Alloh menurunkan keberkarahannya melalui malam Lailatul Qodr. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan.


Allah Ta 'ala berfirman :


إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3) تَنَزَّلُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. "(Al-Qadr: 1-5)

Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan.

Allah Ta'ala berfirman :"Sesungguhnya Kami menurunkannya (alQur-an) pada suatu malam yang diberkahi." (Ad-Dukhaan:3) Dan malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta 'ala :"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an. "(Al-Baqarah: 185).

Ibnu Abbas -radhiallahu 'anhu- berkata:
"Allah menurunkan Al-Qur'anul Karim keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul 'Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun."

Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah Ta 'ala. Juga, karena pada saat itu ditentukan ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah: "Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." (Ad-Dukhaan: 4).

Kemudian, Allah berfirman mengagungkan kedudukan Lailatul Qadar yang Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur'anul Karim: "Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?" Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar dengan firman-Nya: "Lailatul Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan. "

Beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat, tilawah, dzikir, do'a, dsb adalah sama dengan beribadah selama seribu bulan di waktu-waktu lain. Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.

Lalu Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk Jibril 'alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya:

"Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar" (Al-Qadar: 5)

Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya, tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di malam itu, para malaikat -termasuk malaikat Jibril- mengucapkan salam kepada orang-orang beriman. Dalam satu hadits shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda: "Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)

Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua puluh sembilan.

Jika kita bertemu dengan lailatul qodar, maka bacalah :

اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
“ Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun, suka mengampuni, maka amunilah saya” (HR at-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

Pada asyrul awakhir ini, muslim maupun muslimah disunnah untuk beri’tikaf. Khusus untuk muslimah ada syarat khusus untuk melakukan i’tikaf, yaitu :
1 Mendapatkan persetujuan (ridho) suami atau orang tua. Dan apabila suami telah mengizinkan istrinya untuk I'tikaf, maka ia tidak dibolehkan menarik kembali persetujuan itu.
2 Tempat dan pelaksanaan I'tikaf wanita memenuhi tujuan umum syariat. Kita telah mengetahui bahwa salah satu rukun atau syari'at I'tikaf adalah berdiam di masjid. Untuk kaum wanita, ulama sediki berbeda pendapat tentang masjid yang dipakai wanita untuk beri'tikaf. Tetapi yang lebih afdhol-wallahu a'lam ialah I'tikaf di masjid (tempat shalat) di rumahnya. Namun demikian, manakala wanita mendapatkan manfaat dari I'tikaf di masjid, tidak masalah bila ia melakukannya.

Muslimah yang dirahmati Alloh.....

Dalam penggalan khutbah RosuluLloh pada akhir bulan Sya’ban, beliau mengatakan bahwa Bulan Ramadhan awalnya rahmat, pertengahannya ampunan, akhirnya pembebasan dari api neraka.
Kemudian RosuluLloh saw mengatakan Pada bulan ini, perbanyaklah empat hal, dua diantaranya membuat kamu diridhoi oleh Rabbmu, dan dua lainnya adalah sesuatu yang kamu butuhkan, yaitu :
1) bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Alloh
2) Kamu meminta ampunan kepadaNya
3) Kamu meminta surga kepada Alloh
4) Kamu minta dilindungi dari neraka

Rahmat dan ampunan Alloh itu sesungguhnya sangat luas dan sangat kita butuhkan. Betapapun kita telah merasa bahwa bekal amal sholih kita cukup, namun tanpa rahmat Alloh belum tentu karunia surga dan ampunan kita peroleh.

Alloh swt berfirman :
„Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi“ (QS 2:64).
Karenanya, pada masa asyarul awakhir ini, untuk mendapatkan rahmat, ampunan, dan pembebasan diri dari api neraka, marilah kita kembali merekonstruksi interaksi kita dengan Al Qur’an. Asy Syahid Imam Hasan Al Banna mengatakan “Mengapa Al-Qur’an dapat memberikan pengaruh yang demikian besar terhadap para salafussalih, sehingga memberikan kemanfaatan bagi mereka, namun tidak demikian bagi kita? Mengapa ayat-ayat Al-Qur’an itu hanya memberikan pengaruh dan dampak yang lemah pada diri kita?”. Beliau kemudian mengilustasikan bahwa jika tukang listrik menyentuh arus listrik, tentu akan terkena pengaruh dari arus setrumnya. Akan tetapi, pengaruhnya berbeda-beda, sesuai dengan kuatnya arus listrik yang ada. Jika arusnya kuat bisa membuatnya pingsan dan akan mengakibatkan dirinya masuk rumah sakit. Bila kekuatannya bertambah lagi, pingsannya bisa bisa tidak membuatnya siuman, tapi malah membawanya ke liang lahar.

Ilustrasi ini merupakan analogi dari arus lain yang haqiqi, yaitu Al-Qur’anul Karim. Bila saat ini, kita belum dapat merasakan pengaruh Al Qur’an seperti halnya salafusshalih, maka bisa jadi kita masih membuat sekat dengan Al Qur’an. Oleh karena itu, tugas kita adalah menghancurkan sekat itu. Sehingga, kita dapat bersentuhan dengan Al-Qur’anul Karim dan hati kita pun dapat menikmati kelezatan berinteraksi dengannya. Untuk menghancurkan sekat itu, tidak ada jalan lain kecuali ketika melakukan tarbiyah (pendidikan) atas diri kita intensif dan kontinyu.

Sesungguhnya antara Al qur’an dan bulan Ramadhan, di mana diwajibkan untuk berpuasa adalah ddua hal yang tak terpisahkan. Dipilihnya Ramadhan menjadi bulan puasa adalah karena Al-Qur`an diturunkan pada bulan itu. Bahkan dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi yang lain juga diturunkan pada bulan Ramadhan. Keduanya akan menjadi penolong bagi kita di akhirat kelak.


RosuluLloh saw bersabda :

“Puasa dan Al-Qur`an itu akan memberikan syafa’at kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa’at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur`an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka perkenankanlah aku memberikan syafa’at untuknya.’ Maka Allah Swt. memperkenankan keduanya memberikan syafa’at.” (HR Imam Ahmad dan Ath-Thabrani).

Muslimah yang dirahmati Alloh…..
Puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spirutual atas hakikat materi dalam diri manusia. Ini berarti jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, karena ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itulah ruh, jiwa, dan pikiran kita dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah Swt. Karena itu, bagi Allah, membaca Al-Qur`an merupakan ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.

Sedikitnya ada empat kewajiban kita terhadap Al-Qur`an. Pertama, hendaknya kita memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari Kitab Allah Swt., yaitu Al-Qur`an. System sosial apapun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan Al-Qur`an pasti bakal menuai kegagalan. Banyak orang yang mengatasi problema ekonomi dengan terapi tambal sulam. Sementara Al-Qur`an telah menggariskan aturan zakat, mengharamkan riba, mewajibkan kerja, melarang pemborosan, sekaligus menanamkan kasih sayang antarsesama manusia.

Kedua, kita wajib menjadikan Al-Qur`an sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus mendengarkannya, membacanya, dan menghafalnya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah Swt. melalui Al-Qur`an. Dengarkanlah Al-Qur`an agar kita mendapat rahmat Allah Swt. Sebagaimana firman Alloh swt :
“Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (QS Al-A’raf: 204).

Hendaknya kita membaca Al-Qur`an secara rutin, meskipun sedikit. Sunnah mengajarkan kita agar mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari satu hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau mengambil Al-Qur`an dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur`an sebagai sesuatu yang ditinggalkan.

” Rasulullah Saw. bersabda,
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku tidak katakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HRTirmidzi).

Kita pun harus berupaya untuk menghafal Al-Qur`an agar tidak diidentikkan dengan rumah kumuh yang hampir roboh. Karena RosuluLloh bersabda :

“Orang yang tidak punya hafalan Al-Qur`an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang hampir roboh” (HR Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas).

Ketiga, hendaknya kita merenung dan meresapinya. Allah Swt. menjelaskan bahwa Al-Qur`an diturunkan untuk ditadabburi ayat-ayatnya dan dipahami maknanya.

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS Shaad: 29).

Ali bin Abi Thalib Ra. berkata, “Ketahuilah tidak ada kebaikan dalam ibadah kecuali dengan ilmu, tidak ada kebaikan dalam ilmu kecuali dengan pemahaman, dan tidak ada kebaikan dalam membaca Al-Qur`an kecuali dengan tadabbur.”

Keempat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya lalu mendakwahkannya kepada orang lain. Inilah tujuan utama diturunkannya Al-Qur`an. Sebagaimana firman Alloh swt :

“Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat” (QS Al-An’am: 155).

Muslimah yang dirahmati Alloh……
Kita tak memungkiri bahwa keberhasilan kita meraih keberkahan ramadhan, yaitu mendapatkan rahman, ampunan, dan pembebasan dari api neraka, memang suatu hal yang abstak, bukan sesuatu yang konkrit atau nyata. Oleh karena itu kita mesti memiliki tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan dengan ketaqwaan kepada Allah Swt yang meningkat. Ada beberapa indikasi yang bisa kita jadikan patokan untuk menilai diri; apakah ibadah Ramadhan kita berhasil atau tidak.

Pertama tauhid yang mantap,
Untuk menunjukkan keberhasilan ibadah Ramadhan, maka kita akhiri Ramadhan dengan takbir, tahlil dan tahmid yang merupakan kalimat tauhid. Perintah ini memang terdapat dalam firman Allah yang artinya:

“Dan hendaklah kamu cukupkan bilangannya dan hendaklah kamu kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS 2:185)

Dengan demikian seorang muslim yang habis menunaikan ibadah puasa, maka dia memiliki tauhid yang mantap, dengan tauhid yang mantap itu dia selalu mengutamakan Allah Swt dan selalu terikat pada nilai-nilai yang diturunkan-Nya. Kesholihahannya bertambah, diripun lebih bisa bermanfaat untuk orang lain. Karena itu orang yang tauhidnya mantap, akan selalu menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah, mencintai Allah di atas segala-galanya serta tunduk dan taat kepada-Nya.

Dua, Akhlaq yang mulia,
Ibadah Ramadhan telah mendidik kita untuk selalu berakhlak yang mulia, karenanya keberhasilan ibadah Ramadhan membuat akhlak atau moral yang tercela terkikis habis dari jiwa dan kepribadian kita masing-masing. Maka sesudah kita menunaikan ibadah Ramadhan, keberhasilan yang harus kita tunjukkan adalah dengan memiliki akhlak yang mulia.

Ketiga, semangat menimba ilmu,
Aktivitas Ramadhan juga telah merangsang kegairahan kita untuk menimba ilmu pengetahuan, khususnya yang menyangkut pendalaman ajaran Islam. Kuliah subuh, kuliah zuhur, ceramah tarawih, pesantren Ramadhan dan studi keislaman lainnya di bulan Ramadhan merupakan aktivitas-aktivitas yang merangsang semangat kita untuk menimba ilmu pengetahuan. Aktivitas ini membuat kita memiliki kekuatan sebagai seorang muslim, tapi juga paham dan memiliki wawasan keislaman yang lebih baik. Namun perlu kita ingat bahwa sedalam-dalamnya ilmu yang kita gali, tetap saja ilmu Alloh itu Maha Luas. Karenanya kita harus menjadi lebih terangsang untuk menimba ilmu sesudah Ramadhan ini.

Keempat, semangat memakmurkan masjid,
Ramadhan juga telah melatih kita untuk kembali ke masjid, kembali memakmurkan masjid, kembali beraktivitas di masjid. Berakhirnya Ramadhan tidak boleh membuat kita menjadi jarang mengunjungi masjid. Untuk kita yang ada di Eropa ini, kalau memang memungkinkan dan ada, makmurkanlah masjid yang ada di sekitar kita. Ada banyak contoh kasus dari kisah para sahabat yang menggambarkan betapa perhatian yang sedemikian besar dari mereka terhadap masjid. Sebut saja misalnya Abdullah bin Ummi Makhtum yang meskipun matanya buta dan rumahnya jauh dengan masjid, dia tetap datang ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah karena dia selalu mendengar panggilan adzan sebagaimana yang dianjurkan kepadanya.
1.
Kelima, solidaritas sosial yang tinggi,
Ibadah Ramadhan juga telah mendidik kita untuk merasakan betapa tidak enaknya lapar dan haus itu yang juga telah disertai dengan menunaikan kewajiban zakat fitrah bahkan diselingi dengan infaq dan shadaqah yang kesemua itu bermuara pada penumbuhan dan pemantapan rasa tanggung jawab sosial. Karena itu sesudah Ramadhan berakhir, semestinya semakin mantap rasa tanggung jawab sosial kita sehingga kita punya perhatian terhadap kaum muslimin yang mengalami kesulitan hidup secara ekonomi.
Wujud perhatian itu adalah dengan berusaha mengetahui kondisi kehidupan saudara-saudara kita sesama muslim, lalu memikirkan apa yang harus kita lakukan dalam rangka membantu mereka untuk meningkatkan martabat dan kualitas kehidupan mereka. Ini semua harus kita lakukan karena tentu kita tidak ingin hanya karena persoalan ekonomi mereka berubah menjadi kufur.

Muslimah yang dirahmati Alloh…..
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa jika Ramadhan tirainya telah tertutup. Jangan lupakan bahwa puasa kita tak hanya berhenti sampai di situ. Masih ada puasa puasa di hari lain. Di bulan syawal, misalnya, kita disunnahkan untuk puasa selama 6 hari. RosuluLloh saw bersabda :

"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).

Puasa Syawal, sebagaimana halnya puasa di bulan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

Akhirul kalam, semoga apa yang saya sampaikan memberikan manfaat. Semoga kita tidak termasuk golongan orang yang keringatnya telah menetes untuk memintal benang menjadi sebuah kain, namun kita uraikan kembali kain itu menjadi benang. Dengan demikian, semoga Ramadhan ini meninggalkan bekas yang mendalam sehingga ketaqwaan kita kepada Allah Swt semakin mantap, dan langkah keseharian kita selalu berpijak pada nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Islam yang agung. Aamiin ya Robbal ‘Aalamiin.
Al haqqumirobbik falaa takunanna minal mumtarim. Mohon maaf atas segala kekurangan. Wallohu’alam bishowab.

Wassalamu’alaikum wr.wb.
Aachen, 23 Oktober 200
Pengajian Online Salamaa Belanda







Selanjutnya...

SalaMAA @ 5:48 AM





wingko

Image hosted by Photobucket.com
Wingko Babat Ala oosterhout
Oleh: Delifa - Oosterhout


Bahan-bahan :
350 gr gula pasir
250 gr tepung ketan
250 gr kelapa parut bisa juga di pakai kelapa kering
600 ml santan
4 butir kuning telur (kocok rata
4 putih telur
1 bks vanili
1 sdt garam
1 sdm mentega utk mengoles cetakan
100 gr almond utk hiasan

Caranya :
-Kocok putih telur ,vanili,garam dan gula hingga rata atau gula larut sekitar 10 menit
-Masukan tepung ketan, kelapa parut sambil diaduk masukan sedikit demi sedikit santan. Aduk adonan hingga merata
-Siapkan cetakan atau pinggan tahan panas yg bervolume lebih kurang 2 liter, olesi cetakan dgn mentega
-Tuangkan adonan ke dalam cetakan dan ratakan permukaannya, kemudian panggang dalam oven bersuhu 160'c selama 15 hingga 20 menit atau setengah matang
-Keluarkan adonana dari oven, olesi permukaannya/atasnya dengan kuning telur lalu taburi dengan almond hingga rata
-Lalu panggang kembali lebih kurang 30 menit atau hingga matang

Selamat mencoba......


foto sumber: Sedap sekejap

Selanjutnya...

SalaMAA @ 6:46 AM





bajigur

Image hosted by Photobucket.com

Bajigur
Oleh: Delifa - Oosterhout

Bahan-bahannya :
1000 ml santan (1 liter)
250 gr gula jawa
100 gr jahe di kupas dan di memarkan (kalau ingin rasa jahenya lebih tajam boleh di tambahkan jahenya)
3-4 batang kayu manis
2 sdm kopi instan
garam secukupnya

Bahan Pelengkap :
-Kelapa muda
- Kolang-kaling
-Roti tawar yg di potong dadu

Caranya :
-Rebus semua bahan hingga mendidih, saring dan hidangkan dengan bahan pelengkap

Ps. kalau kebanyakan untuk berdua bisa dibuat 1/2 dari bahan
.

foto sumber: Indochinese



Selanjutnya...

SalaMAA @ 6:42 AM





pizza

Image hosted by Photobucket.com
Pizza
Oleh: Khairina - Delft

1 kotak pizza bodem ( tepung pizza) merk Koopmans
7 bh jamur biasa (merang)
1 klg kecil nenas kaleng yg sudah dipotong-potong,
150-200 g daging cincang
1 bh paprika yg kecil
1 bh bawang bobay yg kecil sedang.
1 klg kecil tomaat puree
3 sdm tomaat ketcup
½ sdt oregano kering
1 siung bawang putih
150 g keju parut (oudekaas)
Merica, garam

Caranya:
Panaskan oven 225 derajat Celsius
Ambil seperempat bawang Bombay diiris halus, ditumis sampai harum masukkan daging cincang, kasih garam dan merica, ditumis sampai daging masak dan airnya kering. Kemudian dinginkan.

Iris agak kasar sisa bawang bobay, paprika dan jamur, simpan terpisah.
Buka nanas kaleng kemudian tiriskan.

Campurkan tomaat puree, tomaat ketcup oregano dan bawang putih yg dipress dengan alat press bawang putih, atau dicincang halus, kalau merasa kurang garam atau gula bisa ditambahkan.
Buat adonan roti pizza menurut instruksi dikotak pizza., kemudian ratakan diatas loyang pizza.
Kasih saus campuran tomat tadi, oleskan merata., kemudian taburi daging cincang diatasnya, setelah itu nenas, irisan jamur, bawang bombay dan paprika secara berurutan. Terakhir taburi keju.

Masak di oven kira-kira 30 menit.
Dimakan dengan sambal botol ABC kalo ingin pedas dan tomaat ketcup.

PS: Untuk sayurnya bisa diganti dengan yang lain, menurut selera, daging cincang bisa juga diganti dengan tonijn kaleng (ikan tuna).




Selanjutnya...

SalaMAA @ 6:39 AM





buntut

Image hosted by Photobucket.com
Sop Buntut Brokoli
Oleh : Jesty - Almere


Bahan :
1 buntut sapi muda, potong menurut ruasnya
1 cm jahe, dipukul
1/2 sdt pala
1 btg daun bawang, dipotong 4
4 batang wortel, kupas & potong2 menurut selera
1 kuntum besar brokoli, potong2 menurut selera
2 sdm minyak sayur utk menumis
1/2 sdt merica
Garam secukupnya

Bumbu dihaluskan :
4 siung bawang merah
2 siung bawang putih

Untuk taburan :
Bawang goreng
Daun bawang cincang
Seledri cincang
Emping goreng

Cara membuat :

*Rebus buntut dengan satu setengah liter air sampai hampir mendidih dan buih terapung di atas. Angkat dan buang airnya, supaya kaldu tidak berbau anyir.

*Rebus lagi buntut dengan satu setengah liter air bersih, jahe, pala, merica dan daun bawang dalam panci tertutup dengan api kecil sampai lunak. Setelah buntut lunak, keluarkan jahe & daun bawang.

*Tumis bumbu halus sampai harum dan matang, masukan ke dalam kaldu. Masukan juga garam, brokoli dan wortel, rebus sampai matang.

*Hidangkan panas-panas dengan di taburi bawang goreng, daun bawang, seledri dan emping goreng.


Selanjutnya...

SalaMAA @ 6:33 AM





alih

Image hosted by Photobucket.com

Alih-Alih
Oleh: Pipiet Senja - Jakarta

Tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh suara-suara keras, membentak dan menghardik. Oh, lebih dari itu, mereka pun memaki-maki, menyumpahi, menyerapah dan… Deeesss! Sebuah sikutan sangat keras, telak sekali menghantam tulang iganya.

“Aduuuh!” Dia menjerit kaget sekali. Sungguh tak sopan, tak tahu tatakrama! Siapa mereka? Tak cukup sampai di situ, seketika ada yang menyentakkan bahunya dari arah belakang. Breeet, heeekkk!

“Waaa… sakiiit!” Dia menjerit lagi, lebih kaget sekaligus mulai ngeri. Ini tindak kekerasan yang tak terampuni. Memangnya apa salah dirinya?

“Cepat sereeet! Keluaaar!” perintah salah seorang dengan berwibawa.

“Siaaap… booos!” serempak disambut, kompak sekali.

“Sebentar, sebentar… kalian siapa?” Dia mencoba protes.

“Diaaam!” hardik si wibawa.

“Harus ada penjelasan…”

“Sereeet! Keluaaar!” teriaknya lagi, dingin dan sama sekali tak peduli.

“Heeei… kalian pasti salah orang!”

“Diaaam, he, bisa diam nggaaak?”

“Tapi ini mau dibawa ke mana?”

“Keluarkan dia dari pesawaaat!”

“Iya, nanti bomnya keburu diledakkan di sini!”

Dia yakin, beberapa menit berselang dirinya ketiduran, melayang-layang di zona penerbangan antara India dengan Indonesia. Dia juga masih ingat, teman perjalanan di sebelahnya adalah seorang wanita 40-an, berwajah cantik, anggun dan terkesan perkasa. Sosoknya mengingatkan dia kepada pejuang wanita Cut Nyak Dhien.

Mereka sempat ngobrol ngalor-ngidul, dan dia langsung mengagumi retorikanya serta semangatnya. Siapapun yang bersinggungan secara santun dengannya, niscaya orang itu bisa ikut merasai daya juang yang dimilikinya. Dia sendiri saat itu lebih banyak mendengar, membiarkannya memegang kendali perbincangan. Sesungguhnya topik percakapan mereka telah menyentuh ke persoalan kemanusiaan, penderitaan, ketakadilan dan ketertindasan bangsa-bangsa dari dunia ketiga.

Aaaah, bangsa apa itu namanya? Kok jadi lupa mencatat di otaknya? Apa yang sering benar dikatakannya? Oh, ya! Demi menegakkan keadilan dan kebenaran, wanita perkasa itu bersama teman-temannya; berjuang sampai titik darah penghabisan! Demi kemerdekaan bangsa kami!

Dia sempat merenung sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, mengingat kondisinya yang serba glamor dalam tiga pekan terakhir. Sebuah kontes kecantikan di pusat mode dunia!

Sekarang matanya benar-benar sudah melek. Tak ada lagi teman perjalanan bersahabat yang pernah dikenalnya itu. Dia mulai menghitung, ternyata ada lusinan orang berseragam mengelilinginya. Sikap lelaki-lelaki berotot itu sungguh tak bersahabat. Dan peralatan yang mereka bawa, apa itu? Wuaduh, kok mirip pasukan gegana saja? Bukan, lebih tepatnya pasukan anti teroris!

“Amankaaan!”

“Siaaap!”

Sekilat itu, hanya dalam hitungan menit, mereka telah menggiringnya keluar pesawat. Ke mana para pramugari cantik yang ramah-ramah? Ke mana para penumpang multibangsa? Tidak, sungguh! Tak ada siapapun lagi dalam pesawat, kecuali dirinya dengan orang-orang berseragam yang berangasan.

Hhhh, siapa yang anti teroris? Apa tidak salah? Merekalah sesungguhnya yang sudah menterorku!

“Cepaaat…!”

“Wuaduuuh, lamban sekali?”

“Angkat saja, Bos?”

Zhieeeng!

Seketika dia tak dapat merasakan kakinya menjejak lagi ke bumi. Dua orang berseragam telah menyeret, menyeret dan menyeretnya terus, bahkan kemudian mengangkatnya.

Tepatnya, dua orang berseragam serba hitam itu tak membiarkannya menginjakkan kaki-kakinya kembali ke bumi persada. Sebuah negeri gemah ripah loh jinawi, negeri tercinta yang sangat dibanggakan, hingga dia sering berteriak kepada sesama peserta kontes kecantikan itu; “Aku gadis Indonesia! Aku sangat bangga negeri dan bangsaku!”

Terawangannya memudar perlahan. Pesawat yang telah membawanya dalam penerbangan panjang dari daratan Eropa itu pun, tampak mulai menjauh di belakang mereka. Di luar malam menyambutnya dalam hening yang mencekam. Ajaib, terawangannya kembali mengapung di tampuk matanya.

Lihatlah di sekitar bandara ini, pekiknya dalam hati.

Bola-bola lampu bagaikan mata penonton yang berkedap-kedip, menyaksikan dirinya, teman-temannya melenggak-lenggok memamerkan kemolekan tubuh. Peragaan bikini di kolam renang, wawancara yang disorot kamera dunia, perpaduan antara kecantikan dan kecemerlangan otak. Bukankah itu suatu hal yang sangat membanggakan?

Meskipun kemudian diberi tahu oleh adiknya bahwa keberadaannya di ajang internasional diprotes berbagai kalangan. Tapi dia tenang-tenang saja, apalagi saat mendapat aliran semangat dari para seniornya terdahulu. Baik melalui sms maupun telepon langsung dan imel.

“Biarkan gukguk menggonggong…”

“Karena kamu bukan bagian dari gukguk itu…”

“Maka tetaplah melangkah!”

“Ratu Sejagat… hiduuup!”

Tentu saja aku hidup, teriaknya pula dalam hati. Buktinya sekarang ia bisa merasai tindak kekerasan dan pelecehan. Dan ia tersentak dalam kubangan kemasygulan. Dunia glamor telah berlepasan satu per satu, repih demi repih dari tangannya. Hanya menyisakan kenangan semata dalam otaknya!

“Lepaskaaan!” sergahnya, tapi tak ada yang memedulikan protesnya.

Mereka menyeretnya terus, semakin cepat dan kasar, tubuhnya serasa lemas, kaki-kakinya sungguh tak menapak lagi. Dia masih bisa mendengar si komandan terus saja menyerukan perintah pengamanan, pengendalian, dan segalanya yang tak ada hubungannya dengan dirinya. Setidaknya demikian menurut perasaan dan pikirannya.

Ia memejamkan matanya dan mulai menyerap aura di sekitarnya. Inilah sepotong kenyataan yang menyambut kepulangannya dari ajang Ratu Sejagat. Ke mana panitia yang telah memberangkatkannya tempohari? Adiknya yang telah berjanji akan menjemputnya malam ini, ke mana, ke manaaa?

Alih-alih disambut meriah, ini malah sebaliknya diperlakukan tak manusiawi. Padahal kan lumayan membanggakan hasil keberadaannya di kontes kecantikan itu. Masuk dalam dua puluh besar, bayangkan!

Seharusnya aku disambut meriah, gerutunya meracau dalam hati. Bukankah panitia pernah menjanjikan gelar konferensi pers, diliput berbagai media massa. Mana buktinya, mana? Tidak, tak ada penyambutan meriah kecuali sepasukan mengerikan dan… teror!

***

Ruang karantina imigrasi, hmmm!

Jelas, mereka telah salah tangkap. Memangnya siapa aku yang telah bikin pasukan keamanan Ibukota geger dan seheboh itu, melakukan pengamanan seluruh kawasan Bandara Sukarno-Hatta? Sejuta tanya hanya berloncatan dalam hati. Kepalanya mulai mereka-reka, apa sesungguhnya yang mereka harapkan dari dirinya? Penghargaan, trophi dan bingkisan-bingkisan yang diberikan para sponsor? Semuanya masih di bagasi.

Ah, ia tak menemukan apapun di otaknya selain dampak kekacauan yang telah dijejakkan pasukan itu dalam sepuluh menit terakhir. Apakah dirinya harus menyerah begitu saja? Ini, ini… bukankah bukti nyata dari ketakadilan, ketertindasan tanpa hukum dan kebenaran?

Tanpa bisa ditolak lagi, interegosi pun dimulai.

“Duduuuk!”

“Eeeh… ya, duduk ya duduk…”

“Jangan berlagak pilon! Kami tahu benar, Saudari ini seorang intelektual yang briliyan. Saudari baru pulang dari Arab Saudi, mengikuti konferensi tingkat dunia…”

“Kalian salah tangkap!” serunya tertahan, dadanya mulai terasa sesak.

“Kami benar! Ini coba dengar data Saudari yang ada di tangan kami. Nama Ummu Kulsum alias Al Hamasah. Umur 42 tahun, kelahiran Palestina, dibesarkan di Perancis…”

“Bukaaan! Namaku Siti gak pakai alias-aliasan, eh… ada ding! Nanti kujelaskan! Pokoknya nama asliku Siti binti Sarjang. Biar keren dan marketable, kata agenku, diganti menjadi Kristinasari. Dan umurku gak setua itu, apa kalian gak bisa lihat penampilanku?”

“Wooo… muda nih yeee?!” entah siapa yang nyeletuk.

“Kenapa gak? Aku memang masih muda, umurku baru 24! Iiiih, sumpaaah!”

“Sumpah segala…?”

“Dengar, ya keteranganku! Aku ini asli orang Sunda, desaku di Tanjungkerta, rumah dan keluargaku di Gunung Halu…”

“Sudaaah! Diaaam!”

“Tidak, dengarkan dulu! Aku kuliah di Bandung, lagi nyiapin skripsi waktu datang undangan ikut kontes Puteri Indonesia. Aku menang, kalian tahu kaaan? Aku ini Puteri Indonesia yang diselundupkan ke mancanegara untuk mengikuti kontes Ratu Sejagat!”

Ia menceracau tanpa henti. Ia masih berharap suaranya didengar dan dicermati oleh seseorang yang bisa memahami kondisinya. Ia juga berharap bisa melihat sosok lain yang lebih bersahabat. Tapi kemudian, setelah tak ada yang berkomentar, matanya tak bisa melihat sosok yang diharapkannya. Ruangan ini sangat tertutup. Apakah ini ruang interogasi khusus untuk para penyelundup, pendatang haram, kriminal dan buronan internasional.

Hiiiiy…. Bulu kuduknya seketika meremang hebat!

“Percuma saja bicara dengan kalian…”

Ia bangkit, mengitarkan pandangnya kembali ke sekelilingnya. Lelaki-lelaki itu memiliki tatapan yang dingin, sangat dingin dan kaku sekali. Tak ada kompromi di sini!

“Duduuuk! Memangnya Saudari mau ke mana?” perintah lelaki paling berkharisma di antara selusin lelaki berseragam dalam ruangan itu.

“Sudah kuduga, kalian salah tangkap! Aku bukan orang yang kalian cari! Bukaaan!”

Ia berdiri tegak, meskipun dipelototi para lelaki yang siap secara maraton menginterogasinya. Seseorang kembali menghentakkan bahu-bahunya dengan kasar sekali, sehingga ia kembali terhenyak di bangku jelek yang keras.

“Kita kembali dari awal, ya. Kami harap Saudari bisa kerja sama. Nama Saudari…”

“Siti binti Sarjang, di dunia modeling lebih dikenal dengan pangilan Kristinasari,” ulangnya mulai bosan.

“Agama Saudari?”

“Islam tentu saja!”

“Kenapa nama kerennya seperti nonmuslim?”

“Sudah kukatakan, itu nama bikinan agenku.”

“Tempat dan tanggal lahir…”

“Kalian sudah tahu itu!” ketusnya sebal sekali.

“Iya, ini biar dicocokkan!” sergah si wibawa.

Dia baru mencermatinya, wajah lelaki itu terkesan galak, kumis baplang, perawakannya tinggi besar dan… buket! Iya, bau ketek!

“Oke, tempat kelahiranku di Gunung Halu, 17 Nopember…”

“Pasti tahun 1961 kaaan?!” si buket menohoknya tak sabar.

“Yeeeh… sok tauk! Bukan kok, aku kelahiran 1981!”

Ia melihat orang-orang itu saling pandang dengan tatapan sinis. Ada juga yang geleng-geleng kepala dan berdecak. Seakan-akan mereka mulai yakin ada yang tak beres di otaknya. Menit demi menit berlalu, beranjak pula menjadi jam demi jam yang seolah-olah sangat enggan bergeming. Sepanjang sisa malam itu, akhirnya, mereka habiskan di ruang interogasi. Pertanyaan yang memutar-mutar, nyaris tak bergeser dari identitas dirinya, dan aktivitas yang digelutinya.

Ia merasa telah menghabiskan seluruh enerjinya, tatkala menyadari malam telah merayap ke ujung dinihari. Begitu banyak pertanyaan dilontarkan, tapi tak satu pun yang bisa dijawabnya dengan benar. Demikian menurut mereka. Aduuuh, demi Tuhan! Cukup sudah!

“Aku gak paham dengan jalan pikiran kalian! Bagaimana mungkin aku diposisikan sebagai seorang teroris? Ini sungguh kekeliruan yang tak terampuni! Keliru dan gilaaa!”

“Kamu.. eh, Saudari ini memang teroris, buronan internasional!”

“Bukaaan!”

“Namamu Ummu Kulsum alias Al Hamasah!”

“Ngng…?”

“Jawaaab!” Teriakan menggelegar entah untuk ke berapa kalinya, kali ini meruntuhkan seluruh pertahanan yang telah dibangunnya. Ia sungguh lelah, otak dan fisiknya telah anjlok secara drastis.

“Aku… gak sanggup lagi…”

Bruuuk!

Gema adzan subuh sayup-sayup masih menyelip ke kupingnya. Ia masih sangat berharap suatu keajaiban. Agennya, panitianya atau adiknya yang mantan preman itu muncul. Mereka segera membebaskannya dari situasi kacau-balau begini. Ah, aaah… Tak ada keajaiban!

Mereka malah menyeretnya ke suatu tempat yang gelap dan pengap.

***

Sejak saat itu jam demi jam berdetak-detik dengan sangat tak karuan. Kegemparan maha menguntit bayangnya ke mana pun dirinya bergerak. Tidak, bukan bayangan realita. Karena di ruang sempit dan pengap ini sama sekali tak ada sepotong cermin sekalipun. Dan ia selalu sendirian!

“Keluarkan aku! Keluarkan aku! Kalian salah tangkap!”

Entah dalam hitungan ke berapa ia menjeritkan protesnya, menggedor-gedor pintu besi yang berjeruji besi itu. Tak ada yang memedulikannya. Bahkan meskipun ia melakukan mogok makan, mogok bicara, mogok buang air besar dan kecil, mogok… segalanya!

Pada hari ketujuh, tatkala dia nyaris putus asa, datanglah seorang petugas yang mengeluarkanya dari ruangan pengap, di mana banyak kecoa dan tikus yang berseliweran itu.

“Ini… mau dibawa ke mana?”

“Bos yang memerintahku. Jangan banyak protes!” hardiknya galak sekali.

Sebuah ruangan serba hijau dengan bola lampu khusus untuk interogasi, seorang lelaki berkepala besar telah menantinya. Sikapnya seolah-olah sudah tak sabar lagi, “Kamu hanya buang-buang waktu dan enerji kami saja!” cetusnya dingin.

“Ke mana lainnya?” tanyanya tak peduli, lebih mengkhawatirkan keberduaan mereka. Bagaimana seandainya lelaki ini mem… Hiiiy!

“Huahaha… aku gak segila seperti yang ada di otakmu! Ngeres sekali isi batok kepalamu itu!”

“Tapi kan biasanya kalian main keroyokan?”

“Sekarang sudah lebih seminggu, kami memutuskan hari ini harus final!”

“Oya?” serunya menjengek, tapi harus diakui kabar ini setidaknya membangkitkan asa di relung hampa dalam dadanya.

Terbayang di benaknya, ia akan langsung pulang ke kampung halamannya di Gunung Halu. Ia harus mengomeli Asep, adiknya yang ingkar janji itu.

Ah, tapi sudahlah, dia boleh dimaafkan. Sebab yang telah merawat ibu mereka selama ini adalah Neneng, istrinya yang masih belia. Jadi, kesalahan kecil begitu harus diterima dengan lapang dada. Sebagaimana ia berlapang dada ketika Asep meminta restu untuk melangkahinya. Adiknya yang pemberontak dan nyaris menjadi ucing gering1 terminal Leuwi Panjang memang menikah dini. Sejak itu kehidupannya berubah total menjadi baik.

“Kami akan melepaskan Saudari dengan syarat…”

“Mengakui identitas yang selalu kalian cekokkan ke otakku itu, ya?”

“Begitulah.”

“Tidak! Itu tidak benar! Tolong, saya mohon sekali lagi dengan segala kerendahan hati,” napasnya mulai terengah-engah. “Cobalah kalian konfirmasikan identitasku dengan Asep bin Sarjang, adik kandungku. Atau hubungi agenku dan panitia…”

“Sudah, semuanya sudah kami konfirmasi.”

“Begitukah?”

“Mereka tak mengakui Saudari. Intinya mereka menyatakan tak punya sangkut-paut apapun dengan Anda!”

“Bohooong!”

“Ini surat pernyataan dari orang-orang yang Anda sebut sebagai agen, panitia dan adik Saudari itu.”

Lelaki itu memamerkan berkas-berkas di atas mejanya. Dia, perempuan yang telah disekap di ruang karantina Cengkareng itu, segera mencermatinya; tiga lembar surat pernyataan dengan stempel berarti resmi. Dari Jay Julian, agennya yang bencong habis, dari Marcelina Gurindam, mantan finalis Ratu Sejagat satu dasawarsa yang lalu. Dan dari Asep bin Sarjang!

“Mereka memang gak mengakuiku, ya…?” Bibirnya gemetar, tubuhnya serasa lunglai, tulang-tulang pun bagai berlepasan. “Bagaimana sebenarnya nasibku sekarang?”

“Kami akan mendeportasi Saudari ke Amerika!”

“Apppaaa?” pekiknya tertahan.

“Ya, Saudari kan jelas-jelas buronan internasional. Amerika sudah mengajukan permintaan… ini surat resminya!”

Beberapa saat kemudian segalanya berlangsung begitu superkilat. Ia dikawal ketat pasukan anti teroris, menuju sebuah pesawat berbendera Amerika. Sia-sia ia menjeritkan protesnya, karena mulutnya kini diberangus bak seekor hyena liar yang bisa membahayakan sekitarnya.

Jarak dirinya bersama para pengawal semakin dekat dengan pesawat itu, semakin dekat, semakin dekat… Saat ada sebuah suara berteriak dari kejauhan!

“Alooow… Ummu Kulsum selamat jalaaan!”

Ia menoleh, matanya membelalak lebar sekali. Sosok itu, gadis cantik bertubuh ramping dengan rambut ikal mayang, bukankah itu dirinya? Oh, ini gila sekali! Mengapa sosoknya berada di seberang sana bersama rombongan kecil, para penjemputnyakah? Bukankah itu adiknya, Asep bin Sarjang? Jay Julian dan Marcelina Gurindam?

Sebelum ia sempat bereaksi atas sensasi itu, mereka telah mengangkatnya tinggi-tinggi dan melemparkannya ke pintu pesawat. Dan di sanalah, di pintu pesawat yang ada cerminnya itu, matanya menangkap sosoknya saat ini; seorang perempuan 44-an, berwajah anggun dan terkesan perkasa.

***




1 sebutan untuk preman


Selanjutnya...

SalaMAA @ 6:23 AM








LINKS
Daftar Makanan Haram
Radio Minaara
Binaurrijal
KZIS
Eramuslim
Kafemuslimah
Republika
Ummi
Fahima-Jepang
Kharisma-Jerman
Masjid ITS




GALERI WORKSHOP

Ito
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called workshop salamaa | delft 2007. Make your own badge here.


Jesty
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing photos in a set called WS Elly. Make your own badge here.

Ferry
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from workshop_salamaa2007. Make your own badge here.

Cuplikan Video Workshop

BERITA CUACA


PREVIOUS POST


Pergantian Pengurus dan Afscheid

Oleh-oleh dari KKM II ++

Kursus Kilat Menjahit II ++

Semua Numplek di TD Salamaa 2010

Temu Darat Salamaa 2010

TD dan Launching Buku Salamaa/FLP Belanda

Selamat Idul Fitri 1430 H

Pengurus Salamaa 2009-2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H

Selamat Datang Ramadhan


ARCHIVES
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
April 2008
June 2008
August 2008
September 2008
July 2009
September 2009
January 2010
May 2010
June 2010
July 2010
December 2010

Supported by
Blogger
Blogskins

Free JavaScript from

IKLAN ANDA